Ariana, dibenci oleh suaminya dan mertua karena melahirkan anak yang buta, juga karena pekerjaan Ariana sebagai guru honorer yang dianggap tidak bisa membantu perekonomian keluarga.
Masalah semakin pelik di saat anak mereka terserang virus misterius yang menyebabkan kedua kaki nya lumpuh dan membutuhkan banyak biaya, pengobatan tidak ditanggung seratus persen oleh asuransi. Ariana pun dicerai oleh suaminya.
Ariana sangat mencintai puteri semata wayangnya meskipun cacat dan membutuhkan banyak biaya.. Ariana harus berjuang keras untuk mendapatkan uang agar anak nya sembuh dan tidak lumpuh permanen , Ariana terus berusaha agar punya banyak uang, Dia juga punya mimpi ada biaya untuk operasi mata puteri nya agar puteri nya bisa melihat indah nya dunia.. Dia pun iklas jika harus mendonorkan satu kornea mata nya...
Hmmmmm apa mungkin Ariana bisa mewujudkan mimpi nya dengan status nya sebagai guru honorer dengan gaji lima ratus ribu per bulan????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 25.
Ariana menoleh ke belakang ke arah rumah utama yang pintunya sudah dia tutup meskipun tidak dia kunci.
“Ada suara piano benaran? Telinga ku tidak halusinasi, tapi siapa yang memainkan kata Bu Supri hanya Pak Lukman dan Mas Fadli yang bisa memainkan piano itu.” Gumam Ariana di dalam hati. Dia yang begitu penasaran akhirnya membalikkan tubuhnya dan kembali lagi melangkah menuju ke pintu rumah utama. Pelan pelan dia buka daun pintu itu. Namun sudah tidak terdengar lagi suara denting piano.
Bibir Ariana tersenyum melihat Bu Supri yang berdiri sambil mengelap ngelap piano yang kini kain putih penutupnya telah dibuka.
“Bu Supri tadi yang memainkan piano Bu? Kenapa tidak berlanjut?” ucap Ariana agak keras..
Bu Supri yang masih ngelap piano itu menoleh dan bibir tersenyum lebar..
“Weh.. Mbak Ariana masih di situ to? Tadi dengar? Saya bisa nya Cuma gitu saja Mbak... endak hafal, hafal nya Cuma Satu dua tiga empat lima, tiga satu enam satu, tujuh enam lima... Ha... ha... ha...ha...” ucap Bu Supri sambil tertawa.. Ariana pun tersenyum.
“Kalau disuruh melanjutkan sampai nanti sore ya gitu terus, nanti yang dengar telinga nya sakit Mbak..” ucap Bu Supri lagi sambil masih tersenyum lebar lalu melanjutkan kembali pekerjaan.
“Wah kalau bisa saya minta diajari Bu Supri.. ya sudah Bu, saya pamit..” ucap Ariana sambil masih tersenyum bibirnya menatap Bu Supri.
“Ya Mbak hati hati besok minta diajari Pak Lukman atau Mas Fadli kalau sudah pulang mbak, ada buku buku besar nya.”
Ariana menutup pintu lalu melangkah menuju ke garasi motor.
Ariana melajukan motornya dengan kencang. Beberapa menit kemudian motor Ariana sudah sampai di sekolah. Tidak ada lagi drama terlambat masuk, meskipun sudah ada beberapa motor guru yang sudah terparkir. Motor Shelly pun terlihat sudah terparkir manis.
“Shelly sudah lebih dulu datang, coba aku katakan usulan Bu Hajjah Khasanah tadi apa dia setuju.” Gumam Ariana di dalam hati sambil mempercepat langkah nya menuju ke ruang guru. Agar masih cukup untuk berbicara dengan Shelly.
Saat sudah memasuki ruang guru, terlihat Shelly sudah duduk di kursi dan di meja nya sudah ada barang dagangan daster dan sprei , seorang Ibu Guru terlihat berdiri sambil memilih milih daster.
“Selamat pagi semua..” sapa Ariana sambil melangkah menuju ke meja nya yang berdampingan dengan meja Shelly.
“Selamat pagi Bu Ar...” ucap beberapa guru yang sudah ada du ruang guru.
“Hai Ar, tumben lebih dulu aku. Aku yang kepagian atau kamu yang kesiangan. Ini ada barang baru ambil yang banyak Ar...” ucap Shelly sambil menunjukkan di bawah meja nya ada banyak barang dagangan yang dia bawa.
“Aku tadi juga sudah mau berangkat lebih pagi Shel, tapi ada yang mengajak omong omong. Aku malam tadi kan sudah kerja di rumah Bu Hajjah Khasanah, Shel. Ini aku berangkat kerja juga dari sana. Rumah nya luas banget pagar tembok tinggi dan ada petugas keamanan. Bu Hajjah menawar kan ruang tamu atau pendopo untuk tempat kita mengajar les, menurut mu bagaimana.” Ucap Ariana dengan nada serius setelah duduk di kursi.
“Wahhh kalau murid murid mau aku setuju banget Ar, kita tidak capek dan boros bensin. Masih mending motor tua kamu itu malah hemat bensin, motor ku boros Ar.. kalau ada penjaga keamanan pasti anak anak lebih tenang. Tapi bagaimana kalau minta harga turun, aku sih okey okey saja harga murah kalau yang les banyak juga jadi dapat banyak pemasukan tapi si Sofie itu bikin masalah lagi tidak.“ ucap Shelly dengan serius pula .
“Tapi aku belum bicara banyak dengan Bu Hajjah Khasanah tentang masalah les kita kemarin dia malah curhat tentang anak bungsu nya yang belum nikah.” Ucap Ariana sambil membuka tas nya untuk menyiapkan hasil kerja siswa yang sudah dia koreksi dan flash disk yang akan dia kembalikan pada teman guru yang minta tolong pada nya.
“Wah anak bungsu nya cowok apa cewek Ar?” tanya Shelly yang jomblo penuh semangat.
Akan tetapi tiba tiba Bu Guru yang berdiri di depan meja Shelly menyaut sebelum Ariana menjawab..
“Ngomong ngomong Bu Ar ini kerja apa malam malam di rumah orang? Jadi penunggu rumah atau apa?” tanya Bu Guru itu kepo banget..
“Kalau saya jawab kerja untuk menemani tidur, pasti pikiran Bu Marsi akan traveling ke mana mana.. tapi benar begitu ada nya Bu, saya diminta menemani tidur saja he... he... he...” ucap Ariana sambil tertawa kecil.
“Ar belum kamu jawab pertanyaan ku anak bungsu nya umur berapa cowok atau cewek?” Ucap Shelly lagi yang masih kepo banget.
“Bentar Shel itu Pak Gito dan Bu Dewi sudah datang aku kasih ini ke mereka dulu..” ucap Ariana sambil membawa setumpuk kertas dan flash disk lalu bangkit berdiri untuk melangkah menuju ke meja Pak Guru yang meminta tolong untuk mengoreksi pekerjaan siswa dan Bu Guru Dewi yang minta tolong dibuatkan video untuk media alat bantu mengajar karena Bu Dewi sudah setengah baya agak gagap teknologi.
Bu Marsi yang kepo tentang pekerjaan sampingan baru Ariana masih bertanya tanya pada Shelly tetapi Shelly hanya menjawab tidak tahu.
Sesaat bunyi bel tanda masuk pelajaran pertama pun dimulai. Shelly yang mendapat jadwal jam pelajaran pertama langsung ke luar dari ruang guru..
“Ar belum kamu jawab loh tadi.” Ucap Shelly pada Ariana yang masih sibuk dengan Bu Dewi.
“Iya nanti kalau istirahat kita omong omong lagi, sudah sana ke kelas.” Ucap Ariana yang tidak mendapat jadwal jam pertama.
Waktu pun terus berlalu hingga jam selesai kantor pun tiba..
“Shel aku duluan ya, ini barang aku bawa, Mama nya Ella pasti suka dan dikirim ke luar jawa langsung habis pasti ini barang.” Ucap Ariana sambil membawa satu kantong barang dagangan. Dia ingin cepat cepat sampai rumah untuk melepas rindu pada Arumi. Tidak ngeloni semalam saja rasa rasa nya seperti sudah berbulan bulan tidak ketemu.
“Iya Ar, aku setuju banget kita ngajar les di rumah Bu Hajjah, he..he... he.. aku kepo tuh sama anak bungsu nya..” ucap Shelly sambil tersenyum lebar karena sudah diberi tahu Ariana kalau anak bungsu Bu Hajjah cowok.
“Jaga hati Shel, sudah punya cewek tuh orang..” ucap Ariana sambil cepat cepat melangkah keluar ruang guru. Akan tetapi saat sampai di pintu dia berpapasan dengan Pak Anton..
“Wah Bu Ar terburu buru nih, kerja baru nya jadi pembantu apa pemu...” ucap Pak Anton sambil tersenyum miring namun belum selesai kalimat nya, sudah dipotong oleh Ariana.
“Pak Anton itu pendidik ya.. jaga tuh otak dan mulut.” Saut Ariana dan segera melangkah pergi.
Ariana melajukan motornya dengan kencang menuju ke rumah nya.. Ariana pun mampir di kios buah untuk membelikan buah buat Arumi. Bibir Ariana tersenyum senang karena hari ini dia mendapat lumayan pemasukan tambahan dari Bu Hajjah, Pak Gito dan juga dari Bu Dewi.. juga barang dagangan yang dia bawa sudah dipesan oleh Mamanya Ella uang pun sudah ditransfer.
Beberapa menit kemudian motor Ariana sudah memasuki halaman rumah nya..
“Bunnndaaaaa....” teriak Arumi yang duduk di kursi roda di teras bersama Nenek, karena mendengar suara motor Ariana dan diberi tahu oleh Nenek kalau Sang Bunda sudah pulang.
“Rumi.... Bunda kangen banget...” ucap Ariana cepat cepat memarkir motornya dan kedua tangan membawa barang dagangan dan satu kantong buah buahan segar yang sangat bagus buat kesehatan Arumi.
“Rumi juga kangen banget Bun... Rumi dan Nenek sudah nunggu di sini sejak habis makan siang..” suara imut Arumi kedua tangannya diangkat terarah ke depan sudah begitu ingin memeluk Bunda nya.
Sesaat kemudian Ibu dan anak itu saling berpelukan erat dan saling berciuman untuk melepas rindu.
“Bagaimana kerja kamu di rumah Bu Hajjah Khasanah Ar?” tanya Nenek setelah Ariana dan Arumi selesai melepas rindu.
“Bu Hajjah mengizinkan Arumi ikut Bu, kalau Arumi mau..”
“Bun, aku mau Bun, aku kangen banget sama Bunda kalau tidur tidak ada Bunda.”
“Baiklah nanti malam kamu coba ikut Bunda.”
“Bu, nanti tolong makan malam ku dibungkus saja aku makan di sana. Sepulang aku les biar langsung ke sana agar Arumi tidak kemalaman.” Ucap Ariana sambil menatap Ibu nya..
Waktu pun terus berlalu malam hari pun telah tiba. Arumi sudah menunggu lagi Sang Bunda pulang dari kerja mengajar les dari sore hingga jam delapan malam..
Saat waktu menunjukkan jam delapan lebih sepuluh menit, terdengar suara motor Ariana..
“Kek, Nek itu Bunda sudah datang.. Ayo antar aku keluar dan bawa makanan buat Bunda agar Bunda tidak usah masuk ke rumah, keburu malam Kek, Nek..” suara imut Arumi sambil memangku tas yang berisi perlengkapan pribadi nya dan baju kerja Bunda nya untuk esok hari yang tadi sudah disiapkan oleh Ariana sebelum berangkat mengajar les.
“Iya ayo.. “ ucap Kakek lalu mendorong kursi roda Arumi. Nenek pun cepat cepat mengambilkan bekal makan malam Ariana.
“Sayang kamu sudah siap? Bunda ambil kain buat gendong kamu.” Ucap Ariana sambil cepat cepat melangkah masuk untuk mengambil kain gendong.
“Ar, bagaimana kalau aku dan Bapak mu antar Arumi kamu bawa motor sambil bawa tas, apa tidak repot bawa Arumi dan tas tas itu.” Ucap Nenek yang ditangan nya sudah membawa kotak bekal makan malam Ariana yang ditaruh di kantong plastik.
“Tidak usah Bu, sudah malam kasihan Ibu dan Bapak bolak balik. Bisa kok maka Arumi akan aku gendong belakang agar dia aman.” Ucap Ariana dan cepat cepat melangkah masuk.
Sesaat kemudian Ariana sudah menggendong tubuh Arumi di belakang dengan kain yang kuat. Tas ransel kerja dia gendong di dada.. bekal makan dia cantel di motor. Tas keperluan pribadi juga dicantel di motor dan dijepit agar tidak jatuh..
“Assalammualakum...” ucap Ariana setelah menyalakan mesin motor nya..
“Assalam mualaikum Kek .. Nek..” suara imut Arumi yang ada di punggung Ariana.
“Waalaikumsalam.. hati hati..” ucap Kakek dan Nenek bersamaan. Motor tua yang membawa Ariana dan Arumi pun berjalan meninggalkan halaman rumah Kakek dan Nenek.
Air mata Kakek dan Nenek mengalir begitu saja dari kedua ujung nya.. dan masih berdiri mengantar kepergian anak dan cucunya...
“Ibarat nya Ariana bekerja hampir dua puluh empat jam.. tadi siang dia pulang dari sekolah, makan siang lalu mandi, belajar sama Arumi, terus siap siap, jam empat kurang dikit sudah berangkat ngeles, sekarang sudah pergi lagi.” gumam Nenek dan air mata semakin deras mengucur..
hatinya tenang adem ayem gk tertekan kayak waktu hidup bareng loe..