NovelToon NovelToon
Aku Akan Mencintaimu Suamiku

Aku Akan Mencintaimu Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Paksa / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Aku belum bisa mencintai sosok pria yang telah menikahiku. Kenapa? Karena, aku tak mengenalnya. Aku tidak tahu dia siapa. Dan lebih, aku tak menyukainya.

Pria itu lebih tua dariku lima tahun. Yah, terlihat begitu dewasa. Aku, Aira Humaira, harus menikah karena usiaku sudah 23 tahun.

Lantas, kenapa aku belum siap menikah padahal usiaku sudah matang untuk melaju jenjang pernikahan? Yuk, ikutin kisahku bersama suamiku, Zayyan Kalandra

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Karena Aku Takut

Azan Subuh berkumandang, merambat lembut melalui kisi-kisi jendela kamar. Aira menggeliat kecil dalam selimut. Tangannya tanpa sadar bergerak, menyentuh wajah suaminya yang tertidur di sisinya.

Zayyan membuka mata perlahan. Ia menyangka Aira hendak bangun bersama, namun ternyata gadis itu hanya membalikkan tubuhnya, meringkuk menghadap ke arahnya.

Melihat tubuh Aira seperti mencari kehangatan... seolah minta dipeluk, Zayyan tersenyum kecil. Hatinya hangat melihat wajah polos Aira di pagi hari. Ia menyentuh pelan punggung istrinya, memeluknya sebentar, lalu mengecup kening Aira dengan lembut sebelum perlahan bangkit dari ranjang.

Langkahnya ringan saat turun ke lantai bawah. Udara pagi menyambutnya dengan sejuk yang menggigit. Mama Shania yang tengah berberes dapur menyapa, “Zayyan, sudah bangun, Nak?”

“Iya. Mau ke masjid,” jawab Zayyan sambil menutup jaket tipisnya.

Papa muncul dari ruang tengah, menyambut dengan senyum hangat. “Ayo, Zayyan. Bareng sama Papa."

Zayyan mengangguk mantap.

Sementara keduanya berjalan menuju pintu, Mama Shania memandangi punggung Zayyan dengan sorot mata yang campur aduk antara kagum dan khawatir. Ia menggumam pelan, “Benar-benar suami teladan... sopan, sholeh dan dewasa.”

Namun kemudian pikirannya kembali terhantam kenyataan yang mengganjal. “Aira… masih saja mempertahankan pacarnya itu. Kenapa sih Ai? Kenapa kamu belum bisa melepaskan masa lalu, padahal Allah sudah kirimkan laki-laki sebaik ini?”

Mama menghela napas. Tangan yang tengah menata piring pun sempat berhenti. “Astaghfirullah... gimana kalau suatu hari Zayyan tahu? Apa dia masih mau bertahan?”

Sudah hampir satu jam berlalu sejak azan Subuh berkumandang, namun Zayyan belum juga pulang. Aira melirik jam dinding beberapa kali, tak bisa menyembunyikan rasa cemas yang perlahan merambat di dadanya.

"Kemana, sih, suamiku pergi?" batinnya bertanya. Ada keinginan untuk bertanya pada Mama, namun gengsinya menahan. Ia takut Mama justru menyentil rasa pedulinya yang mulai tumbuh untuk Zayyan. Dan Aira… belum siap menerima perasaan itu sepenuhnya.

Untuk menenangkan hatinya, Aira mengambil mushaf. Ia duduk bersila di atas sajadah, lalu mulai membaca Al-Qur'an dengan lantunan pelan. Suaranya lembut, mengalir tenang dari bibir tipisnya, membuat suasana kamar terasa lebih damai.

Saat itu, terdengar ketukan pelan di pintu.

“Assalamu’alaikum, Aira.”

Suara Zayyan. Seketika, Aira menoleh, dan tanpa disadari, ada rasa lega yang menyeruak di dalam dada.

“Wa’alaikumussalaam wa rahmatullaahi wa barakatuh,” jawabnya sambil bangkit dan membukakan pintu.

Zayyan tersenyum hangat. “Kamu udah bangun, Aira?”

“Iya, udah. Tadi habis sholat, sekarang lagi baca Al-Qur'an,” ujarnya.

Zayyan menatapnya dengan binar kagum. “Maasyaa Allah… maasyaa Allah. Sholihah banget istriku ini,” ucapnya sambil mengusap lembut pucuk kepala Aira, penuh kasih.

Aira menunduk, pipinya merona manis.

Zayyan pun masuk ke kamar. Dan Aira hampir tak percaya dengan pemandangan yang ia lihat. Tangan Zayyan penuh dengan kantong plastik kecil berisi berbagai macam makanan: kue-kue tradisional, bubur kacang hijau, lontong isi, dan beberapa bungkus nasi uduk yang masih hangat.

“Kamu…” Aira melongo sejenak. “Kamu habis ke pasar?”

Zayyan tersenyum sambil menurunkan semua bawaan itu di meja. “Aku pikir, kamu mungkin suka sarapan yang manis-manis atau yang gurih. Jadi aku beli banyak, sekalian buat Mama Papa juga.”

Aira tertegun. Perhatian Zayyan terasa begitu tulus. Sederhana, tapi hangat.

“Gimana, istriku mau nyobain bubur kacang ijo dulu atau nasi uduk?” goda Zayyan sambil membuka salah satu bungkusan.

Aira tak bisa menahan tawa kecil. “Kamu ini... bikin aku bingung, tahu nggak?”

“Bingung kenapa?” Zayyan berkedip jenaka.

“Karena aku takut..." gumam Aira. "Aku mulai menyukaimu.” Dalam hati, tapi bibirnya hanya mampu tersenyum tipis.

Aira merapikan kerudungnya, lalu menutup mushaf dengan lembut dan meletakkannya di rak kecil di sudut kamar. Setelah itu, ia berjalan pelan dan duduk di samping suaminya yang tengah membuka bungkusan makanan dengan antusias.

“Aku nggak yakin bakal habisin ini semua,” ucap Aira sambil memandangi aneka makanan yang memenuhi meja.

Zayyan tersenyum, lalu menoleh padanya. “Nggak usah dihabisin semua, Aira. Nggak baik juga kalau kekenyangan.”

Sambil berkata begitu, ia menyelipkan helai rambut Aira yang terurai ke telinga gadis itu dengan gerakan lembut dan santai.

Aira membeku.

Sentuhan sederhana itu... entah kenapa membuat jantungnya kembali berdebar tak karuan. Kenapa dia bisa sedamai itu memperlakukanku? Sementara aku... gugup setengah mati setiap kali dia mendekat.

Zayyan tampak tak menyadari kegugupan Aira. Ia mulai menyendok bubur nasi hangat yang disiram kuah sayur. Namun belum sempat menikmati suapan keempat, dia tiba-tiba tersedak hebat.

“Uhuk! Uhuk!”

“Astaga, Kak Zen! Kamu kenapa?” Aira spontan mendekat, tangannya mengelus pelan punggung suaminya dengan panik.

Zayyan masih terbatuk-batuk, wajahnya memerah, begitu pula telinganya. Matanya berkedip-kedip, berusaha menahan pedas yang menyerang.

“Minum dulu, Kak. Nih!” Aira buru-buru menyodorkan segelas air.

Zayyan langsung menenggak setengah isinya, lalu menatap Aira dengan mata berkaca-kaca.

“Aira…” katanya dengan suara serak dan nada yang terdengar begitu lucu. “Ini... pedes banget. Siapa sih yang jual makanan kayak begini?”

Aira menahan tawa. “Bukannya kamu sendiri yang beli? Kok malah nanya aku sih?”

Zayyan cemberut, “Nyesel banget beli asal-asalan di warung pojok tadi.”

“Kalo gitu, jangan beli lagi di warung itu ya, Kak Zen.” Aira kembali mengambil salah satu kue tradisional dan mulai menggigitnya pelan.

“Kak Zen?” Zayyan memiringkan kepala, alisnya terangkat heran.

“Ack!” Aira spontan menutup mulutnya dengan telapak tangan, wajahnya langsung memerah.

“Kenapa? Ada apa? Siapa itu Kak Zen?” tanya Zayyan, pura-pura serius.

Aira menghela napas kecil, lalu menjawab dengan canggung, “Itu... aku. Maksudku, aku pengin manggil kamu lebih sopan. Kupikir, cuma nyebut ‘Zayyan’ aja itu... kayaknya terlalu kasar, kurang hormat gitu. Tapi ‘Kak Zayyan’ kedengeran kepanjangan, jadi aku singkat... ternyata malah aneh ya? Maaf...”

Zayyan terdiam sejenak, menatap Aira yang jelas-jelas merasa salah tingkah. Lalu, ia tersenyum hangat.

“Aira... kamu sampai mikirin sejauh itu cuma buat nyari panggilan yang lebih sopan ke aku?”

“Emm...” Aira tak tahu harus menjawab apa. Rasanya semakin lama ia bersama lelaki ini, semakin sulit menjaga jarak.

Zayyan tersenyum, lalu berkata pelan, “Hatimu benar-benar baik, Aira...”

Aira menunduk.

“Meskipun... aku belum cukup mengerti kenapa kamu masih belum bisa menerimaku sepenuhnya.”

Aira tertegun. Tangannya diam, tak jadi mengambil kue berikutnya. Ada sesuatu di dalam dirinya yang terasa sesak.

“Itu karena...” gumamnya pelan, menahan nama yang terus berputar di hatinya. "Harry," batinnya.

Zayyan tidak memaksa. Dia menatap Aira penuh pengertian, lalu mengalihkan pandangan. “Aku yakin, Ibu bakal menyukaimu.”

Aira menoleh cepat. “Ibu?”

“Iya,” jawab Zayyan sambil berpindah ke semangkuk bubur kacang ijo. Ia menyendoknya santai, seolah sedang membicarakan hal biasa.

Namun bagi Aira, itu bukan hal biasa.

“Kupikir... Mama Kak Zen sudah... meninggal,” ucap Aira dalam hati, jujur dengan rasa herannya. “Soalnya pas resepsi semalam, beliau nggak kelihatan sama sekali. Apa beliau lagi sakit? Atau...” Aira menggantungkan kalimatnya.

1
范妮
mungkin biar hemat kuota makanya isinya cuma wa hahaa
范妮
bahasa daerah apakah ini...??
SJR
mampir thor, sukses dalam berkarya 🤗🔥
Aksara_Dee
amorfati Amerta
Aksara_Dee: aku aja nyicil bab gak kelar-kelar ka.. isi kepala penuh kata-kata tapi lagi males ngetik 🫣
Miu Nih.: aahh soo deep 🥺
aku mikir sampe keras sampe2 gk bisa mampir kemana 😆😆 ,, smpe blm punya tabungan bab buat bessyyoookk...
total 2 replies
Aksara_Dee
owalahh kasian..
Miu Nih.: aahh rasanya begini ya kalo kebawa cerita sendiri,, bahaya kalo jadi gamon gini 😱😱

nasib up ku besok piyeeee----
Aksara_Dee: tidak bisa berkata-kata, karena mengenang cerita Marcel di novelku tahun brpa aku lupa. nasibnya sama dengan tukimo.
sampe skrg aku gak bisa move on dr tokoh yg aku ciptakan sendiri huft
total 3 replies
Aksara_Dee
yg penting cintanya mewah
Aksara_Dee: Lo e you too🩷🩷
Miu Nih.: love you full buat kamu akaks~ ❤❤
total 2 replies
Remot Tivi
🤭❤️‍🔥🤨👀😳💢🫢🫣🥺🤯😨
Remot Tivi
🥺🕊️❤️🙏🏼😳😂🙈🔥😢💭🕵️‍♂️
Remot Tivi
🥺💔😤👊😳🧍‍♂️🌀📱🔥🤐😡🙏🫣📷🙄🚪
Remot Tivi
🥹❤️‍🔥😳💔😅🥰🤭🫣👏
Remot Tivi
😲😟
Remot Tivi
😍💖😊🥰😅😳
Remot Tivi
😲🏠💫🥺😰💔🚬💨😭🥵😳
Remot Tivi
😱💔😡😭😞💪
Remot Tivi
😱😬😡😳👀💔
Remot Tivi
😯💔💫
Remot Tivi
😂😅😳😆
Rini Antika
beruntung bgt Aira dicintai secara ugal"an.. semangat terus Up nya cantikku, 🌹 mendarat biar tambah semangat
Miu Nih.: aaahh~ akhirnya aku dapat koment begini. rasanya sepecial banget ❤❤
total 1 replies
Remot Tivi
iklan lewat 🤗 semangat Thor
😢💔😔
Remot Tivi
😲💍🏠😓👰🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!