Shanum adalah seorang gadis desa yang di besarkan di keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai seorang OB di sebuah perusahaan terbesar di kota Metropolitan. Karena kecerdasan yang di miliki Shanum ia selalu mendapatkan beasiswa hingga ke Perguruan Tinggi. Namun sayang semua yang ia dapat tidaklah cuma-cuma. Di balik Beasiswa yang di dapat Shanum ternyata ada niat terselubung dari sang Donatur. Yaitu ingin menjodohkan sang Putra dengan Shanum padahal Putranya sudah memiliki Istri. Apakah Shanum bersiap menerima perjodohan itu! Dan Apakah Shanum akan bahagia jika dia di poligami??? Ikuti terus ceritanya.... Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Sudaryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Pukul tujuh pagi, Stefani baru tiba di Bandara. Dengan anggun Stefani berjalan menuju keluar Bandara. Ia sengaja tidak memberi tahu Bisma, karena ia pikir akan memberi kejutan untuk suaminya.
Stefani merasa lega bisa tiba tepat waktu di Bandara tanpa terlalu banyak hambatan. Langkahnya ringan saat ia melangkah keluar dari terminal kedatangan. Udara segar pagi itu menyambutnya dengan lembut, membuatnya semakin bersemangat untuk melanjutkan rencananya.
Setelah menemukan taksi yang akan membawanya pulang, Stefani duduk di kursi belakang dengan senyum tipis di wajahnya. Di dalam taksi, Stefani melihat pemandangan sekitar Bandara yang mulai ramai dengan aktivitas penumpang dan kendaraan.
Perjalanan dari Bandara menuju rumahnya cukup lengan karena di jam seperti ini aktivitas sekolah dan kantor sudah masuk. Tak butuh waktu lama Stefani sudah tiba di rumah mewah milik Hermawan.
Saat taksi memasuki jalan menuju rumahnya, Stefani merasa detak jantungnya semakin cepat. Ia tak sabar ingin melihat reaksi Bisma ketika melihatnya di depan pintu rumah. Senyum bahagia terus mengembang di wajahnya, menandakan bahwa kejutan yang telah direncanakan dengan penuh cinta akan segera terwujud.
"Anybody home." Teriaknya saat masuk ke rumah.
"Mas, aku pulang...... " teriaknya lagi.
Langkanya terhenti saat memasuki rumah, ia melihat rumah yang tampak sepi. Dengan rasa penasaran, ia segera memasuk ke dalam. Dan akan bertanya pada Bibik Lilis kepala pelayanan yang bekerja di rumah itu. Yang kebetulan saat ini sedang berada di ruang keluarga.
"Bik, Mas Bisma dan yang lainnya dimana? Kenapa rumah ini tampak sepi." tanya Stefani.
Bik Lilis tersenyum tipis sebelum menjawab. "Keluar Non."
"Keluar? Sama siapa! Bukankah selama ini Mas Bisma tidak pernah kemana-mana?" tanya Stefani dengan ekspresi heran dan alis berkerut. Merasa ada yang tidak beres dengan kepergian suaminya. Karena tidak biasanya Bisma keluar rumah. Sejak mengalami kecelakaan tujuh bulan yang lalu, Bisma selalu mengurung diri di rumah.
"Tidak tahu Non, tapi Tuan pergi bersama, asistennya Azam." jawab Bik Lilis sambil menggelengkan kepala. Menunjukkan bahwa ia benar-benar tidak tahu.
Mendengar jawaban itu, Stefani hanya bisa mengucapkan. "Oo.. " lirih sambil merendam kekecewanya. Niat hati ingin memberikan kejutan pada sang suami, ternyata ia tidak ada di rumah.
"Oh ya Bik! Istri baru Mas Bisma apakah juga tinggal disini?" Tanya Stefani.
"Iya Non, Non Shanum juga tinggal di sini." jawab Bik Lilis jujur apa adanya.
"Oh ya sudah, saya mau ke kamar dulu, nanti tolong, antarkan koper saya ke kamar ya Bik." perintah Stefani.
Lalu ia melanjutkan langkahnya naik ke lantai atas menuju ke kamarnya. berusaha untuk tidak memikirkan kepergian suaminya.
Melihat majikannya pergi, Bik Lilis hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah majikannya yang satu ini. Lalu ia bergumam dalam hati. "Bagaimana pikiran Nona Stefani ya? Punya suami tampan dan kaya tapi sering di tinggal begitu saja!!!" ucapnya Lirih.
Kemudian Bik Lilis memanggil salah satu maidnya untuk membawakan koper Stefani ke kamarnya.
"Hei, Rasti, tolong kamu antar koper ini ke kamar Non Stefani." perintahnya.
"Lho, memangnya Non Stefani pulang Bik?" tanya Rasti.
"Iya, baru saja sampai." jawab singkat Bik Lilis.
"Wah bakal ada perang Dunia ke tiga nih." ucap Rasti tertawa. "Lagian kenapa pake acara pulang segala, bukannya dia sudah hidup enak di luar negri. Lagian disini juga dia tidak pernah ngurusin Pak Bisma. Aku kadang kasihan dengan Pak Bisma. Tapi untung sekarang sudah ada Non Shanum. Jadi Pak Bisma sudah bisa ceria lagi. Lagian Pak Bisma, punya istri kayak gitu aja di pertahanin. Mending sama Non Shanum aja." cerocos Rasti panjang kali lebar.
"Hush.... Kamu itu. Jangan suka ikut campur urusan orang. Urusan kita sendiri aja belum tentu bener. Sudah sana cepet antarin kopernya sebelum Non Stefani meradang." perintah Bik Lilis.
Stefani yang saat sedang berada di dalam kamarnya dengan perasaan kesal karena Bisma pergi entah kemana. Ia pikir ketika ia pulang akan di sambut dengan bahagia tapi justru sebaliknya. "Apa jangan-jangan Mas Bisma pergi bersama perempuan itu?" Stefani membatin. "Jika memang ia, maka aku harus bisa memisahkan mereka. Bukankah Bisma sudah berjanji padaku jika aku kembali maka ia akan menceraikan perempuan itu." monolog Stefani.
Sambil merenung, Stefani mulai mengotak-ngatik ponselnya. Ia berniat untuk menelpon Bisma. Sebab penasaran ingin tau dimana keberadaan suaminya. Kecemasan dan ketakutannya pun mulai menyelimuti jiwanya. Menjadikannya gelisah menanti kabar dari sang suami.
Jujur saja, ia sangat menyesal karena telah mengizinkan Bisma menikah lagi. Karena ia yang terlalu egois mengejar kariernya, sehingga ia melupakan kodratnya sebagai seorang istri.
Tut....
Tut....
Tut...
Berkali-kali ia menelpon Bisma namun tidak di angkat. "Kamu kemana aja sih Mas. Dari kemarin-kemarin aku telpon tidak pernah diangkat. Hingga panggilan yang kesekian kali barulah Bisma mengangkat telponya.
Honey, kamu dimana? Aku pulang kok kamu gak ada!!" Tanya Stefani yang penasaran dengan keberadaan sang suami.
"Aku sedang di kantor! Tadi habis ketemu klien, karena kliennya ingin ketemu langsung dengan aku. Kamu sekarang di mana? Jawab Bisma sambil melempar pertanyaan kembali.
"Aku sekarang sudah berada di rumah. Kamu cepatlah pulang!!! Aku menunggumu." jawab Stefani sambil menghela nafas. "Oh, ya. Apa sekarang kamu sedang bersama perempuan itu? Tanya Stefani kembali.
"Tidak, dia sedang dinas di rumah sakit." jawab Bisma jujur.
"Oh.... Baguslah kalo gitu. Ya sudah aku mau mandi dulu. Kamu cepat pulang ya." ucap Stefani lalu menutup ponselnya.
Setelah panggilan berakhir Stefani pergi ke kamar mandi, untuk berendam. Dia merasa perlu merilekskan otot-ototnya yang kamu setelah melakukan perjalanan panjang. Stefani benar-benar ingin mempersiapkan kan diri sebelum ia bertemu suaminya. Ia ingin melepaskan rindu, karena setelah sekian lama ia tidak bertemu dengan suami. Ia berharap dengan kepulangannya kali ini dapat memperbaiki hubungannya yang mulai renggang.
*******
"Telpon dari siapa Mas." tanya Shanum yang melihat perubahan wajah sang suami menjadi sedikit murung.
"Dari Stefani, istri Mas. Dia mengabarkan bahwa saat ini ia sudah di rumah" ucap Bisma tak semangat.
"Ooo.... " jawab singkat Shanum dengan tersenyum tipis.
Hatinya merasa tidak nyaman ketika Bisma menyebut nama istrinya. Ada terbesit rasa cemburu, tapi ia berusaha untuk menyembunyikannya. Tapi ia cukup sadar diri dengan posisinya. Bahwa ia hanyalah istri ke dua.
Pagi ini sift jam piket Shanum sudah habis. Semalam ia tidak bisa fokus bekerja karena ulah suami. Disaat teman-temanya sedang berjuang menghadapi pasien Shanum justru tidur nyenyak di pelukan sang suami.
"Kita mau pulang jam berapa Mas?" tanya Shanum pada Bisma yang saat ini sedang memeluk Shanum di atas tempat tidur. Ya setelah Shanum tadi sempat balik ke ruang UGD pukul tiga dini hari. Dan pagi ini ia telah kembali bersama sang suami.
"Gak tau! Mas masih mau di sini bersama kamu." ucap Bisma sambil terpejam.
"Tapi kan Mas, sudah di tunggu mbak Stefani." Shanum mengingatkan sang suami bahwa dirumah ada istrinya sedang menunggu.
"Biarkan saja. Bukankah dia juga sudah terbiasa jauh dari Mas." ucap Bisma yang mengungkapkan kekecewaannya terhadap istri pertamanya.
sambil menunggu jadwal therapy ada baiknya kaki bisma tetap di pijat oleh shanum
lanjut kak