naya menbeci atasan nya yang bernama raka tapi berujung jadi jatuh cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arsifa nur zahra u, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 19 * di balik ancaman di dalam pelukan *
Pagi di villa itu terasa seperti mimpi. Udara dingin, aroma kopi yang baru diseduh, dan suara alam yang menggantikan bising notifikasi dari kantor.
Tapi di tengah ketenangan itu, aku tak bisa mengabaikan satu hal email misterius itu.
Raka duduk di teras sambil membuka laptopnya. Dia sudah mengontak teman lamanya di tim IT yang punya akses untuk melacak pengirim anonim.
“Ada yang aneh,” katanya setelah beberapa menit mengetik. “Email itu dikirim dari jaringan internal Kantor kita.”
Aku menegang. “Jadi… ini orang dalam?”
Raka mengangguk pelan. “Dan ada satu lagi. Ini bukan pertama kalinya dia kirim pesan ke beberapa orang tapi baru kali ini menyasar kamu.”
Aku menelan ludah. “Dia ngincar aku karena kita?”
“Bisa jadi tapi lebih ke arah... memperingatkan. Atau mengancam. Mungkin karena posisi aku di proyek baru itu bisa aja ini cara buat ganggu fokusku.”
Aku memeluk tubuh sendiri. Rasanya seperti jadi bidak di permainan yang gak aku pahami.
Raka bangkit dari kursinya, mendekat, lalu memegang pipiku lembut. “Denger ya aku janji, gak akan ada yang sentuh kamu. Selama aku ada, kamu aman.”
Aku menatap matanya. Tatapan yang selalu membuat aku merasa kecil tapi dilindungi. Tak tahu kenapa, tapi pagi itu, aku hanya ingin dekat dengannya. Sedekat mungkin.
Tanpa kata, aku melangkah maju dan memeluknya erat. Tubuhnya hangat, menenangkan, dan untuk pertama kalinya... aku gak ingin berpura-pura kuat.
Pelukannya membalas pelan tapi pasti. Lalu dia menyentuh daguku dan mengangkat wajahku untuk menatapnya. Bibir kami hanya beberapa senti berjauhan.
“Naya...” bisiknya, nyaris tak terdengar.
Aku tahu apa yang akan terjadi. Tapi kali ini, aku tidak menolak. Tidak menghindar.
Ciuman kami pelan di awal, seperti memastikan bahwa ini benar-benar terjadi. Tapi perlahan, rasa itu meledak. Rindu, ketegangan, cinta, semuanya campur jadi satu. Tak ada kantor, tak ada email, tak ada masa lalu hanya kami berdua.
Tangannya menyusuri lenganku, menarikku lebih dekat. Aku merespons, membiarkan semua pertahanan runtuh. Kami bukan lagi dua orang dewasa yang saling menjaga jarak. Kami hanya dua manusia yang akhirnya jujur pada perasaan masing-masing.
Saat akhirnya kami berbaring di sofa villa kecil itu, napas masih tersengal dan pipi hangat, Raka membelai rambutku.
“Aku pengen jagain kamu, Nay. Tapi kamu juga harus janji, jangan pergi, bahkan kalau semuanya jadi rumit.”
Aku mengangguk pelan. “Aku gak akan pergi. Biar aku juga yang jagain kamu, Rak.”
Sisa hari itu kami habiskan berdua, dalam keheningan yang tidak canggung. Kadang diam adalah bahasa paling intim.
Tapi saat matahari mulai tenggelam, notifikasi dari laptop Raka berbunyi.
“Ini dia,” katanya sambil menajamkan pandangan ke layar. “Email itu dikirim dari akun bernama… A. Putri.”
Aku mengerutkan dahi. “Siapa itu?”
Raka terdiam sejenak. Wajahnya berubah tegang.
“Itu... salah satu staf baru di divisi legal. Pernah bantu proyekku sebentar. Tapi... dia sempat ngedeketin aku juga.”
Aku menegang. “Jadi dia cemburu?”
“Mungkin. Tapi ini lebih dari sekadar cemburu. Dia punya akses ke data, ke jadwal. Dia bisa jadi ancaman kalau gak ditangani serius.”
Hatiku langsung dingin , Perempuan lain di kantor. Yang tahu tentang aku dan Raka.
“Besok aku urus,” katanya sambil mematikan laptop. “Tapi malam ini, aku cuma mau fokus sama kamu.”
Dia menarikku lagi ke dalam pelukan.
Dan untuk sementara, aku izinkan diriku larut dalam rasa itu.
Karena meski badai belum selesai, setidaknya aku tahu .
g bertele-tele 👍👍👍👍👍
😘😘😘😘😘😘
gmn klo a ny jdi e😩😩😩😩