Cinta Di Atas Menara (Pencuri Hati Pria Lumpuh)

Nara dan Dimas duduk di tempat tidurnya sambil berpelukan.

" Mas"

" Hmmm" Jawab Dimas sambil mengusap lembut punggung istrinya.

" Apa kita akan menghadiri acara akad nikah Devan dan kekasihnya? ".

Dimas menghela nafasnya dalam dalam kemudian menyandarkan kepalanya di bantal yang sudah disusun sedemikian rupa

" Entahlah sayang, menurutmu bagaimana? ".

" Apa sebaiknya kita hadir untuk memberikan doa restu untuk Devan, bagaimanapun juga dia anak kandung kamu mas ".

" Apa kamu tidak apa apa? ".

Nara menggeleng perlahan " Aku sudah mengubur perasaanku kepada Devan mas, apalagi melihatnya bahagia dengan gadis pilihannya memberikanku perasaan lebih tenang dan semakin iklas menjadi istrimu tanpa rasa bersalah ".

Dimas menatap wajah cantik Nara dan tersenyum sambil mencubit hidungnya.

" Benarkah? kalau begitu bagaimana kalau kita cari pahala malam ini, kita lembur sampai pagi? "

Nara mencubit balik hidung suaminya itu

"Ih ya jangan dong mas, kalau kita lembur sampai pagi besok kita gak jadi ke acara pernikahannya Devan dong. Gini aja kita lakukan satu ronde saja bagaimana? ".

Dimas menggeleng manja " Tiga ronde ".

" Emm dua ronde " Tawar Nara.

Dimas tersenyum kemudian mencium bibir merah Nara dan melancarkan aksinya.

Mereka menikmati malam panjang dengan lenguhan dan peluh kenikmatan.

Namun tiba tiba saat Dimas mulai menggempur istrinya dengan brutal dan hentakan yang sedikit kasar, Nara memintanya untuk berhenti sejenak.

" Mas tunggu"

"Kenapa sayang? "

" Mulai sekarang mas harus melakukannya dengan hati hati" Jawab Nara dengan senyuman tipis membuat Dimas penasaran.

" Ada apa sih? ".

Nara hanya tersenyum sambil mengusap perutnya yang membuat Dimas mengerti dan ikut tersenyum bahagia kemudian mencium kening istrinya dan melanjutkan apa yang belum selesai dengan lebih berhati-hati.

Setelah selesai, keduanya lemas dengan saling berpelukan.

" Terimakasih sayang, kamu mau menerimaku sebagai suamimu dan ibu dari anak anakku" Bisik Dimas sambil mengusap perut Nara yang masih rata.

" Karena itu mas harus hati hati sekarang, dokter bilang kandunganku masih muda dan rentan, ini saja masih jalan satu bulan" Ucap Nara sambil memonyongkan bibirnya.

Dimas sangat bahagia namun di sisi lain dia memikirkan perasaan Devan, apakah nanti dia bisa menerima anaknya bersama Nara sebagai adiknya. Dan apa dia tidak malu sama teman temannya kalau punya adik lagi.

" Sewaktu menikahi Nara aku membuatnya terluka, dan sekarang Nara hamil anak papanya, Aduh bagaimana ini, kalau sampai Devan tidak bisa menerima adiknya " Batin Dimas yang mulai resah.

"Ada apa mas? " Tanya Nara.

" Ah tidak sayang, mas sangat bahagia mendengar berita kehamilanmu, semoga nanti anak kita cewek karena pasti dia akan sangat cantik seperti ibunya "

Nara tersipu malu dan membenamkan wajahnya di dada sang suami.

###

Sementara itu, Bayu yang mulai resah dengan kehadiran Andara merasa tidak tenang sebelum menemuinya sekali lagi untuk memberikan penjelasan.

" Ada apa Bay? " Tanya Siska sambil membenarkan selimut yang menutupi tubuh polosnya.

Bayu menghela nafasnya dalam dalam " Hhh

Siska, kamu sudah bangun? Sebaiknya aku antar kamu pulang sekarang juga".

Tanpa jawaban Siska mengambil baju bajunya yang berserakan dengan sedikit kesal karena merasa sangat tidak dianggap, tapi tidak terlalu membuatnya pusing karena bagi Siska Bayu hanyalah pemuas ranjangnya.

Sepanjang perjalanan Siska dan Bayu hanya terdiam di dalam mobil hingga mobilnya berhenti di depan sebuah rumah mewah berlantai tiga.

" Aku turun di sini saja Bay, sebaiknya kamu cepat pulang. Bukannya katamu bos kamu menikah hari ini jadi kamu hadir dong di acaranya " Ucap Siska sedikit ketus.

"Ehem tapi tidak ada karyawan kantor yang diundang, pernikahannya hanya dihadiri keluarganya saja".

'' Kenapa? ".

" Mana aku tahu, mungkin pengantinnya terlalu cantik takut pegawainya meliriknya"

"Ada Ada saja kamu Bay, o iya bos kamu namanya siapa sih? eh tunggu tunggu aku ada telp dari managerku "

Bayu mendengus perlahan kemudian pamit untuk pulang untuk segera bersiap bekerja.

Setelah selesai dengan panggilan melalui gawainya, Siska celingukan melihat ke arah mobil Bayu yang sudah pergi dari tempat itu.

" Untung saja Bayu tidak curiga kalau ini bukan rumahku lagi, hhh pagi pagi seperti ini mana ada angkot di daerah ini" Gumam Siska kemudian berjalan menyusuri jalan kemudian memasuki gang sempit untuk mencapai rumah kontrakannya.

Namun sebelum memasuki rumahnya ada seseorang yang menarik tangannya dan menyeretnya membuat Siska meringis kesakitan.

"Au"

"Heh wanita tidak tahu diri! lebih baik kamu tinggalkan Bayu, dia adalah pacarku dan juga calon suamiku! ".

Siska menyeringai " Vania, kasihan sekali kamu. Oh kamu menginginkan Bayu? Ambil saja aku tak perduli ".

Vania terdiam sesaat kemudian kembali menatap Siska dengan tajam " Tapi kamu sudah menginap dengannya iya kan! ".

" Hahaha oh itu memangnya kenapa? dia mau aku mau kita sama sama mau terus kenapa! "

"Dasar wanita jalang! " Umpat Vania kemudian menjambak rambut Siska dan begitu pula Siska yang membalasnya dengan menjambak rambut Vania.

Siska dan Vania saling jambak dan saling dorong.

Bruks

"Au" Vania terlempar hingga mengenai bangku tepat di perutnya. Dan seketika itu darah mengalir dari jalan lahir membuat Siska histeris dan ketakutan.

"Heh itu kenapa? " Tanya seorang warga yang tidak sengaja melintas di sana membuat Siska semakin ketakutan.

"Mbak dia pendarahan kita harus segera menolongnya" Ucap warga tersebut kemudian memanggil teman temannya kemudian membawa Vania ke rumah sakit.

Dan Vania pun dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Siska semakin bingung " Aduh dia kenapa ya, ah kok bisa pendarahan. Hahh jangan jangan dia sedang hamil".

Siska tidak tahu lagi harus berbuat apa selain menghubungi Bayu karena Vania memang pacarnya Bayu.

Dan tak lama kemudian, Bayu tiba di rumah sakit.

" Sis, ada apa? Vania kenapa? kok bisa kamu yang menolongnya " Tanya Bayu beruntun yang membuat Siska semakin bingung.

Bayu melihat Vania terbaring di atas bangkar rumah sakit dengan keadaan lemah dan pucat. kemudian dokter datang menghampirinya " Tuan apakah anda kerabatnya korban, atau anda suaminya? ".

" Saya su suaminya dok" Jawab Bayu bingung mau jawab apa.

"Hhh begini pak, kondisi istri anda sangatlah lemah, dan saya minta maaf".

jleg

"Maksud dokter apa ya? "

" Calon anak kalian tidak dapat di selamatkan, sekali lagi saya minta maaf pak, saya harap anda bersabar" Dokter itu pun menepuk pundak Bayu kemudian pergi melangkah meninggalkan Bayu yang terdiam dengan pikirannya.

'' Hah hamil? Jadi Vania hamil, anak kamu Bay? " Tanya Siska tidak percaya.

"Ehm am em"

"Sudah Bay tidak perlu menjelaskan lagi, cukup sebaiknya kita akhiri hubungan kita. kamu rawat baik baik Vania, aku pergi dulu" Ucap Siska kemudian pergi meninggalkan Bayu di ruang perawatan Vania, karena akan panjang ceritanya kalau sampai ketahuan gara gara dirinyalah Vania keguguran.

Bayu hanya terdiam dan tidak berbuat apa apa juga tak mencegah kepergian Siska. Hatinya sungguh tak mengerti ada perasaan sedih karena kehilangan anak yang tak mau diakuinya. Perasaan iba juga menyelinap di sudut terkecil hatinya ketika melihat Vania terbaring lemah di atas bangkar.

Bayu mengusap dengan lembut pucuk kepala Vania dan mencium keningnya " Sesakit inikah rasanya kehilangan. Vania maafkan aku".

Bersambung