Raisa, seorang gadis berparas cantik, adalah primadona desa yang hidup dalam kesederhanaan bersama ayahnya. Kehidupannya yang bahagia berubah drastis ketika suaminya meninggal dalam kecelakaan mobil pada awal pernikahan mereka. Raisa terpaksa harus menjanda dan menghadapi tantangan hidup yang lebih besar.
Di desa kecil mereka, di mana kabar berita menyebar dengan cepat, gosip dan fitnahan dari masyarakat selalu menghampiri Raisa. Kehadirannya yang sebagai pengantin baru dan langsung ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal membuatnya menjadi sasaran ejekan dan celaan. Dia merasa terisolasi dan terpinggirkan.
Namun, Raisa adalah seorang wanita yang kuat dan tegar. Dia tidak menyerah pada keadaan dan bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa bangkit dari penderitaan yang menimpanya.
Bagaimana kisah Raisa dalam menjalani kehidupannya? Ikuti ceritanya di novel yang berjudul "Janda Tapi Perawan Tulen"
Jangan lupa kasih like, subcribe, vote rate 5...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30 - Ada - ada saja
Bian, menyadari Raisa tidak ada di belakangnya ia pun menoleh ke belakang dan mencarinya. Lalu Ia di kejutkan dengan pemandangan Raisa yang di ganggu oleh pria yang membuat Raisa tidak suka.
"Sayang, kamu sedang apa?," ucap Bian sambil merangkul Raisa, berpura-pura agar pria yang mengganggu Raisa itu segera pergi.
Kirana merasa terkejut dengan sikap Bian saat itu dan menatapnya tidak percaya. Tapi ia hanya pasrah dan berharap dengan begitu ia akan terlepas dari Dion.
"Kamu siapa?," tanya Dion.
"Justru aku yang harus bertanya, siapa kau? Kenapa menggangu kekasihku? Dan, lepaskan tanganmu darinya!."
Dion melihat penampilan Bian daripada atasnya hingga bawah dan meyakini jika Bian bukan seseorang yang sembarangan. Tapi ia berpikir apa hubungannya dengan Raisa? Apakah benar pacarnya?."
Melihat Dion masih memegang tangan Raisa erat, Bian pun melepas paksa tangan pria yang nampak terobsesi pada Raisa itu." Silahkan kamu pergi, dan jangan ganggu Raisa lagi!," ucap Bian, tegas.
Dion pun beranjak dengan perasaan tidak percaya sambil sesekali menoleh ke belakang, masih tetap memperhatikan Raisa yang menarik dan membuatnya semakin ingin memiliki gadis cantik mantan adik iparnya tersebut. Dasar mesum!."
"Terima kasih Tuan...," ucap Raisa seraya menjauhkan badannya hingga terlepas dari rangkulan Bian dan Bian pun hanya berdehem menetralisirkan perasaannya.
"Siapa laki-laki tadi?."
"Dia mantan kakak iparku."
"Kenapa dia bersikap kasar padamu?."
Raisa terperanjat saat mendengar pertanyaan Bian tersebut. Lalu tanpa ragu Raisa menceritakan semua kejadian yang menimpa dirinya dari awal hingga akhir.
Kehidupannya yang tinggal di rumah mertua setelah menjadi seorang janda dan perlakuan Dion yang mencoba melecehkannya hingga memfitnahnya sehingga Raisa di usir dari rumah orang tua Rio.
"Kurang ajar!," umpat Bian sambil mengepalkan tangannya marah. Raisa menyadari kemarahan Bian dan bertanya-tanya dalam hati. "Kenapa Tuan Bian sangat marah?."
"Hei! Apa kalian akan tetap berdiri disana?," panggil Laura yang sudah lama menunggu di mobil dan akhirnya turun kembali saat Bian dan Raisa tak kunjung datang. Lalu, Bian dan Raisa pun masuk ke dalam mobil dan melaju menuju perjalanan pulang.
Di dalam mobil, Bian masih terlihat kesal dan tidak banyak bicara. Dia masih memikirkan cerita kejadian-kejadian yang menimpa Raisa dulu dan entah kenapa dia sangat marah atas hal itu.
"Bian!," teriak Laura hingga membuyarkan lamunannya. "Kamu kenapa sih? Dari tadi aku panggil gak nyahut-nyahut."
"Maaf, ada apa Laura?," tanya Bian sambil terus menyetir dan sesekali menoleh ke arah Laura di sampingnya. "Aku jadi lupa, mau bicara apa tadi ya?," ucap Laura sambil menggaruk kepalanya tidak gatal.
~
"Enak ya... Orang lain pada kerja, ini malah keluyuran ambil kesempatan kebaikan majikan!."
Baru saja masuk ke dapur untuk bekerja kembali setelah pulang dari kol tadi, Raisa langsung mendapat hujatan dari Juli sehingga memancing emosi art yang lain karena merasa tidak di adil.
"Aku hanya menuruti keinginan nona Laura dan itu termasuk bekerja juga karena nona Bela yang menyuruhku," Bela Raisa.
"Alah... Alasan saja! Makin lama pembantu ini makin ngelunjak aja, iya gak?," propokasi Juli yang di angguki beberapa art lain.
Orang-orang disana terus mengumpat Raisa dan memandangnya tidak suka, tapi Raisa hanya terus bekerja dan fokus pada pekerjaannya.
"Ada apa ini ribut - ribut!," teriak tante Rose yang menyaksikan orang-orang hanya menonton Raisa bekerja dan berisik karena gunjingan mereka.
Seketika mereka bubar dan kembali ke pekerjaan masing-masing sambil ketakutan, takut di pecat hi hi...
"Raisa, buatkan kopi seperti semalam ya, rasanya lumayan enak," seru tante Rose yang langsung di sambut senang oleh Raisa. "Jangan lupa, buatkan dua gelas, ok."
"Baik Nyonya."
Melihat keramahan tante Rose pada Raisa, itu membuat Juli semakin iri dan meremas lap yang ada di tangannya. "Kurang ajar! Dia merebut semua pekerjaanku dan menjilat semua majikan!."
Raisa segera membuatkan kopi pesanan tante Rose tanpa lama, namun sebelum ia membawa kopi tersebut pada tante Rose, tiba-tiba saja Juli memanggilnya dan mengatakan jika ia memerlukan bantuannya.
Raisa sempat menolak karena ia lebih mengutamakan perintah majikannya namun Juli tidak menerima penolakan Raisa dan mengatakan jika Raisa sudah egois. Tidak ingin berkepanjangan Raisa pun terpaksa membantunya terlebih dahulu.
Tidak perlu waktu lama dan hanya satu dua menit saja Raisa mengerjakan perintah Juli itu dan kini Raisa mengantarkan kopi pesanan tante Rose yang sedang berada di ruang keluarga bersama suaminya.
"Nyonya, ini kopinya."
"Simpan saja di meja."
Raisa pun berbalik menuju dapur kembali, tapi seketika teriakan tante Rose dan suaminya menggelegar setelah mereka menyeruput kopi yang baru saja Raisa antarkan.
"Raisaaaaa....!!!."
Lengkingan suara tante Rose mengundang telinga semua dan orang tertarik untuk melihatnya. Lalu mereka pun berkumpul di balik dinding mengintip apa yang akan terjadi.
Raisa, yang namanya di panggil segera menghadap tante Rose dan bersimpuh menerima tatapan tajam dari dua majikannya itu.
"Kurang ajar kamu ya! Kamu sengaja menambah garam di kopi kami hah!."
Raisa kebingungan karena ia sama sekali tidak mengerti. "Apa maksud Nyonya?."
"Pura-pura tidak mengerti lagi!."
Wurrrr!!!
Segelas kopi milik tante Rose yang masih terasa panas di siramkan ke kepala Raisa sehingga ia merasa kepanasan. "Aw!."
"Bagaimana rasanya? Asin kan?!."
Raisa hanya sibuk menyeka air kopi yang membasahi tubuhnya dan meniup-niupnya karena panas. Lalu Bian yang baru keluar dari kamarnya membelalakan matanya saat ia melihat kejadian di lantai bawah sana dan hendak turun ke bawah namun Bela mencegahnya dan menyuruhnya untuk memperhatikan situasi dulu.
"Kak... Tante Rose sudah keterlaluan!."
"Bian, kamu tau sendiri jika tante Rose kalau sedang marah bagaimana?."
"Tapi Kak...."
Bela memberikan isyarat agar Bian menurutinya dan Bian pun hanya patuh pada kakaknya namun sambil mengepalkan tangannya.
"Cepat bersihkan lantai ini!."
Raisa pun segera mengambil lap pel dan membersihkannya namun seperti tidak bersih-bersih karena air kopi yang terus menetes dari tubuhnya membuat lantai kotor lagi dan lagi.
"Kerja gitu aja gak becus!."
Perih... Memang perih, namun apalah daya bagi seorang art yang seperti Raisa disana. "Kamu harus kuat Raisa, harus!."
Saat malam tiba, Raisa sedang terlelap dalam tidurnya namun sambil bergumam menyebut-nyebut nama Rio, mendiang suaminya. Seluruh tubuhnya bergetar dan berkeringat karena mimpi buruk dan seketika ia terbangun sambil ketakutan.
" Mas Rio!. "
Raisa segera mengambil air minum di dapur untuk menghilangkan rasa cemasnya namun tiba-tiba ia melihat sekilas bayangan hitam yang mengendap-endap menuju kamar tante Rose. "Apakah itu pencuri?."
Raisa mencoba mengikuti bayangan hitam itu dan kehilangan jejaknya sejenak yang kemudian ia lihat lagi jika bayangan hitam itu keluar dari kamar tante Rose. "Hei, kamu siapa?!," teriak Raisa hingga membuat pencuri itu terkejut dan segera mendekati Raisa.
Raisa berusaha menangkap pencuri tersebut namun ia malah menerima sesuatu dari tangan pencuri yang terlihat seperti kalung berlian. Saat Raisa melihat ke arah pencuri lagi, ia sudah kehilangan jejaknya dna mendengar suara keributan yang meneriakkan pencuri.
"Pencuri! Pencuri!."
Bersambung...
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
karakter raisa terlalu lemah,
smoga raisa jd wanita yg smart
semoga hari2 kalian bahagia 🤲💪 semangat y untuk authornya 😘😘😍