Seorang pria membangun perusahaannya dengan tujuan mengumpulkan kekayaan sebanyak mungkin. Namun, semakin banyak uang yang dimilikinya, semakin tinggi kesombongannya. Pada akhirnya, kesombongannya menjadi kehancurannya. Ia dijatuhkan oleh perusahaan lain dan kehilangan segalanya.
Namun. Ia bereinkarnasi ke dunia kultivasi sebagai seorang Summoner, dengan kemampuan memanggil makhluk-makhluk luar biasa. Di dunia baru ini, ia didampingi oleh seorang Dewi yang setia di sisinya.
Sekarang, dengan segala kekuatan dan kesempatan yang dimilikinya, apa yang akan menjadi tujuannya? Apakah ia akan kembali mengejar kekayaan, mencari kedamaian, atau menebus kesalahan dari kehidupan sebelumnya?
Up suka-suka Author!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membalas Dendam
"Raja Bayangan?"
"Raja Bayangan adalah pemimpin dari Prajurit Bayangan. Dengan adanya Raja Bayangan, akan lebih mudah untuk mengatur seluruh Prajurit Bayangan. Selain itu, kekuatan Raja Bayangan juga sangat kuat," jelas Yun Yun
"Begitu ya... Kalau begitu, ajari aku cara memanggilnya."
Tiga minggu berlalu. Semua yang ia ajarkan telah tersimpan di kepalaku. Sekarang aku sudah bisa memanggil Raja Bayangan.
Entah kenapa, ini terasa terlalu mudah.
Kupikir akan lebih sulit.
Lupakan semua itu. Sekarang aku berencana untuk menyerang balik Sekte Naga Hitam dan Sekte Pedang Emas.
Dari yang kudengar, Sekte Pedang Ungu sedang diserang oleh mereka berdua. Meskipun Chu Shuang'er ada di sana, ia juga tidak bisa memusnahkan mereka dalam sekejap.
Aku melihat mereka bertempur dari kejauhan.
Ketua Sekte Naga Hitam, Ketua Sekte Pedang Emas, dan Tetua Jin terlihat sedang bertarung 3 lawan 1 melawan Chu Shuang'er.
"Chu Shuang'er, menyerahlah! Sekte Naga Hitam kami akan mengambil alih Sekte Pedang Ungu kalian!"
"Menyerah? Jangan harap! Aku akan berjuang sampai titik darah penghabisan!"
"Usaha yang sia-sia...."
Dari pertarungan mereka, terlihat Chu Shuang'er mulai terpojok. Meskipun kekuatan Chu Shuang'er kuat, kekuatan tiga orang di ranah Nirwana juga tidak bisa diremehkan, atau mungkin mereka setara dengan Half Saint.
Tetua Jin mulai menyerang kembali. Palu besar di tangan kanannya diayunkan ke arah samping kanan Chu Shuang'er.
Melihat serangan itu, Chu Shuang'er hanya bisa menahannya dengan pedangnya.
Tepat setelah ia menahan serangan itu, serangan dari arah depan datang dari Han Tian dengan Tali Hitamnya.
Chu Shuang'er yang saat itu lengah akhirnya terikat.
"Agh...."
"Hahaha...! Sekte kalian sudah berakhir. Aku sudah membunuh Ketua Sekte kalian, bahkan Sembilan Tetua Sekte kalian. Tidak ada yang bisa mencegah kehancuran sekte kalian!"
"Bagus...! Kau sudah mulai sombong ya, Han Tian!"
Suara dari arah kiri mereka membuat ekspresi kaget di wajah mereka.
"Ka-kau masih berani datang kepadaku! Tapi bagus, dengan ini akan lebih mudah untuk menangkapmu, Wang Yun!"
Tetua Jin dan Ketua Sekte Pedang Emas mulai bergerak mengejarku. Serangan palu datang dari arah kiri, dan serangan pedang emas dari arah kanan.
Di detik-detik sebelum serangan itu mengenaiku, Tubuh Angin Badai sudah lebih dulu aktif, membuat mereka terpental sangat jauh.
"Apa itu tadi...?"
"Tetua Jin, ada yang aneh dengan tubuhnya...."
"Pantas saja dia berani kembali. Sepertinya ia sudah semakin kuat. Tapi jangan sombong dulu, bocah!"
"Teknik Keemasan! Palu Kehancuran!"
Palu emas miliknya mulai membesar dan berada tepat di atasku.
Terlihat kuat, tapi....
Palu itu mulai bergerak turun ke arahku. Melihatnya, tentu saja aku tidak diam saja. Aku mengeluarkan Belati Darah Iblis dari penyimpananku, lalu menyerang balik.
"Tsunami, Pembelah Langit!"
Dalam beberapa detik, palu yang sebelumnya sangat besar dan terlihat kuat hancur berkeping-keping.
Semua orang di sana memasang ekspresi wajah tak karuan.
"Ba-bagaimana mungkin!"
"Tetua Jin, jangan bermain-main! Cepat kalahkan dia!" teriak Han Tian yang mulai panik.
"Itu tadi adalah serangan terkuatku...."
"Apa?!" seru semua orang di sana, bahkan Han Tian dan Chu Shuang'er sangat terkejut.
Han Tian yang berada di ranah Nirwana saja akan kesulitan untuk menghancurkan serangan itu. Tapi jika itu aku, menghancurkannya adalah hal yang sangat mudah.
"Bagaimana? Aku cukup kuat untuk melawan kalian, kan?"
"Bagaimana bisa... hanya dalam waktu yang tidak terlalu lama, kau bisa sekuat ini..." Han Tian berbicara dengan nada tak percaya.
Ya, mau bagaimana pun aku memang sedikit ngecheat. Karena itu, pasti orang akan bertanya-tanya kenapa aku bisa menjadi lebih kuat dalam sekejap.
"Ah... sebelumnya aku hanya menahan diri saja." Mari kita coba berpura-pura saja.
Meskipun aku tak tahu apakah aku bisa membodohinya.
"Itu tidak mungkin! Sebelumnya kau bahkan tidak memiliki aura yang cukup kuat. Meskipun menahan diri, seharusnya ada aura yang kuat keluar darimu. Tapi sebelumnya, aura itu tak terasa sama sekali. Sedangkan sekarang, aura hitam pekat dari dirimu terasa sangat kuat!" Ketua Sekte Pedang Emas menjawab dengan nada tegas.
"Kau... kau berasal dari sekte mana? Kenapa membantu sekte kami?" Chu Shuang'er melemparkan pertanyaan dengan wajah penuh rasa ingin tahu.
"Nona Chu, mari bahas itu nanti saja. Sekarang yang terpenting adalah mengalahkan mereka."
Langkah Bayangan kugunakan, melesat ke belakang Tetua Jin dan memenggal kepalanya dalam sekejap.
Untuk sekarang, lebih baik aku menunjukkan seluruh kekuatanku. Jika tidak, aku bisa kalah.
Dari Sekte Pedang Ungu, terasa banyak tatapan iri dari murid-murid sekte. Meskipun begitu, aku memilih untuk mengabaikan semua tatapan itu.
"Bisa memenggal kepala seseorang di ranah Nirwana dalam sekali serang... sungguh mengerikan. Sebenarnya, dia dari sekte apa..." Chu Shuang'er bergumam dengan wajah bingung.
Ketua Sekte Pedang Emas yang melihat kematian Tetua Jin dalam sekejap mulai merasa takut. Terlihat jelas dari ekspresinya.
Akhirnya, ia memilih untuk kabur meninggalkan Han Tian.
"Ketua Sekte Pedang Emas! Kenapa kau lari? Apa kau mau melanggar perjanjian kita?!"
"Maaf, Han Tian! Tapi orang ini tak bisa diremehkan. Lebih baik melanggar janji daripada mati!"
Slaassssss!
Tepat setelah ia selesai berbicara, kepalanya sudah terputus dari tubuhnya.
Ini sangat mudah.
Orang-orang semakin terkejut melihat kekuatan yang sangat kuat terlihat di depan mata mereka.
"Kau! Wang Yun! Aku pasti akan membunuhmu nanti!" Han Tian berteriak marah.
"Kenapa nanti? Aku bisa membunuhmu sekarang."
Benar, lebih baik aku membunuhnya sekarang untuk mencegah masalah lain di masa depan.
Ia mencoba melarikan diri dan terbang dengan kecepatan sangat tinggi.
Tonggg!!!!!!
Ia menabrak sesuatu dan terjatuh ke tanah.
Ternyata, itu adalah barrier Dewi yang kupasang untuk menahannya dari melarikan diri.
Han Tian kembali bangkit. Kepalanya terlihat berdarah karena menabrak barrier itu.
"Huh... huh... Wang Yun, jika kau melepaskanku, aku tak akan mengganggumu lagi...."
"Diam!"
"Wang Yun, aku selalu menepati janjiku. Jika kau membiarkan aku hidup, aku tak akan mengganggumu...."
"Kau pikir aku percaya? Setelah berkali-kali ditipu, aku tak akan bisa mempercayaimu lagi, Han Tian. Lebih baik kau mati hari ini saja...." Tampak senyum jahat di wajahku.
Menggunakan Tubuh Angin Badai, aku menciptakan tornado yang menghalangi pandangan semua orang.
Setelahnya, aku memanggil Raja Bayangan untuk membunuh Han Tian.
Dalam beberapa menit, semuanya selesai.
Inti Jiwa Tetua Jin, Ketua Sekte Pedang Emas, dan Han Tian sudah kuambil. Untuk urusan menyerap, kulakukan nanti saja.
...---...
Malamnya~
Untuk sementara, aku menginap di Sekte Pedang Ungu. Lagipula, Chu Shuang'er memaksaku tinggal untuk menanyakan banyak hal.
"Uhm... Tuan Huang berasal dari sekte mana?"
Aku memberitahunya nama asliku karena kurasa tak ada gunanya lagi menyembunyikannya.
"Aku... aku tak berasal dari sekte mana pun."
"Kalau begitu, apakah Anda lahir di keluarga besar?"
"Tidak, aku bahkan tidak memiliki orang tua."
Berbeda dengan di dunia sebelumnya, di dunia ini aku sama sekali tak memiliki orang tua.
"Ah, maaf sudah menanyakan itu... Tapi kenapa Tuan Huang menolong sekte kami?"
"Dari pada menolong, mungkin lebih tepatnya aku mengambil kesempatan untuk memusnahkan mereka semua sekaligus...."
"Begitu ya...."
Ia menanyakan banyak sekali pertanyaan. Bahkan saat tengah malam, ia masih sangat bersemangat.
Pada akhirnya, kami malah tertidur di ranjang yang sama.
Entah kenapa, kurasa hal ini pernah terjadi sebelumnya.
Belum, belum, siap-siap aja kulabrak bentar lagi