Ariana, dibenci oleh suaminya dan mertua karena melahirkan anak yang buta, juga karena pekerjaan Ariana sebagai guru honorer yang dianggap tidak bisa membantu perekonomian keluarga.
Masalah semakin pelik di saat anak mereka terserang virus misterius yang menyebabkan kedua kaki nya lumpuh dan membutuhkan banyak biaya, pengobatan tidak ditanggung seratus persen oleh asuransi. Ariana pun dicerai oleh suaminya.
Ariana sangat mencintai puteri semata wayangnya meskipun cacat dan membutuhkan banyak biaya.. Ariana harus berjuang keras untuk mendapatkan uang agar anak nya sembuh dan tidak lumpuh permanen , Ariana terus berusaha agar punya banyak uang, Dia juga punya mimpi ada biaya untuk operasi mata puteri nya agar puteri nya bisa melihat indah nya dunia.. Dia pun iklas jika harus mendonorkan satu kornea mata nya...
Hmmmmm apa mungkin Ariana bisa mewujudkan mimpi nya dengan status nya sebagai guru honorer dengan gaji lima ratus ribu per bulan????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 23.
Waktu pun terus berlalu keesokan hari nya, Ariana sudah kembali mengajar di sekolah..
“Alhamdullilah ya Ar, Rumi sudah sehat dan tidak opname. Maaf ya aku belum nengok rencana sih nanti sepulang aku habis ngasih les.. ini buat beli oleh oleh mentahan saja ya..” Ucap Shelly sambil tersenyum dan memasukkan amplop kecil di tas kerja Ariana saat mereka berada di ruang guru saat jam istirahat.
“Terima kasih ya Shel, malah ngrepoti kamu.” Ucap Ariana tidak enak hati.
“Tidak repot kok Ar, Cuma sedikit hanya sebagai tanda kasih saja.. kamu pasti keluar uang biaya tak terduga lagi ya Ar, mana pemasukan dari les berkurang, tarif dinaikkan tapi kalau yang les makin sedikit ya sama saja, mana kita jadi macam dikejar kejar waktu harus muter muter.” ucap Shelly.
“Iya Shel, bersyukur saja masih ada pemasukan dari les, nanti kita pikirkan lagi Shel. Kemarin pakai uang kuliah Briana dulu, Bapak kan setiap bulan menyisihkan uang untuk kuliah Briana agar tidak kaget saat pembayaran semester tiba. Terus nanti aku ganti pinjam PKK pakai nama Ibu ku, karena aku belum bisa pinjam di PKK karena masih anggota baru.” Ucap Ariana yang kini sudah tercatat menjadi warga di lokasi rumah orang tua nya. Seperti itulah Ariana untuk menutup kebutuhan nya, selain dengan kerja sampingan dia pun harus pinjam sana sini. Dia pun kalau pinjam pada orang tua nya selalu dia kembalikan. Kecuali jika memang orang tua nya memberikan.
Beberapa guru pun memberi ucapan pada Ariana dan menanyakan kabar Arumi, tetapi hanya Shelly yang memberikan amplop berisi uang. Karena macam ada aturan tidak tertulis memberi sumbangan orang sakit jika opname selama tiga hari lebih. Dan kadang ada iuran suka rela yang dikumpulkan bersama.
Sesaat Pak Anton masuk ke dalam ruang guru itu dia pun berjalan ke arah meja Ariana...
“Syukur alhamdullilah Bu Ariana, anak nya sudah pulang.. “ ucap Pak Anton sambil tersenyum..
“Pak Anton itu syukur alhamdulillah karena Arumi sudah pulang apa syukur alhamdulillah tidak ditariki sumbangan untuk nengok Arumi.” Saut Shelly yang masih duduk di dekat Ariana.
“Atau syukur alhamdulillah bisa minta tolong Bu Ar lagi ha... ha... ha....” saut Pak Guru yang duduk tidak jauh dari Shelly, karena sudah hafal Pak Anton sering minta bantuan Ariana.
Pak Anton hanya tersenyum masam dan melangkah menuju ke meja nya.
Detik berganti detik menit berganti menit jam berganti jam, malam hari pun telah tiba...
Setelah selesai mengajar les privat Ariana melajukan motornya dengan kencang untuk menuju ke rumah. Sesampai di rumah dia mengambil pakaian, keperluan pribadi dan perlengkapan kerja nya besok pagi.
“Sayang Bunda berangkat ya... jangan tidur malam malam ya... “ ucap Ariana sambil mencium kening Arumi yang telah berbaring di tempat tidur namun belum tidur.
“Iya Bun.. hati hati ya...” suara imut Arumi sambil mencium pipi Bunda nya.
“Kamu sudah tahu rumah nya kan Ar? Hati hati ya di jalan..” ucap Bapak nya Ariana saat dipamiti oleh Ariana.
“Sudah Pak, Tidak jauh juga dari rumah kita, paling lama lima belas menit naik motor.”
“Tidak usah ngebut ngebut dan nurut pada Bu Hajjah Khasanah.. kamu kalau tidur jangan terlalu lelap, karena tugas Kamu menemani Bu Hajjah Khasanah kalau ada apa apa kamu yang bertanggung jawab..” ucap Ibu nya Ariana sehabis dipamiti oleh Ariana.
“Iya Bu, sudah ya Bu, Pak.. titip Arumi.. aku berangkat ya.. Assalamualaikum...” ucap Ariana dan terus melangkah keluar rumah di punggungnya menggendong tas ransel kerja nya dan tangan nya membawa tas yang berisi pakaian dan keperluan pribadinya..
“Iya.. hati hati waalaikumsalam.. “ ucap Bapak dan Ibu nya Ariana.
Ariana terus melajukan motorkan menembus kegelapan malam yang disinari oleh lampu motor tua nya, dan juga kadang kadang ada lampu jalan atau lampu dari kendaraan lain nya..
Dan benar sepuluh menit lebih dikit motor Ariana sudah berada di sebuah rumah yang besar dan luas dengan arsitektur tradisional jawa. Pagar tembok kira kira setinggi satu setengah meter dan pintu gerbang terbuat dari besi baja.. di dekat pintu pagar itu ada pos jaga..
Seorang laki laki memakai baju kemeja dan celana hitam berkalung sarung dan ada peci hitam di kepala nya, keluar dari pos jaga itu, dan membuka pintu gerbang.
“Mbak Ariana ya?” tanya laki laki itu yang kira kira berusia empat puluhan tahun .
“Benar Pak, saya yang akan bertugas menemani Bu Hajjah Khasanah.”
“Silakan masuk Mbak, motor di parkir di garasi sana itu ya.. itu masih ada motor Bu Supri yang bertugas bersih bersih. Saya yang bertugas untuk keamanan rumah ini, kalau ada apa apa bisa hubungi saya, bisa teriak teriak atau menelpon pos jaga.” Ucap laki laki itu.
“Baik Pak.” Ucap Ariana dan terus melaju kan motor nya menuju ke garasi yang sudah ditunjukkan oleh penjaga pintu gerbang itu. Halaman rumah itu tergolong luas, ada beberapa pohon tumbuh di halaman itu dari sinar lampu Ariana bisa melihat pohon pohon di halaman itu ada pohon sawo, pohon mangga, pohon palem merah, pohon pisang kipas juga ada pohon rambutan seperti yang tumbuh di halaman rumah orang tua nya.
Setelah memarkir motornya Ariana berjalan menuju ke pendopo rumah yang terletak di depan bangunan rumah utama, pendopo itu tanpa dinding tapi beratap bentuk joglo dan berlantai keramik berkilau oleh sinar lampu robyong yang indah tergantung. Ariana terus melangkah melewati pendopo itu menuju ke pintu rumah, sebelum Ariana menekan bel atau mengucap salam pintu rumah sudah terbuka dan muncul sosok wanita setengah baya bertubuh agak gemuk.
“Mbak Ariana ya.. saya Bu Supri yang bertugas bersih bersih rumah ini, syukurlah kalau Mbak Ariana sudah datang, saya mau pamit pulang.. cucu saya sudah telpan telpon tanya kapan pulang.. Itu Ibu sepuh sudah masuk ke kamar nya.. Ayo saya tunjukkan kamar nya Mbak Ar.. dan kunci pintu ini ada di kamar Ibu Sepuh juga, nanti kalau saya pulang pintu saya kunci dari luar. Besuk habis subuh saya sudah datang Mbak.” ucap Bu Supri mengenalkan diri dan melangkah lagi ke dalam untuk menunjukkan kamar Bu Hajjah Khasanah.
Mereka melewati ruang tamu yang luas ada berapa set kursi kayu berukir ada juga satu set kursi kayu bervariasi rotan model jaman dulu, ada juga satu set sofa model modern.
“Luas sekali rumah ini, kasihan juga kalau orang tua hanya sendirian.” Gumam Ariana.
“Iya Mbak Ar, Bu Nur, Bu Lela, Pak Lukman sudah berkeluarga punya rumah sendiri, cucu cucu juga tidak ada yang mau tinggal di sini, mereka kuliah dan sekolah ke luar kota semua.. Mas Fadli yang punya jatah rumah ini belum berkeluarga dan malah tugas ke luar negeri agak lama.”
Sesaat Ariana menatap sebuah benda besar di pojok yang tertutup kain putih. Meskipun ditutup oleh kain putih dia tahu benda apa yang ada di baliknya melihat lekuk lekuk nya.. Bibir nya tersenyum membayangkan Arumi berada di depan benda itu..
“Itu piano hanya Pak Lukman dan Mas Fadli yang bisa mainkan Mbak, apa Mbak Ar bisa main piano?” tanya Bu Supri yang melihat Ariana macam terpana dengan barang itu. Dia punya keinginan untuk menyekolahkan musik Arumi tetapi belum ada biaya.
“Tidak bisa Bu, hanya senang mendengarkan saja..” ucap Ariana sambil terus melangkah..
Setelah melewati ruang tamu mereka melewati ruang makan yang luas, meja makan yang ada di ruang itu juga luas dan ada kursi makan berjumlah sepuluh mengitari meja makan luas yang sudah terlihat bersih.
Di kanan ruang makan itu ada pintu pintu kamar..
“Ini kamar Ibu Sepuh.. “ ucap Bu Supri..
“Bu.. Mbak Ariana sudah datang, saya pamit pulang ya Bu...” suara Bu Supri agak keras.
“Ya suruh masuk saja.” Suara Bu Hajjah Khasanah dari dalam.
“Silakan masuk Mbak Ar, pintu tidak dikunci.”
“Kamar saya di mana Bu?” tanya Ariana..
“Ya di situ Mbak.. masuk saja nanti diberi tahu Ibu Sepuh.. Mas Fadli sudah mengizinkan Mbak Ariana tidur di situ.. biasa nya Mas Fadli yang tidur menemani Ibu Sepuh di dalam situ.. tenang saja Mbak Ar, semua sprai , sarung bantal guling dan selimut sudah saya ganti..” ucap Bu Supri sambil tersenyum dan membuka kan daun pintu kamar itu, lalu dia membalikkan tubuh nya untuk pulang ke rumah nya.
“Assalamualaikum...” ucap Ariana sambil melangkah masuk dan menutup pintu kamar.
“Waalaikumsalam..” suara Ibu nya Bu Hajjah yang bernama Siti Khasanah. Ariana terus melangkah di kamar yang luas ada tempat tidur yang luas dan ada sofa besar Bu Hajjah Khasanah tampak sedang duduk di sofa itu sambil menonton siaran televisi.. di kamar itu juga ada lemari yang sangat besar di belakang lemari tampak ada ruangan yang terhubung.
“Kenapa anak kamu tidak kamu ajak?” ucap Bu Hajjah Khasanah sambil menoleh ke arah Ariana.
“Takut nya dia mengganggu Bu...” ucap Ariana sambil terus melangkah..
“Ajaklah ke sini, kalau dia mau. Kasihan dia.. “
“Itu kamar kamu di belakang lemari itu, biasa nya Fadli yang tidur di situ, ada meja kerja juga pakailah kalau kamu masih ada tugas lembur. Fadli juga kadang lembur sampai tengah malam. Kalau kamu terganggu suara televisi kecilkan saja sesuai keinginan kamu atau kamu matikan saja. Fadli sering melakukan seperti itu.. aku kadang sudah tertidur tapi tivi masih nyala dan keras sendiri.” Ucap Bu Hajjah Khasanah.
“Baik Bu, saya taruh tas saya ke sana..” ucap Ariana sambil terus melangkah menuju ke ruang yang bersekat oleh lemari besar itu.. Sesaat kedua mata Ariana membulat melihat kamar yang sudah di siapkan untuk nya.