Kim Woo-jin masih bertahan membaca komik romansa remaja karena tertarik pada karakter Shimizu Miyuki, teman masa kecil karakter utama laki-laki dalam cerita. Namun, seperti yang sering terjadi, teman masa kecil biasanya hanya berperan sebagai pemanis di awal kisah dan tidak terpilih sebagai kekasih hingga akhir cerita.
Fenomena ini sudah menjadi klise dalam komik bergenre 'Harem,' yang merujuk pada karakter utama laki-laki dan para gadis-gadis yang menyukainya. Sebuah pola yang, meski berulang, tetap berhasil menarik perhatian pembaca.
"Selalu sama seperti yang lain, hanya saja sifatnya sangat baik dan polos. Tapi menerima semuanya dengan senyuman saat ditolak, sungguh hebat sekali. Awal cerita mereka selalu bersama seperti tidak terpisahkan, tapi setelah SMA, banyak gadis yang mendekati Protagonis Sampah," gumam Kim Woo-jin.
(Penulis : Sudah lama ya nggak ketemu xixixi~ aku sibuk dan lupa password, baru inget dan dah lupa lanjutan cerita yang aku buat ... selamat membaca~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayang_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mudah di Tebak
Mudah di Tebak
"Terima kasih banyak sudah membelikan roti untukku. Sangat merepotkan kalau harus mengantri di kafetaria. Aku benar-benar tidak suka berdesakan," ucap Hoshino Rin kepada Miyuki.
"Sama-sama... Terima kasih juga karena aku diizinkan bergabung dengan kalian," jawab Miyuki dengan suara pelan.
"Hehe, jangan sungkan begitu. Bagaimanapun juga, kamu teman Ryuji-kun~," sahut Rin dengan ceria.
"Jadi, cukup terbantu karena ada dia, ya?" gumam Okabe Aoi sambil melirik ke arah mereka.
"Ayolah, jangan bicara seperti itu. Kedengarannya jadi jahat, tau?" Fujikawa Miyu menasihati dengan nada ringan.
"Jahat bagaimana? Aku cuma bicara biasa saja. Jangan bilang aku terdengar galak lagi?" balas Aoi sambil melipat tangan di dada.
Di sisi lain, Shiratori Hikari memperhatikan Ryuji yang tampak gelisah. "Ryuji-kun, kenapa kamu gugup sekali?" tanyanya, membuat Ryuji tersenyum canggung dan wajahnya merona merah.
"Bolehkah aku ikut duduk di sini? Sepertinya kalian sedang membicarakan sesuatu yang menarik."
Geng Four Flowers serempak menoleh. Wajah mereka langsung memerah saat menyadari bahwa siswa yang akhir-akhir ini sering menjadi bahan pembicaraan sedang menghampiri mereka.
Fujimoto Ren tersenyum ramah, menunggu jawaban.
"Kalau mau ikut, silakan saja," jawab Okabe Aoi singkat dan tanpa ragu.
Miyuki langsung merasa tidak nyaman ketika Ren tiba-tiba datang menghampirinya, seperti sekarang, dan tanpa ragu langsung duduk di sebelahnya.
"Halo, Miyuki. Kenapa kamu terlihat tegang sekali?" tanya Ren dengan santai.
"A-apa? Aku tegang?" Miyuki berusaha menyangkal, meskipun nada suaranya terdengar jelas gugup.
Ren hanya tertawa kecil, membuat Miyuki semakin gelisah.
Beberapa orang di sekitar mereka mulai melirik ke arah keduanya. Ryuji, yang duduk tidak jauh dari sana, mengerutkan kening.
"Ren? Sejak kapan kamu dekat dengan Miyuki-chan?" tanyanya dengan nada curiga.
"Oh, kami teman. Baru-baru ini, kan, Miyuki?" jawab Ren dengan santai sambil melirik Miyuki.
Miyuki terdiam sesaat sebelum akhirnya mengangguk pelan. Miyuki tahu akan terlihat jahat jika membantah pernyataan Ren, dan ia tidak ingin memberikan kesan buruk di depan semua orang.
Miyuki tersenyum malu, mengira Ryuji mungkin tidak suka jika dia dan Ren berteman. Namun, dugaan itu segera sirna ketika sikap Ryuji menunjukkan bahwa hal tersebut bukan masalah besar baginya.
"Wah, bagus sekali kalau kalian berteman. Punya teman baru itu hal yang baik untukmu, Miyuki-chan," ucap Ryuji dengan nada ramah.
"Ah, iya, Ryuji-kun," jawab Miyuki sambil tersenyum, meskipun dalam hatinya terselip rasa kecewa yang tak bisa ia jelaskan.
Ketika gadis-gadis itu mengajak Ryuji pergi, Miyuki menghela napas pelan. Rasanya menyakitkan menyadari bahwa mereka masih belum mempercayainya, tidak mengajaknya ikut serta, malah meninggalkannya terjebak duduk bersama Ren, yang kini tersenyum padanya.
"Kamu benar-benar berusaha, ya?" tanya Ren dengan nada lembut.
Miyuki tidak langsung menjawab. Sebaliknya, ia menyatukan kedua ujung jari telunjuknya, tampak gelisah. Pikirannya sibuk mencari cara agar bisa berbicara dengan geng Four Flowers dan mendapatkan kesempatan untuk bersama Ryuji lebih lama.
"Kalau kamu terus seperti ini, yang akan kesulitan adalah dirimu sendiri. Hanya tersenyum, bersikap sopan, dan pemalu tidak akan mengubah keadaan. Ryuji akan lebih memilih mereka."
"A-apa...?" Miyuki terkejut mendengar ucapannya.
Ren melanjutkan, "Mudah sekali menebak kalau kamu menyukai Ryuji."
"Eh...? Ti-tidak! Bukan seperti itu..."
"Jangan bohong. Wajahmu sudah merah seperti tomat."
Miyuki tergagap, merasa malu karena perkataan Ren begitu tepat mengenai perasaannya.