Kata orang pernikahan adalah salah satu hal yang paling membahagiakan. Tapi ternyata mereka salah. Menikah dengannya dan hidup bersama dengannya adalah awal dari sumber sakit yang kurasakan. Awal dari luka yang tak pernah sembuh dan sakit yang selalu tak berujung. Bahagia? Apa itu? Rasanya itu seperti mimpi disiang bolong. Jika itu mimpi, maka mimpi itu ketinggian. Tapi.. Bolehkan aku menggapai mimpi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pink berry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mirip (2)
...Tes tes tes~~~...
...Ekhem ekhem ekhem~~~...
...Cieee yang dapat spoiler tipis-tipis dari My Mine 😚😚😚...
...Padahal di My Mine belum sampai sini loh bab nya 😅...
...Apa ini??? Apa ini pertanda jika diriku harus cepat-cepat update dan mengejar bab di Painkiller? 🙀🙀🙀...
...Hooo tidak bisa~~~~...
...Perjalanan nya masih panjang gusyyy 😚😚...
...Hohohoho 🤓🤓🤓...
...Ada yang bisa menebak, apakah Kaluna masih hidup atau sudah.......
...Heee siapa yang baru tahu jika Kaluna kakaknya Alreisha dan kembaran nya Reina 😏😏😏...
...Xixixi selamat berfikir~~~~...
...Pay pay pay 😚🤓...
"Anak?" ucap Orion cukup terkejut. Anaknya. Apa kabar sekarang? Pria itu mengepalkan kedua tangannya di bawah meja.
"Bunda.." panggil seorang anak kecil memeluk tubuh Alreisha. Wanita yang dipanggil bunda tersenyum begitu cantik. Senyuman itu begitu lembut dan terasa hangat.
Semua itu tidak luput dari perhatian Orion. Anak ini, kenapa begitu mirip dengan diri nya. Orion menatap lekat wajah anak tersebut. Anak yang memanggil Alreisha dengan sebutan bunda.
Anak ini, benar-benar mirip seperti dirinya. Mungkin jika Kaluna masih hidup, anaknya akan seusia anak ini. Dan interaksi ibu dan anak ini, tidak luput dari perhatian mata elang nya Orion.
Senyum hangat dan cantik nya Alreisha ketika menatap si anak. Tatapannya begitu tulus. Aura keibuan nya benar-benar terpancar. Merasa di tatap, anak itu melihat kearah Orion.
Pandangan mereka bertemu, anak itu menatap Orion dengan tatapan yang begitu tajam. Orion yang melihat nya menarik senyum miring nya. Anak ini cukup berani pikirnya.
Alreisha yang melihat nya mulai berbicara. "Orion Oppa, kenalkan ini putra saya, Leonidas. Biasa dipanggil Leon" ucap Alreisha memperkenalkan Leon sambil tersenyum.
"Leonidas?" Tanya Orion menatap anak yang dipanggil Leon itu sambil tersenyum. Leon... Bahkan untuk nama pun begitu mirip dengan namanya? Dunia sedang sebercanda itu kah pada dirinya?
Anak ini cukup unik pikir Orion. Bahkan sampai sekarang pun ia masih tidak mengeluarkan suaranya. Ia hanya menatap Orion dengan wajah datarnya.
"Leon?" ucap wanita itu. Anak yang dipanggil 'Leon' mulai mengulurkan tangannya. "Halo paman, nama saya Leonidas Evander. Biasa dipanggil Leon, salam kenal" ucap Leon dengan suara tegas dan tidak lupa untuk menundukkan kepalanya.
Bukti jika ia harus menghormati orang yang lebih tua darinya. Orion yang mendengar nama anak itu terpaku. Nama anak itu bagaimana bisa semirip itu dengan namanya?
Ini bukan hanya sekedar kebetulan kan? Dari wajah sampai nama pun sama. Mereka begitu-
"Hyung! Kenapa meninggalkanku sih? Eh, bunda aku" ucap seorang anak laki-laki yang baru datang. Tatapan nya begitu berbinar ketika berbicara dengan sang bunda.
Berbeda dengan Leon tadi, anak ini lebih ramah dan ceria sifat nya. Bahkan Orion pun tidak luput dari sapaan nya. Dengan cepat ia mengambil tangan Orion untuk di jabat.
"Halo paman, perkenalkan nama saya Atlas Helios. Paman bisa memanggil saya dengan panggilan Atlas. Saya adiknya Leon Hyung. Oiya, kita kembar loh paman, hanya beda lima belas menit" ucap Atlas memperkenalkan dirinya sambil tersenyum lebar.
Orion yang melihat nya tertegun. Anak ini adalah dirinya versi lebih ceria dan banyak bicara.
"Paman? Halooo" ucap Atlas sambil menggerakkan tangannya. Orion tersadar dan menatap wajah Atlas. Anak ini juga tak kalah mirip dengan diri nya.
"Halo Leon dan Atlas, perkenalkan nama paman Orion Ivander Damian. Kalian bisa memanggil dengan sebutan paman Orion" ucap Orion sambil tersenyum.
Senyuman nya begitu hangat. Hatinya mulai melembut sekarang. Si kembar begitu mirip dengan nya. Ia merasakan perasaan yang aneh dengan dirinya.
Perasaan bahagia yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Melihat si kembar seperti cukup untuk mengobati luka lamanya yang belum sembuh. Rasa sakitnya seperti terobati dalam satu waktu.
Orion merasa bersyukur sekarang. Hari ini cukup membahagiakan bagi dirinya. Mereka sekarang sudah seperti layaknya keluarga kecil yang bahagia.
Andai saja Orion tidak menyapa Alreisha tadi, mungkin dirinya tidak akan berbicara dengan wanita itu dan berkenalan dengan si kembar. Si kembar yang memiliki sifat dan pembawaan yang berbeda.
Dan Orion sangat bersyukur dengan apa yang terjadi pada hari ini. Senyum manis tak henti-henti keluar nya dari wajah nya sekarang. Ia menatap si kembar dengan tatapan penuh kasih.
Tatapan seorang ayah pada kedua anaknya. Ada tatapan bangga dan bahagia dalam satu waktu. Sebahagia itu Orion sekarang. Ternyata bahagia pria itu begitu sederhana.
Melihat si kembar saja sudah mampu membuat hati nya menghangat. Seperti nya ia lupa dengan tujuan awalnya. Dan pembahasan berubah ketika Atlas mulai bertanya tentang-
"Paman siapa nya bunda? Teman kah? Tanya nya dengan tatapan berfikir. "Tapi kita baru bertemu kali ini. Apa paman teman nya ayah?" Atlas sontak menatap Leon, kembaran nya yang hanya diam dari tadi.
"Kalau teman ayah, apa paman juga sama seperti ayah?" mata Atlas mulai berbinar ketika menatap Orion. "Paman juga Ketua Wilayah kah? Jeongmal? Paman dari wilayah mana?" Tanya Atlas tanpa jeda.
Anak itu sangat tertarik jika itu menyangkut tentang ayah mereka. Baginya, pria yang ia panggil ayah barusan begitu keren. Baginya Qian Kun adalah ayah terhebat yang pernah ada.
Dan Atlas sangat ingin menjadi seperti ayahnya jika ia sudah besar nanti. Bukannya kesal ditanya sebanyak itu, Orion malah tersenyum mendengarnya.
Baginya wajar jika anak itu memiliki rasa ingin tahu yang besar. Dan Orion sangat menyukai antusias nya Atlas. Dengan lembut ia mengusak kepala Atlas.
"Paman adalah teman ayah kalian. Ayah kalian memang pria yang hebat, paman akui dia hebat dibidang yang ia geluti sekarang." Mendengar nama ayahnya disebut, senyum Atlas semakin melebar. Ada rasa bangga di hati anak kecil itu.
"Tapi Atlas, paman bukan pemimpin wilayah seperti ayah kalian. Paman hanya pemimpin di kelompok kecil dibawah kepemimpinan ayah kalian" mendengar itu Alreisha menatap Orion. Tatapan wanita itu sulit diartikan.
"Dia sudah banyak berubah sekarang." Ucap Alreisha didalam hati. Wanita itu hanya melihat interaksi Orion dan si kembar. Setidaknya Orion bisa bertemu dengan si kembar. Itu sudah lebih dari cukup.
Setidaknya respon awal pria itu cukup baik. Dan Alreisha lega melihat nya. Semoga. Si kembar cukup di tolak oleh ibu mereka. Jangan sampai ayahnya juga ikut menolak.
"Apa ayah sehebat itu, paman?" itu Leon yang bertanya. Wajah anak itu begitu tenang. Tapi dibalik pertanyaan nya barusan, Orion melihat ada wajah penasaran disana.
"Ayah kalian sangat hebat. Hebat sekali malah." Orion... Pria itu benar-benar menjaga setiap kata yang keluar dari mulutnya. Sama sekali tidak ada kata jelek yang ia keluarkan menyangkut tentang sang pemimpin wilayah, Qian Kun. Yang ada hanya kekaguman yang tak bisa diucapkan melalui kata yang terucap.