Liliana Larossa tidak sengaja menemukan anak laki-laki yang berdiri di bawah hujan di depan restoran ayahnya. Karena kasihan Liliana menjaga anak tersebut dan membawanya pulang.
Namun siapa sangka kalau anak laki-laki bernama Lucas tersebut merupakan anak bos tempatnya bekerja, sang pemilik perusahaan paling terkenal dan termasyur di San Francisco bernama Rion Lorenzo. Dan sayangnya, Lucas begitu menyukai Liliana dan tidak mau dipisahkan dari gadis tersebut. Hingga Rion harus mau tidak mau meminta Liliana tinggal di rumah Rion dan mengasuh Lucas dengan bayaran Liliana dapat tetap bekerja dari rumah sebagai IT perusahaan Lorenzo.
Tapi bagaimana jika Liliana tanpa sengaja menemukan fakta siapa sebenarnya Rion Lorenzo, yang merupakan ketua dari organisasi bawah tanah, Mafia? Dan harus mengalami banyak kejadian dan teror saat ia mulai menginjakan kakinya di rumah Rion?
Ikuti kisah Liliana dalam mengasuh Lucas sekaligus menghadapi sang ketua Mafia dalam teror yang akan mereka hadapi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32. SI KEMBAR
Mata Lili kini berbinar saat ia melihat dua bocah berusia sepuluh tahun dengan wajah serupa namun gender berbeda. Dua bocah itu bersembunyi di belakang Bianca, takut-takut melihat ke arah Lili dan Rion yang saat ini menatapi mereka.
"Mereka jauh lebih baik sekarang," nilai Rion ketika melihat si kembar lebih terurus dan bersih. Walau mereka masih harus mendapatkan perhatian lebih banyak terutama dengan tubuh kurus mereka. Namun Rion bahagia dapat melihat dua keponakan kecilnya bisa kembali.
"Ya, tapi masih banyak yang harus diperhatikan. Tidak hanya terkena malnutrisi, mereka juga mendapatkan kekerasaan selama ini hingga mendapatkan ketakutan dan kecemasan berlebihan terutama jika berhubungan dengan orang dewasa dan tempat gelap," jelas Bianca, mengusap kedua kepala anak-anaknya.
Lili merendahkan tubuhnya, tersenyum lembut dan hangat ke arah si kembar. Jujur saja melihat keadaan dua bocah itu walau sudah terurus dengan baik selama beberapa hari ini di tangan Bianca, Lili dapat melihat jejak menyakitkan dan ketakutan di wajah dua bocah itu. Membuat Lili sungguh tidak berani membayangkan apa yang telah bocah-bocah itu dapatkan.
"Berikan salam kalian. Itu Lili, dia orang yang baik. Yang membantu Mommy menemukan kalian berdua," beritahu Bianca kepada si kembar ketika mereka waspada ketika Lili merendahkan tubuhnya.
"Halo, aku Lili. Boleh aku tahu nama kalian berdua?" sapa Lili dengan nada luar biasa lembut bahkan tidak mengendurkan senyum indah di paras sang gadis.
"A-Arthur," sahut bocah laki-laki di sebelah kanan Bianca, masih sedikit bersembunyi di balik sang ibu.
"Arabella," sahut pula si kembar perempuan yang ada di kiri Bianca.
"Senang bertemu dengan kalian berdua, Arthur, Arabella. Aku punya kue, apa kalian mau? Aku juga ingin memperkenalkan seseorang pada kalian berdua," Lili bertanya, yang seperti biasa membiarkan para bocah memilih hingga tidak ada nada paksaan yang dapat membuat kedua bocah itu segera menolak.
Si kembar menoleh ke arah Bianca, meminta pendapat sang ibu tentang apakah mereka harus ikut Lili atau tidak.
"Pergilah. Lili benar-benar pandai membuat kue, kalian pasti suka. Mommy juga ingin bicara dengan paman kalian dulu," kata Bianca.
Si kembar mengangguk dan melihat ke arah Lili, masih menilai apakah mereka harus ikut dengan gadis itu atau tidak. Namun Arabella mengambil langkah maju untuk mendekati Lili hingga ia berdiri di depan sang gadis. Melihat hal itu, Arthur yang secara waktu kelahiran menjadikan dirinya sang kakak ikut melangkah maju dan berdiri di samping Arabella.
Senyum Lili merekah semakin lebar, senang melihat tidak ada penolakan dari kedua bocah ini. Dengan lembut ia memegang masing-masing tangan si kembar, dan mengajaknya ke ruang tengah, dimana Lucas sedang bermain bersama Dante.
"Lucas, lihat siapa yang datang. Ini sepupumu, kakak-kakakmu datang berkunjung," ucap Lili ketika memasuki ruang tengah.
Lucas yang melihat Lili datang bersama dengan dua bocah tak ia kenal, bingung. Ia terus melihat ke arah Arabella dan Arthur, menghentikan aktivitas bermainnya bersama Dante.
Lili kembali merendahkan tubuhnya, duduk di karpet tebal untuk dapat sejajar dengan para bocah lebih baik. Dapat ia lihat ada keraguan dan sedikit ketakutan dari wajah si kembar melihat keberadaan Dante dan Lucas.
"Lili, itu siapa?" tanya Lucas seraya berjalan ke arah Lili, hingga ia kini berada di samping sang gadis tanpa melepaskan pandangannya dari si kembar.
"Lucas, ini Arthur dan Arabella. Mereka anak dari bibi Bianca. Lucas mau 'kan bermain dengan mereka berdua?" Lili mulai mengenalkan para bocah satu sama lain.
Untuk sesaat Lucas menatapi si kembar, sampai akhirnya ia mengangguk. Beruntung bagi Lili karena Lucas adalah bocah yang bisa ajak kerjasama dan tidak tantruman.
"Arthur? Arabella? Ini adalah adik sepupu kalian berdua namanya Lucas. Kalian bisa bermain dengannya. Dan jangan khawatir, dia anak yang baik. Lucas juga pernah mengalami kejadian yang seperti kalian alami," beritahu Lili selembut mungkin.
Keduanya terkejut mendengar yang barusan dikatakan oleh Lili.
"Dia juga pernah seperti kami?" tanya Arthur, mungkin tidak menyangka kalau anak yang jauh lebih kecil dibandingkan dirinya dan kembarannya itu dapat mengalami hal serupa dengan mereka.
"Apa ayahnya juga yang jahat?" Arabella ikut bertanya.
Lili mengusap kepala mereka berdua, dan berkata, "Bukan ayahnya. Paman Rion yang kalian lihat saat kalian datang dan yang juga menjemput kalian bersama ibu kalian kemarin itu adalah ayahnya Lucas. Dia tidak jahat kepada Lucas tapi orang lain. Sama seperti Lucas kalian akan baik-baik saja setelah ini, jadi tidak perlu takut atau khawatir lagi, oke."
Si kembar menganggukkan kepala tanda mengerti akan penjelasan dari Lili. Walau sedikit mereka berdua tidak lagi merasa waspada dan takut akan kehadiran Lili. Insting anak-anak mereka tahu dengan jelas kalau Lili adalah orang yang baik dan lembut. Tidak mungkin akan menyakiti mereka berdua.
"Aku punya banyak mainan, mau lihat?" ajak Lucas malu-malu kepada si kembar. Wajah dan nada suaranya yang lugu membuat Lili harus menahan diri untuk tidak memeluk dan menciumi bocah itu sekarang. Tak ingin si kembar melihat Lili kehilangan kontrol karena terlalu gemas.
Senyum tak lepas di wajah gadis itu ketika melihat Lucas dan si kembar bermain dengan tenang. Mereka bertiga dapat dengan mudah dekat dan bermain bersama dalam waktu singkat. Mungkin karena ketiganya adalah saudara, membuat mereka dapat dekat dengan cepat.
"Haruskah aku mengundurkan diri sebagai asisten Rion dan menjadi pengasuh mereka saja? Melihat mereka bertiga membuatku rela menghabiskan waktu menjaga dan bermain dengan mereka," ucap Dante yang duduk tak jauh dari Lili, memerhatikan para bocah bermain.
"Sesenang itu dengan anak kecil, huh," sahut Lili.
"Mereka terlalu menggemaskan untuk diabaikan. Mengurus para bocah-bocah itu jauh lebih mudah dibandingkan harus berurusan dengan para manusia dewasa di luar sana," kata Dante, menyandarkan punggungnya pada kaki sofa.
"Sepertinya pekerjaanmu terlalu berat sampai kau berkata seperti itu. Tapi dari yang kudengar kau mendapatkan gaji dan uang yang banyak dari Rion untuk pekerjaanmu," Lili berkata dengan pandangan tak lepas dari pada bocah.
"Well, itu hal paling utama kenapa aku suka bekerja dengan Rion. Pekerjaan dan uang yang masuk ke kantong sepadan, bahkan lebih. Tapi di samping hal tersebut, bisa bekerja bersama Rion itu suatu kebanggaan. Dia orang yang logis dan ambisius, tapi tidak pernah meninggalkan orang-orangnya. Dia akan melakukan apa pun untuk menjaga keluarga dan orang-orang terdekatnya. Dia bukan tipe orang yang mengkhianati atau membuang orang terdekatnya demi sesuatu. Tapi orang-orang selalu melakukan hal tersebut kepadanya sejak dulu," kata Dante. Senyumnya menghilang ketika ia mengatakan kalimat terakhir dari mulutnya.
Lili bisa melihat perubahan ekspresi dan nada suara dari Dante. Setelah lama tinggal di sini dan berpapasan dengan Dante, ia belum pernah bicara face to face seperti sekarang. Selama ini ia selalu melihat Dante dalam mode bekerja, baru ini ia mendapati pria berambut perunggu itu dalam mode santai.
"Jangan menatapku seperti itu, jika Rion melihatnya aku akan di lemparkan ke palung mariana olehnya," canda Dante ketika mendapati sang gadis menatapnya.
"Aku hanya penasaran bagaimana kau bisa mengenal Rion. Kulihat hubunganmu dengannya lebih dari sekedar atasan dan bawahan. Lebih seperti teman baik yang telah saling mengenal lama," kata Lili. Karena sejak pertama, Lili tidak pernah sekali pun mendengar Dante memanggil Rion dengan sebutan 'Bos' atau semacamnya.
Air muka Dante berubah, senyumnya hilang sepenuhnya. Seolah apa yang Lili tanyakan bukanlah hal yang menyenangkan untuk di jawab.
"Ada apa?" tanya Lili yang menyadari perubahan drastis ekspresi pria berambut perunggu itu.
"Pertemuanku dengan Rion bukan cerita yang menyenangkan. Karena kami berasal dari kalangan yang jauh berbeda. Dimana mungkin hanya Rion yang menerimanya," kata Dante.
"Maksudmu?" Lili kembali bertanya, penasaran akan masa lalu Dante dan Rion yang tidak pernah Lili tahu, atau mungkin sebagian orang.
"Aku berasal dari distrik merah. Terlahir dari seorang pelacur dan tumbuh sebagai pencuri. Dan aku orang yang pernah ikut andil dalam menculik Rion," ucap Dante tak terduga.
Keterkejutan tergambar jelas di wajah Lili, tak menduga kalau ia akan mendengar hal seperti ini. Ia selalu mengira kalau mereka berdua bertemu di sekolah, kampus, atau semacamnya. Namun ini benar-benar di luar dugaan. Dante yang Lili lihat sebagai orang berperilaku baik dan luar biasa, serta cerdas dalam banyak hal, justru memiliki masa lalu berkebalikan.
Dan ketika Dante menceritakan lebih jauh, Lili sampai tidak bisa berkata-kata. Pria itu telah melewati jalan berduri, dimana setiap langkah memberikan rasa sakit.
yang banyak
bunga mawar merah untuk mu😅🥰