Season dua dari novel "AKU KAH ANTAGONISNYA"
tentang perjalanan cinta Beatrice dan Sankara setelah menikah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chykara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16 Cantik
Beatrice kembali menatap sosok nya melalui kaca besar di depan nya.
Gaun hitam mewah dengan renda dan payet buatan tangan di lengkapi bolero berbahan bulu hangat dengan warna senada menutupi lengan dada hingga punggung nya.
Warna pakaian nya terlihat kontras dengan kulit putih dan rambut serta iris mata berwarna perak indah.
Di leher nya yang terbuka melingkar sebuah kalung mewah yang seperti jalinan jala nelayan di hiasi batu onix sehitam jelaga di bagian depan nya.
"Nyonya terlihat menawan, saya sangat jarang melihat orang yang begitu indah dalam balutan gaun hitam,selama ini wanita wanita yang mencoba menggunakan gaun hitam terlihat seperti gagak." ucap Laila dengan tawa berderai
"Nyonya ku memang selalu cantik saat menggunakan semua warna, tidak ada warna yang tidak cocok saat di gunakan oleh nyonya sejak dahulu" ucap Mia dengan nada bangga seakan dia yang di puji oleh Laila.
Beatrice hanya tersenyum mendengar ocehan mia dan Laila, kedua nya semakin dekat sekarang sama sama kompak saat melayani Beatrice, kedua nya memiliki selera yang sama dan mirip atas kedua nya.
Laila mengangguk setuju dengan ucapan Mia. Sejak beberapa hari yang lalu Laila di tunjuk oleh Archduke sebagai kepala dayang Archduchess yang mengepalai beberapa pelayan pribadi Archduchess yang telah di bentuk beberapa hari yang lalu.
"Tok... Tok... Tok..." Pintu kamar Beatrice di ketuk dari luar.
Mia berjalan mendekati pintu dan membuka nya dengan menarik kedalam.
Di depan pintu besar tersebut berdiri sosok jangkung Sankara dengan pakaian serba hitam dengan jubah bulu keberasan nya yang membuat tampilan nya begitu mempesona tapi mengeluarkan aura dingin yang semakin pekat lagi, dia seakan memakai zirah tak terlihat yang membuat orang yang mendekati nya seakan jadi tertekan.
"Selamat datang tuan besar" ucap Mia dengan sedikit menunduk memberi hormat pada calon penguasa utara tersebut.
Sankara tidak menjawab karena mata nya sudah terpaku ke satu titik, mata nya yang dingin perlahan menjadi hangat dengan sedikit senyuman langka yang menghiasi bibir nya.
"Nyonya, tuan tidak bisa mengedipkan mata nya saat melihat Nyonya, itu arti nya nyonya terlihat sangat mempesona" bisik Laila di telinga Beatrice dengan nada menggoda.
Wajah Beatrice bersemu merah saat nada men goda dari suara Laila terdengar jelas.
Mata Beatrice juga melihat Sankara, senyuman kedua nya bersemi dengan tatapan yang saling bertemu. Mia dan Laila saling pandang dengan Wajah bahagia, kedua nya dengan langkah diam berjalan meninggalkan kamar Beatrice memberi kedua pengantin baru itu sedikit privasi.
Sankara melangkah masuk ke kamar dan berdiri si depan Beatrice yang tersipu malu.
"Rasa nya aku tidak ingin membiarkan orang lain melihat keindahan dan kecantikan istri ku malam ini, anak anak bangsawan utara sangat suka menggoda wanita, aku bisa kehilangan kesabaran jika salah satu dari anak anak itu mencoba menggoda mu" ucap Sankara
"Apa mereka lebih tampan dari mu? Apa status mereka lebih tinggi dari mu?" ucap Beatrice lembut.
"Tidak, aku yang tertampan di sini, status ku juga yang tertinggi di sini, memang nya kenapa?" tanya Sankara dengan kening berkerut.
"Kalau begitu kamu nggak usah khawatir, aku adalah wanita yang realistis, aku mencari yang terbaik dari yang terbaik, jika aku sudah memiliki yang terbaik di sini aku tidak butuh yang lain lagi" ucap Beatrice sambil mengusap dada bidang Sankara.
"Aku tau kamu tidak tergoda, tapi jika melihat mata mereka yang menatap mu dengan liar aku bisa kehilangan kesabaran dan ingin mencongkel mata mereka" ucap Sankara.
Beatrice tertawa lalu melingkarkan tangan nya di perut sang suami.
"Mereka hanya bisa menatap ku,sedangkan kamu sudah memiliki ku, kamu tidak hanya bisa menatap tapi menyentuh juga, apa itu belum cukup?" tanya Beatrice sambil membawa tangan Sankara untuk menyentuh pipi nya yang dingin.
"Ehem... Maaf yang mulia" suara Gabriel mengejutkan Beatrice dan Sankara,
Dengan cepat mereka melepaskan tangan mereka yang saling terjalin.
Sankara membalikkan tubuh nya dan menatap Gabriel yang berdiri di pintu dengan kepala tertunduk.
"Maaf yang mulia, sudah waktu nya masuk ke aula pesta, para tamu sudah hadir semua" ucap Gabriel dengan kepala tertunduk.
Sesaat sebelum Sankara meledak Beatrice mengusap lengan nya dengan lembut.
"Sir Gabriel, silahkan duluan, kami akan segera menyusul" ucap Beatrice
"Baik nyonya" jawab Gabriel, dia segera berlalu meninggalkan kamar Beatrice sebelum kemarahan Sankara meledak pada nya.
"Jangan marah,ayo sudah waktu nya" ucap Beatrice sambil menggandeng lengan Sankara.
Di balik tempok dua pelayan saling berbisik.
"Untung saja sir Gabriel selamat kali ini, ini semua berkat nyonya." ucap Laila.
"Benar, padahal kita sudah memperingatkan nya agar jangan menggangu nyonya dan dan tuan dulu, tapi dasar dia nya aja yang keras kepala" ucap Laila.
"Padahal dia tampan tapi tidak populer karena dia itu tumpul dan sama sekali tidak peka" ucap Laila.
Yang di jawab dengan anggukan kepala oleh Mia.
***
"Yang mulia tuan besar Archduke Richard Estrillda memasuki ruangan pesta" suara penjaga pintu memberi tahu kedatangan pengusaha utara yang sudah menjaga wilayah itu sejak dia muda.
Mendengar itu semua tamu yang sedang ngobrol duduk dan berdiri saling bercengkrama menutup mulut nya. Mereka berdiri dan menghadap arah yang sama dengan tubuh membungkuk memberi hormat pada orang tertinggi di wilayah mereka.
Archduke memasuki ruangan di atas kursi roda kayu yang di dorong oleh butler George.
Walaupun duduk di atas kursi roda tapi aura dan wibawa nya tidak kurang sedikit pun.
Aura penguasa nya yang tidak kalah oleh fisik yang menua dan kaki yang tidak bisa di gerakkan efek kecelakaan kuda yang di alami nya beberapa tahun yang lalu.
Butler George mendorong Archduke naik ke atas panggung besar dan memindahkan nya ke atas kursi terbesar di bagian tengah panggung rendah.
"Yang mulia, Archduke muda Sankara Estrillda dan Archduchess muda Beatrice Estrillda of Winfrey memasuki aula pesta" ucapan membahana dari penjaga pintu kembali terdengar.
Beatrice dan Sankara berjalan masuk dengan bergandengan tangan. Dan berjalan menuju panggung dan kedua nya duduk di kursi hitam yang lebih kecil di antara kursi hitam terbesar di sana.
"Saya ucapkan terima kasih atas kedatangan kalian semua di Pesta penyambutan cucu menantu saya," ucap Archduke pada seluruh tamu
"Terima kasih atas undangan nya yang mulia" jawab mereka semua.
"Karena pernikahan nya di adakan di wilayah Winfrey karena itu lah saya mengadakan pesta ini untuk memperkenalkan Archduchess muda Estrillda pada kalian semua" sambung Archduke.
Acara di mulai dengan naik nya satu persatu bangsawan ke atas panggung untuk menyapa ketiga orang tersebut. Di mulai dengan bangsawan dari status tertinggi terlebih dahulu.
Utara memiliki beberapa tingkat Kebangsawanan dua keluarga Marques, enam keluarga Count, sembilan keluarga Viscount dan tujuh belas keluarga Baron.
Satu persatu keluarga tersebut naik ke atas panggung.
Dari sekian banyak keluarga bangsawan yang naik ada satu kelurga yang memberi aura gelap pada Beatrice. Beatrice merasa tidak nyaman saat keluarga count naik ke atas panggung, gadis yang berdiri di belakang ibu nya menatap Beatrice dengan penuh kemarahan dan kebencian, sesuatu yang tidak di mengerti oleh Beatrice karena dia tidak mengenal gadis itu, bagaimana orang yang tidak dia kenal memancarkan aura kebencian sebesar itu.
***