NovelToon NovelToon
PEMBANGKANG SURGAWI

PEMBANGKANG SURGAWI

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Dan budidaya abadi / Budidaya dan Peningkatan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:28.7k
Nilai: 4.8
Nama Author: Almeira Seika

Jiwa seorang ilmuwan dunia modern terjebak pada tubuh pemuda miskin di dunia para Abadi. Ia berusaha mencapai puncak keabadian untuk kembali ke bumi. Akankah takdir mendukungnya untuk kembali ke bumi…. atau justru menaklukkan surgawi?

**

Mengisahkan perjalanan Chen Lian atau Xu Yin mencapai Puncak Keabadian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almeira Seika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28—Duel Teknik Murid Inti

"Aku dengar..." suara Tetua Qian lirih. "Kau akan duel melawan Hao Lin?" Imbuhnya sembari menatap mata muridnya, ekspresinya penuh dengan kekhawatiran.

Xu Yin tersenyum gembira. "Iya, Guru. Tapi, saya sangat yakin seratus persen, akan memenangkan duel itu."

"Bahkan jika melawan seseorang yang ranahnya berada satu ranah di atasmu?" tanya Tetua Qian lagi.

"Saya memiliki trik yang akan mengejutkan anda, guru. Anda tidak perlu khawatir." Jawab Xu Yin dengan senyuman.

Tetua Qian mengerutkan alisnya, dan matanya membelalak. "Tidak. Kau tidak boleh menggunakan teknik itu lagi, untuk mengalahkan lawan yang lebih kuat."

"Atau... kau akan hancur. Aku tidak ingin kehilangan dirimu." Imbuh Tetua Qian, suaranya mengandung fluktuasi yang kuat, hingga membuat dinding-dinding batu asrama berderak. Selain suaranya yang mengerikan, ekspresinya juga tak kalah menakutkan.

Untuk pertama kalinya, Xu Yin mendengar suara dan melihat ekspresi Tetua Qian yang seperti itu. Ia hanya diam dan menundukkan kepala, tidak tahu harus mengatakan apa kepada gurunya. "Jika aku memberitahunya soal teknik yang sudah kumodifikasi, takutnya, malah semakin marah." Gumamnya dalam batin.

Lalu, pria tua itu menghela napasnya dalam-dalam. "Aku membawa teh spiritual. Sebaiknya diminum di atas bukit untuk merasakan energi Qi langit."

Xu Yin pun mengangguk dan berjalan mengikuti di belakang gurunya. Mereka berdua pun pergi dari asrama, dan duduk di atas tebing belakang sekte. Tetua Qian mengeluarkan meja kecil, teko, dan dua cangkir. Di hadapan mereka, hamparan lautan awan berwarna putih.

"Sebenarnya, aku pergi karena mencarikan Pil Langkah Surgawi level satu untukmu. Sayangnya, hampir satu tahun berkeliling ke negara-negara besar, tak ada yang menjual atau membuatnya." Ungkap Tetua Qian, matanya menatap burung-burung yang berterbangan di langit.

Xu Yin menyeduh teh untuk gurunya. "Selain memakai pil. Apakah tidak ada cara lain untuk naik ke ranah Qi Tempering, Guru?"

Tetua Qian menatap cangkir yang sudah penuh dengan teh, lalu menjawab. "Tentu saja bisa. Itu sangat mudah bagi pemilik Primordial. Tapi... sayangnya, kau bukanlah pemilik 'Primordial biasa'. Aku belum pernah tahu, apakah seseorang yang memiliki Void Primordial bisa naik ranah tanpa memakai Pil atau elemen tertentu."

Kedua jari Tetua Qian mengeluarkan cahaya, lalu mengarah ke dalam dada Xu Yin. Mata Tetua Qian segera berbinar. "Kau... sudah mencapai puncak Qi Awekening 19. Benar-benar hanya membutuhkan Pil Langkah Surgawi level satu untuk naik ranah. Tapi... tenggat waktu hanya tersisa lima hari!"

Xu Yin tersenyum, "Tidak perlu terburu-buru, Guru. Lagipula, melawan seseorang yang ranahnya lebih tinggi satu tingkat, adalah hal yang mustahil. Jadi... mungkin saya akan mengalah saja."

Wajah Tetua Qian yang sedari tadi muram, kini menjadi berbinar dan menunjukkan kegembiraan. "Ini baru muridku yang bijaksana." Ungkapnya sembari tersenyum.

Mereka pun melanjutkan minum teh. Sembari, Tetua Qian menceritakan pengalaman-pengalamannya selama berkultivasi lebih dari tujuh ratus tahun. Setiap pengalaman yang diceritakan, membuat Xu Yin semakin mengagumi gurunya.

Hari-hari berlalu begitu cepat, hingga hari duel pun tiba.

Langit pagi di atas Sekte Tiangu tampak jernih, dihiasi awan putih yang bergerak pelan seolah mengiringi semaraknya hari istimewa itu. Di tengah lembah utama, sebuah arena batu hitam yang megah menjulang, dikelilingi kursi-kursi mengambang berbentuk teratai, melayang dalam formasi melingkar. Di kejauhan, formasi penguat suara telah diaktifkan, dan suara dentuman gong membelah langit dengan gema agung.

Setiap kali duel teknik murid dalam dan murid inti diadakan, Sekte Tiangu akan mengundang satu Tamu kehormatan dari beberapa sekte di negara Xuan.

Ribuan murid dari berbagai lapisan sekte berkumpul, wajah-wajah mereka dipenuhi rasa ingin tahu, kekaguman, dan ketegangan. Aura Qi dari berbagai tingkatan berkumpul dalam satu titik, menciptakan tekanan yang bahkan membuat rumput liar di sekitar arena layu perlahan.

“Itu… itu Senior Duan! Murid Inti kesayangan ketua Sekte Sun!"

"Dia sangat tampan... bahkan, jika dijadikan tungku akupun mau."

"Bahkan, cermin spiritual tidak mau melihat mukamu. Apalagi Senior Duan!"

“Li Jiayi juga hadir… Wah! Mereka semua akan bertarung hari ini?”

“Aku dengar, Hao Lin akan menjadi melawan Xu Yin… tapi, kenapa anak baru harus pasangkan dengan Hao Lin?”

"Apa? Bukankah ranah mereka berbeda?"

"Entahlah..."

Banyak di antara para Murid wanita yang mengagumi dan menyukai Duan Fang. Sementara, Murid laki-laki kebanyakan menghormati dan menaruh respek padanya. Namun, tak kalah banyak, di antara murid laki-laki yang juga menyukai Li Jiayi.

Sementara keramaian semakin bergemuruh, kursi kehormatan di sisi timur mulai terisi. Beberapa Tamu dari berbagai Sekte dan para Tetua sekte Tiangu duduk dengan anggun, jubah panjang mereka berkibar halus karena angin spiritual. Di antara mereka, berdiri Tetua Qian, dengan rambut putih panjang dan mata seperti danau dalam, tenang namun penuh dengan pengetahuan. Ia memejamkan matanya, menyebarkan kesadaran ilahi ke setiap sudut arena guna memastikan keamanan. Setelah itu, ia berkata. “Formasi perlindungan ganda sudah aktif?"

"Sudah, Tetua Qian,” jawab seorang Murid Senior.

Tetua Qian mengangguk pelan. “Bagus. Pertarungan ini… akan menentukan banyak hal.”

Di sisi lain, sesosok melayang perlahan di atas tribun penonton. Jubah biru mudanya berkibar, sebagian rambut panjangnya terikat, dan wajah tenang tanpa ekspresi seperti salju di tengah musim panas.

Xu Yin telah datang.

Ia mendarat dengan ringan di dekat deretan peserta lain. Beberapa Murid Dalam yang menyadari kehadirannya, menatap ke arahnya kemudian segera berbisik dengan murid lain. Namun, sebagian dari mereka juga memiliki rasa takut yang tak bisa disembunyikan, sebagian lagi menatap dengan sinis yang terselubung iri.

“Itu dia…”

“Yang mengalahkan Yu Xinyi…”

“Dia tidak terlihat istimewa… tapi auranya aneh… seperti… mengisap Qidi sekitarnya.”

"Ssstttt... kau lihat? Tingkat kultivasinya meningkat drastis! Dia bukan manusia biasa."

Xu Yin tidak menanggapi, ia sudah terbiasa mendengar bisikan-bisikan itu. Matanya hanya tertuju ke tengah arena, tempat dimana pertarungan akan dimulai. Ia tidak hanya mengamati, tetapi juga menghitung dan menganalisis kemungkinan-kemungkinan. Seperti... jika dia terhempas ke arah utara tribun, tempat itu aman karena tidak ada batu yang bisa meremukkan tubuhnya. Namun, jika terhempas ke arah barat, maka bisa dipastikan tubuhnya akan lumpuh. Tempat itu dikelilingi oleh pagar yang terbuat dari batu giok.

Di tengah fokusnya dalam menganalisis arena, perhatiannya teralihkan pada sosok yang duduk di kejauhan tiga puluh kaki darinya. Dia adalah Duan Fang. Pria yang Xu Yin anggap sebagai sahabatnya itu, memberi senyuman dan anggukan kecil. Xu Yin membalasnya dengan hal yang sama. Ia tidak curiga sama sekali dengan rencana busuk Duan Fang.

Meskipun Xu Yin adalah seseorang yang jenius. Bagaimana pun juga, di dunia modern, ia tidak pernah memiliki seseorang yang bermuka dua dan munafik seperti Duan Fang. Sehingga, kepekaan intuisinya sangatlah rendah. Justru, Xu Yin menjadi seseorang yang sangat haus kasih sayang, yang akhirnya membuatnya mudah diperdayakan dengan persahabatan palsu.

Sejenak, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Duan Fang melihat Xu Yin telah mencapai Qi Awekening 19, segera mengerutkan alisnya dan mengatakan sesuatu dalam batin. "Tingkat kultivasinya melonjak dengan cepat. Sangat mustahil. Hanya dalam tiga bulan?"

Beberapa menit sebelum pertandingan duel di mulai. Gong Surgawi ditabuh empat kali. Gema Gong menggetarkan tanah dan terdengar hingga seluruh Negara Xuan. Menandakan Keagungan Sekte Tiangu.

Tak lama, Duan Fang terbang ke depan arena, diikuti oleh Li Jiayi.

Mereka berdiri berhadapan di tengah arena. Aura mereka beradu di udara, menciptakan tekanan yang membuat beberapa murid tingkat rendah terpaksa mundur.

“Pertarungan pertama. Murid Inti Duan Fang melawan Murid Inti Li Jiayi!” Gema suara seorang Murid Senior, suaranya terdengar hingga sepuluh mil jauhnya.

Gong emas ditabuh ditabuh satu kali. Menandakan, babak pertama akan segera di mulai. Gong emas dan Gong Surgawi memiliki perbedaan. Gong emas hanya berfungsi sebagai pengingat pertandingan, sementara Gong Surgawi sebagai pengingat bahwa Sekte Tiangu adalah Sekte Terbesar ketiga di negara Xuan.

Ratusan murid senior dari berbagai Sekte yang tidak mendapat undangan, turut datang dan berdesakan di luar formasi perlindungan Sekte Tiangu, yang jauhnya lima mil dari lokasi arena.

Sorak sorai membuncah dari tribun penonton. Tak jarang dari mereka yang bermain judi dan saling bertaruh.

"Aku bertaruh sepuluh batu roh kualitas menengah untuk Duan Fang! Dia itu kesayangan Ketua Sekte Sun."

"Baiklah, aku akan bertaruh lima batu roh kualitas tinggi untuk Li Jiayi."

"Apa kau gila? Untuk apa bertaruh sebanyak itu? Jelas, Duan Fang yang menang."

"Mereka berdua berada di ranah yang sama. Siapapun pemenangnya, masih menjadi misteri."

Li Jiayi melangkah maju terlebih dahulu. Gerakannya ringan seperti angin musim semi, namun aura tajam berwarna merah muda menyelimuti sekeliling tubuhnya. Ia memutar tubuhnya satu kali, kemudian menjentikkan jari.

“Bunga Teratai Pembakar.” bisiknya.

Langit mendadak berwarna merah muda. Lima kelopak teratai raksasa muncul di udara, masing-masing menyala dengan api merah muda yang menyilaukan cahaya. Kelopak itu berputar, lalu meledak menjadi ratusan proyektil panas yang mengarah dari atas ke bawah, seperti hujan petasan surgawi.

Duan Fang tak gentar. Ia mengangkat tangan kanan dan menggenggam udara.

“Tinju Dewa Api!”

1
Donna
apakah mirip dg yg d gambar??
Filanina
maksudnya, pamannya itu pintar karena sudah golden core stlh belajar 16 tahun tapi walau pun pintar ttp blm bisa mengenali primordial keponakannya?
Filanina: tapi kurang pintar karena tidak bisa mengenali primordial kan?

soalnya kok kayak tolak belakang. dikatakan pintar tapi tidak mampu.
LaoTzy: Iya pamannya punya bakat terpendam mungkin😭
total 2 replies
Filanina
kayak orang kurang sopan nggak sih ga jawab pertanyaan. Jatuhnya bukan dingin tapi ga sopan.
LaoTzy: Bener banget
total 1 replies
Filanina
oh... berarti itu khusus pedang kendaraan ya.
LaoTzy: Iya. Terinspirasi dari novel sebelah😭
total 1 replies
B A B Y B U N N D
Uupp
༆ᴛᴀ°᭄ᴠᴇᴇʀᴮᴼˢˢ彡
Gaadsss lanjooottt thorr
Filanina
Kalau dalam novel china kayak gini emang jarang sih ngasih penjelasan... terjadi begitu saja dan diterima begitu saja.
Filanina
ini pedang terbang itu biasanya pedang yg dipakai bertempur atau bukan sih? Atau khusus kendaraan?
pedang biasa bisa apa nggak? tergantung ilmu seseorang atau tergantung pedangnya?
Filanina
lucu juga ya, siapa yang pertama kali dapat ide pedang jadi kendaraan?

mungkin padanan sapu terbang penyihir atau karpet terbang aladin. cerita2 benda terbang yg jadi kendaraan yang lebih kuno.
Filanina
mungkin diberikan bukan memberikan. kalau nggak memberikannya. objeknya diganti -nya. subjeknya ttp wanita itu.
Filanina
Thor, ini dalam narasinya bakal ditulis Chen lian terus sementara di sana namanya Xu Yin?
Filanina
owh... yang terkuat bukan yang nomor 1 ya... ?
Filanina
semnanti mungkin typo ya. apa sembari?
Filanina
kalau mau perbaiki, pakailah koma sebelum petik alih-alih titik. trus dialog tag ditulis huruf kecil.
Filanina
saya ngasih koreksian typo
Filanina
kok aneh sekali kalau sampai kedua orang tuanya seperti itu. padahal anak tunggal.
Filanina
wah, parah itu. Belum tahu apa2 langsung dihajar
Filanina
cuma basuh muka? /Shame/
Filanina
jangan2 Fu heng bakal jadi musuh...
Filanina
iya-ya
ibunya jadi hangat.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!