NovelToon NovelToon
Olimpiaders & Lover

Olimpiaders & Lover

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat
Popularitas:802
Nilai: 5
Nama Author: Zuy Shimizu

sinopsis:
Nama Kania Abygail tiba tiba saja terdaftar sebagai peserta Olimpiade Sains Nasional.

Awalnya Kania mensyukuri itu karna Liam Sangkara, mentari paginya itu juga tergabung dalam Olimpiade itu. Setidaknya, kini Kania bisa menikmati senyuman Liam dari dekat.

Namun saat setiap kejanggalan Olimpiade ini mulai terkuak, Kania sadar, fisika bukan satu - satunya pelajaran yang ia dapatkan di ruang belajarnya. Akan kah Kania mampu melewati masa karantina pra - OSN fisikanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zuy Shimizu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#Chapter 7: Kita dan Heningnya malam

Chapter 7: Kita dan heningnya malam

"Dua pilihan dalam mencintai seseorang adalah, mengungkapkannya atau menikmatinya sendirian."

\#\#\#

SUNYINYA jalanan di malam hari membuat Kania menghela nafasnya panjang. Dan dari balik jendela hotel, nafasnya mengembun.

Malam ini jadi malam panjang dimana untuk pertama kalinya sejak menginjakkan kaki di hotel ini, Kania tidak bisa tidur. Semua ini dimulai saat Renatta akhirnya bercerita, hingga Kania pun akhirnya paham rasa pedih di balik dada itu.

Dan sampai lah Kania di ruang tengah kini.

Hanya sendirian seorang.

"Kania,"

Kania tersentak kecil dan segera menoleh ke arah suara.

"Oh, bener kamu ternyata." Liam rupanya, dan kini pemuda itu tersenyum lebar. "Kamu nggak tidur? Udah malem banget loh ini."

Kania hanya bisa merapatkan bibir sembari menggeleng. "Nggak bisa tidur,"

"Oh, kenapa?" Liam mengangkat satu alisnya.

Duh, Kania tidak mungkin bicara sejujurnya bahwa ia merasa ada sedikit ada yang mengganjal di hatinya sejak Renatta bercerita. Selain terlalu canggung dengan Liam, belum tentu juga Renatta mau bila ceritanya disebarkan.

Jadi sudahlah, cukup Kania memendam rasa khawatirnya.

"Nggak tahu juga. Liam sendiri?"

"Aku lagi belajar. Terus tadi kayak denger suara orang aja, makanya aku ngecek.Ternyata kamu"

"Tunggu, apa? Belajar?" Kania mengerutkan dahinya. "Liam belajar jam segini?" Kania melirik pada jam dinding, masih dini hari.

Liam tersenyum tipis. "Aku punya daya ingat yang buruk, karena luka ini." ujar Liam sembari menunjuk bekas luka di sebelah kiri dahinya. "Makanya malem-malem gini aku harus ngulang pelajaran, biar nggak lupa."

Kania hanya bisa terdiam. Ia tidak mengangguk, tidak menggeleng, atau pun menghela nafas panjang. Gadis itu hanya berkedip sejenak, lalu tersenyum tipis. "Liam pekerja keras, ya."

Liam menelan ludahnya. Ada debaran aneh yang bergejolak di hatinya, dan itu membuat Liam bertanya-tanya. Ternyata benar, senyuman orang yang jarang tersenyum terkadang bisa jadi begitu manis.

"Hehe, iya." Liam berusaha menyembunyikan rona merah di pipinya. "K-kania nggak bisa tidur, kan? Gimana kalo nemenin aku dulu?"

Kania tersentak kecil. Sunyinya malam, sepinya lobi, dan debaran hati yang diam-diam menjadi lebih cepat dari pada biasanya sudah cukup jadi paduan sempurna untuk membangun kecanggungan panjang antara Kania dan Liam.

"B-boleh," jawab Kania menunduk saking tak kuasa menahan debarannya.

"Yuk," Liam pun segera beranjak dan melangkah duluan. Sempat terlintas keinginan untuk menggandeng tangan Kania, namun hal itu sepertinya hanya akan membuat jantung Liam memompa darah dua kali lebih cepat dari pada biasanya.

Keduanya pun duduk berhadapan di meja kecil yang dikelilingi sofa. Liam dan Kania sengaja duduk di bawah untuk meminimalisir jarak yang akan memicu jurang kecanggungan besar.

Kanao meneguk ludahnya. "Liam,"

"Ya?"

"Kalau boleh tau, luka di kepala Liam itu... karena apa?"

Liam terdiam sejenak, lalu menarik segaris senyum tipis. "Dulu, dulu banget. Salah satu adikku dibully parah banget sama temen-temennya. Puncaknya, sampe dia diceburin ke sungai waktu arus agak deras."

"Lalu...?"

Liam menghela nafasnya ringan. "Kebetulan waktu itu aku sama teman-temanku juga lagi lewat. Diantara anak kelas 6 SD, nggak ada yang berani turun. Jadi cuma aku yang turun dan.. tau-tau arus tambah deras."

"Kalian... hanyut?"

Liam mengangguk ringan. "Selama itu aku cuma bisa berdoa sambil terus meluk adikku biar dia nggak kehantam batu. Mau berenang ngelawan arus juga nggak mungkin. Setelah lama berjuang di tengah arus, kepalaku ngehantam batu. Cukup keras. Aku langsung pingsan di tempat, dan hasilnya... ini." Liam tersenyum kecil.

"Lukanya... parah banget, ya." ujar Kania lirih.

"Iya. Dan efeknya masih sampe sekarang."

"Liam sayang banget sama adiknya, ya."

"Iya. Kania sendiri punya adi... Kania, nangis?"

Kania menggeleng cepat sembari mengusap air mata yang menggenang di ekor matanya. Ada kehangatan yang membuat Kania iri. Suatu hubungan kakak-beradik yang begitu damai.

Kania tahu ini bukan saatnya untuk merasa iri. Namun rasa itu tetap tertinggal di dasar hati Kania, tidak pernah terhapus. Seolah setiap sudut dunia ini mengejeknya yang selalu saja memberi masalah pada kakaknya.

"Kania.. ada masalah apa? Cerita dong," ujar Liam lembut.

Namun Kania hanya menggeleng. "Aku iri sama hubungannya Liam. Aku tau ini bukan waktunya buat iri, tapi tetep aku kadang ngerasa ini nggak adil. Maaf,"

Liam tak langsung menyahut. Ia hanya menatap kedua iris Kania cukup lama, seolah bisa merasakan adanya luka yang begitu dalam disana.

"Ada masalah sama Kak Sabiru?" tanya Liam hati-hati.

Kania hanya menggeleng sembari menghapus jejak air matanya.

"Cerita aja, Kania...."

Kania menghela nafasnya panjang. "Kalau Liam dikasih pilihan, menang di olimpiade ini, atau nama baik saudara sendiri, Liam pilih yang mana?"

"Aku... milih nama baik saudaraku sendiri. Karena buatku, keluarga itu nomor satu. Ya nggak tahu sih, kalau orang lain. Setiap orang kan beda."

Kania tersenyum pahit. "Aku tau. Karena itu aku nggak mau terlalu serius dalam olimpiade ini. Karena kalau aku menang pun, aku bakal lebih menang di mata Bunda. Tapi aku sendiri sejujurnya pengen banget bersaing disini, sama kalian."

Liam terdiam sejenak, lalu menghela nafasnya panjang. Pemuda itu pun meletakkan tangannya di pucuk kepala Kania lalu mengelusnya perlahan.

"Kania, kalau kamu terus dengerin orang lain, kapan kamu bakal dengerin dirimu sendiri?"

✩₊̣̇. To Be Continue

1
Bông xinh
Mantap tenan!
Felix
Bravo thor, teruslah berkarya sampai sukses!
Esmeralda Gonzalez
Bikin baper 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!