NovelToon NovelToon
ALEXANDRIA CEGILKU

ALEXANDRIA CEGILKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / BTS / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Trauma masa lalu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: story_Mawarmerah

"Berhenti deket-deket gue! Tinggalin gue sendiri, kehadiran lo cuma buat gue lebih repot!" ~ Lengkara

"Aku gak akan berhenti buat janji yang aku miliki, sekuat apapun kamu ngehindar dan ngusir aku, aku tau kalo itu cara kamu buat lindungi aku!"

###

Alexandria Shada Jazlyn ditarik kerumah Brawijaya dan bertemu dengan sosok pmuda introvert bernama Lengkara Kafka Brawijaya.
Kehadiran Alexandria yang memiliki sikap riang pada akhirnya membuat hidup Lengkara dipenuhi warna.
Kendati Lengkara kerap menampik kehadiran Alexandria, namun pada kenyataanya Lengkara membutuhkan sosok Alexandria.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon story_Mawarmerah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Membungkam Shada

Kendaraan masih melaju, beruntung keadaan tidak sepadat pertama setelah orang-orang turun berangsur-angsur. Keadaan jalan pun kini sudah masuk pada area pemukiman penduduk menandakan hampir sampai pula tujuan Lengkara datang ke tempat ini.

Drrtt… Drrrttt…

“ck…. “ Lengkara mendesis.

Entah sudah ke berapa kali ponsel Shada bergetar disaku celana Lengkara yang pemuda itu silent. Lengkara melirik Shada dengan ekor matanya, gadis itu nampak sekuat diri agar tetap terjaga ketika kedua mata Shada seperti di bubuhi lem perekat

Lantas Lengkara merogoh ponsel Shada, melihat pemberitahuan apa saja yang masuk kedalam ponsel Shada yang tengah ia sita. Lengkara mengerutkan kening lalu ia melirik Shada lagi, gadis itu benar-benar tengah melawan rasa kantuknya.

Kepala Shada kerap oleng karena tak memiliki sandaran. Lengkara menarik satu sudut bibirnya, entah karena melihat Shada atau karena jemarinya yang tengah bergerak memijit layar ponsel Shada, sampai finalnya Lengkara mematikan itu, membuat layar ponsel Shada meredup bersamaan katupan mata Shada yang benar-benar rapat.

Lengkara menarik nafasnya dalam-dalam, mengeluarkan oksigen seperti aksen menyalurkan rasa tenang setelah kegundahan, kembali menoleh pada Shada gadis itu nampak tengah mencari kenyamanan tepatnya sandaran kepala yang oleng mencari tumpuan.

“Selain jago makan lo juga jago tidur!” Lengkara menyarkas dalam lirihnya.

Tapi satu tangan Lengkara mengarahkan kepala Shada untuk ia simpan pada pundaknya, menjadikan pundak Lengkara sebagai sandaran Shada yang kini tertidur pulas. Sementara satu tangan Lengkara yang lain kembali merogoh saku guna menyimpan ponsel Shada.

Gerakan tangan Lengkara begitu hati-hati dan terlihat gesit, sehingga Shada tidak tau karena dirinya terlelap begitu tenang di pundak Lengkara, begitu juga tak menyadari jika sedari tadi Lengkara mengotak-atik ponselnya.

********

Elangga menghela nafas melihat layar ponselnya yang baru ia kunci, “Padahal baru jam delapan, apa mungkin dia udah tidur?” Elangga menggeleng kecil “Apa gue salah nomor kali ya?”

“Elang?”

“Oh.. iya nek?” Panggilan itu menyentak Elang yang tengah mondar-mandir dibelakang rumah, ia memang suka menghabiskan waktunya di tempat ini karena kebetulan ada sebuah kolam renang juga yang membuat Elang lebih nyaman tatkala menatap air kolam dihadapannya.

“Something problem?” tanya Damini seraya berjalan mendekat

Elang mengusap tengkuknya kikuk “Bukan hal besar nek!”

“Yakin bukan hal besar, sedari tadi kamu mondar-mandir bahkan gak ikut makan malam sama nenek?”

Elang tersenyum, neneknya ini memang sangat mengerti dirinya hingga kendati Elang dibentrokan dengan keadaan sang ibu, tapi peran Damini cukup bisa melengkapi kekosongan dirinya.

“Ada apa?”

“Ah.. Elang punya satu kenalan. Kita sempat tukeran kontak tapi pas Elang hubungi dianya gak respon sama sekali!”

“Perempuan?”

Elangga kembali mengusap tengkuknya dan mengangguk guna menjawab tanya sang nenek. “Dia temennya Elang kok Nek, adik tingkat Elang dan baru masuk kampus tahun ini!”

Damini terdiam, sejenak ia memperhatikan orang berharga yang ia miliki di rumahnya ini setelah  Gayatri yang masih dalam keadaan tak sadar akan lukanya kehilangan Ciera. Terlihat bagaimana raut serba salah Elang setiap membahas seorang gadis.

Jika perlu dikatakan juga hal yang menjadi benteng dan retaknya hubungan ia dengan Anchika adalah sergahan Damini. Lantas satu tangan keriput Damini terulur.

“Sekarang Elang udah besar, maafin nenek yah kalo nenek terkesan egois dan buat kamu dalam pilihan serta tekanan keadaan yang terjadi di rumah ini!”

“Nenek bukan gitu maksud Elang!”

“Tidak nak,” Ia menggeleng dan tersenyum penuh bangga pada sang cucuk “Kamu berhak bahagia dan memilih apa yang kamu mau mulai sekarang! Tapi nenek harap siapapun perempuan itu, kelak ia harus mau menerima kekurangan keluarga kita!”

Elang menunduk, inilah kiranya yang membuat dirinya kerap banyak berkorban, tak lain karena neneknya selalu membebankan kondisi Gayatri yang kerap colaps di waktu-waktu tertentu dan masih dalam fase penyembuhan yang tak kunjung sembuh.

Damini sendiri sudah cukup tua dan Elangga adalah satu-satunya yang tersisa mungkin saat ia tiada untuk mengurus Gayatri.

“Iya nak, mulai sekarang ambil kebahagiaan kamu juga yah! Mungkin ibu kamu__”

“Maaf nek!” Elang menyela dengan begitu lembut. Ia menatap wajah keriput dan sendu Damini. “Bagi Elang keluarga adalah nomor satu, nenek tidak usah khawatir karena sampai saat ini pun Elang masih sama, Elang juga gak akan berhenti dan akan tetep berusaha cari Caciera sampai ketemu!”

“Tapi nak?”

Elangga mengangguk penuh yakin. “Elangga masih sama dan tolong percaya sama Elang, nenek mau percaya dan sabar bukan? Elang yakin kita bakal bisa nemuin Cier suatu hari nanti!”

Tak mampu lagi membendung wanita tua itu lantas menarik tubuh Elang dalam pelukannya, ia begitu bersyukur karena memiliki cucuk seperti Elang dengan tanggug jawab begitu besar.

“Apa kita bakal berhasil nemuin Ciera?” lirih Damini sarat akan pengharapan.

“Iya, pasti! Elang yakin nek! Paling tidak kita harus menemukan kebenaran dan keberadaan Ciera apapun keadaannya nanti!”

“Lalu perempuan itu?”

Elang tersenyum dan melerai tubuhnya dari sang nenek yang mulai melepaskan pelukannya juga. “Dia kenalan Elang kok nek, anaknya manis dan periang! Nenek pasti suk kalo ketemu dia”

“Beneran?”

Elang mengangguk antuasias, ia begitu yakin juga ketika ingatannya tertuju pada bagaimana peringai Shada, Kenyataannya yang sedari tadi Elang coba hubungi sampai membuat pria itu seakan frustasi adalah Shada yang tidak membalas satu pun pesan darinya.

“Yasudah lain kali kamu ajak dia kemari, kenalin dia sama nenek, yah!”

“Elang usahakan, tapi gak janji juga karena Elang gak tau apa dia bisa atau enggak”

“Maksud kamu? Bukannya kamu bilang anaknya manis dan periang?”

“Iya, Shada memang periang, Cuma buat satu hal Elang kayaknya harus lebih ekstra hadapi seseorang dulu buat bisa interaksi sama Shada! Pesan sama panggilan Elang juga gak dibalas-balas, apa Elang salah nomor kali yah?!”

Damini tersenyum, Elangga memang seakan tak punya rahaasia padanya. “Shada? Jadi namanya Shada?”

“Iya” Elang menjeda katanya sesaat, melihat raut wajah neneknya lagi lalu berucap “tepatnya Alexandria Shada Jazlyn!”

DEG!!!

Damini mematung mendengar nama penuh Shada yang diucapkan Elang padanya. Karena kebetulan nama Alexandria pas juga dengan nama cucuknya yang hilang delapan belas tahun yang lalu.

Caciera Alexandria Divatya.

Kini, baik Elangga dan Damini, keduanya malah saling sirobok iris yang rasanya hanya mereka yang mampu menjabarkan apa dan bagaimana.

“Elangga” Panggil sang nenek lagi, ia menepuk pundak Elangga

“Sepertinya nenek benar-benar menunggu pertemuan nenek dan Shada nanti! Nenek tunggu, dan nenek yakin kamu bisa melewati seseorang itu”

Sontak ingatan Elang tertuju pada pria tinggi dengan pembawaan tenang serta wajah datarnya yakni Lengkara Kafka Brawijaya. Hanya untuk status Lengkara yang berasal dari Brawijaya rasanya Elang tidak ingin banyak membuka identitas Lengkara pada neneknya.

Apabila Lengkara dari silsilah Brawijaya!

Elang hanya mengangguk dan tersenyum pada sang nenek,. lalu berkata

“Yah, Elang janji bakal bawa Shada kesini! Suatu hari nanti!”

*******

Shada menatap Lengkara di sisinya, kini keduanya sudah menuruni bis dan berjalan menyusuri jalan dimana keadaan gelap dan hanya ada bentangan lapang serta pohon-pohon kelapa sejauh mata memandang. Tidak ada rumah saling berhimpitan dan keadaan bangunan rumah pun begitu sederhana jika dilihat-lihat dengan seksama.

“Lengka..”

“Ikuti gue aja, sebentar lagi kita sampai!”

“Kemana?”

Lengkara tidak menjawab dan terus berjalan dengan menoleh kesegala arah, seakan dirinya tengah mencari sesuatu yang entah Shada pun tak tau. Melihat itu Shada menghela nafasnya, jujur di titik ini ia begitu penasaran dan butuh penjelasan juga terkait apa rencana Lengkara.

“Kita bakal sampai kemana Lengka? Ketempat buronan itu atau kemana?”

Lengkara menghentikan langkahnya dan kembali berbalik, “Shada jangan mulai!”

“Harus!” Shada menekan, ia kembali memberontak tak mau kalah “Lengkara aku butuh kejelasan, apa yang mau kamu lakuin sebenarnya? kita mau kemana sekarang? Kita mau kesiapa? Atau-Atau, atau seenggaknya kasih tau aku__”

“Cerewet!” Lengkara menyela dengan tatapan datar yang ia tunjukan di wajahnya. “Gimana caranya gue biar bisa bikin lo diem, huh?”

“Lengkara aku serius!”

“Lo fikir gue bercanda?”

Shada mengepalkan kedua tangannya, ia menatap kesegala arah hanya gelap ditemani angin berhembus kencang, lalu Shada kembali menatap Lengkara, begitu yakin dan sarat akan tekad.

“Kamu sembunyiin tujuan dan semua alasan kamu ini apa karena ada hal yang kamu lindungi, Lengkara?”

Diam, Lengkara tidak menjawab melainkan ikut menatap Shada seksama. Gadis itu menarik satu sudut bibirnya akan intuisi yang coba Shada tangkap dari setiap keanehan Lengkara.

“Apa yang kamu sembunyiin? atau apa ini ada hubungannya sama bibi Cecil?” Lengkara masih diam oleh ultimatum Shada, gadis itu cukup yakin dengan tebakannya terkait Cecil. Ditambah akhir-akhir ini Lengkara kerap berhubungan dengan Cecilia.

“Lengka kamu tau kalo bibi kamu yang kamu anggap pahlawan itu bermasalah?”

“Shad berhenti!”

“Kenapa?” Shada semakin menjadi-jadi. Tidak dengan asal melainkan Shada pribadi cukup tau kekacauan yang terjadi antara keluarga Brawijaya dan Adhiwiguna , bagaimana bibi Lengkara yang selalu haus akan kekuasaan dan uang hingga berbuat segala cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.

Tapi, yang menjadi ketidak mengertian Shada adalah kenapa Lengkara masih bisa begitu menerima Cecillia bahkan berhubungan dengan Cecilia.

“Lengkara apa kamu masih mau anggap bibi Cecilmu itu pahlawan Cuma karena dia nolong kamu dan sempet jagain kamu dulu?”

“Alexandria Lo gak tau apa-apa!”

“Itu kenyataannya” Shada mulai menaikan nada bicara, “Kamu gak tau gimana kerasnya nenek dan bunda lindungi kamu dari bibi Cecil? Lengka sadar dia itu Cuma jadiin kamu alat”

“Berhenti gue bilang!” Lengkara berjalan mendekat, ia menatap Shada rumit setelah Shada terus menjelek-jelekan Cecil padanya.

“Diem!!”

“Gak, kamu harus tau kalo bibi Cecil itu jahammpp__”

Ucapan Shada terehenti kala di detik Lengkara mendekat pemuda itu menarik kepala Shada dan membungkam Shada dengan tangannya.

“MMPp… Lepas, Lengka kamu apa-apaanmmpp_?” Shada berontak, membuat Lengkara menarik belakang kepala Shada lagi dan

“Lengkam__Pppp”

Terbungkam kembali, tapi kali ini bungkaman Lengkara bukan dengan tangannya, melainkan saat Lengkara menunduk dan membungkam bibir Shada dengan bibirnya untuk membuat Shada diam dan berhenti berontak.

Benar Shada diam, bahkan Shada hanya bisa mematung dan membulatkan kedua matanya seakan terkena blankspace saat bibir Lengkara membungkam lalu memberikan sentuhan basah disana.

Itu terjadi dalam hitungan detik lamanya, Lengkara berhenti dan melerai wajahnya beberapa inchi dari Shada yang mulai memejam dengan tubuh gemetar syok.

“Jadi,, ini ternyata cara buat lo diem?”

Lirih suara Lengkara membuat Shada membuka matanya perlahan, jangan tanya berapa cepat detak jantung Shada yang berdentam hebat sekarang. Ia menatap Lengkara yang mulai melerai posisinya dengan mundur.

Lengkara berdehem serta melempar irisnya kearah lain, sebisa mungkin Lengkara tenang setelah apa yang sudah ia lakukan pada Shada. Sementara Shada sudah terlihat begitu serba salah karena dirinya.

Shada menyentuh bibirnya yang masih bergetar, “Ka-Kamu,, Lengka kamu?”

“Itu hukuman buat elo!” Lengkara menatap Shada kembali, memasang wajah tidak terpengaruh dan kesan Dominasi yang coba ia tunjukan pada Shada jika di titik ini dialah yang berkuasa, ialah yang menjadi pengendali.

“Lo udah sering langgar kesepakatan dan batasan lo. Jadi terima itu dan Diam!”

Shada mengepalkan kedua tangannya, kali ini ia belum pasrah dan semakin tidak mau mengalah. Nyali Shada sebesar itu ditambah ia terus melawaan Lengkara juga karena khawatir dengan apa yang akan Lengkara lakukan.

Jangan lupakan jika posisi Shada adalah suruhan Merian dan Shada bertanggung jawab untuk apa yang terjadi pada Lengkara sekarang.

“Gimana kalo aku tetep gak mau diem, hah?” Shada menantang, ia mendongak pada Lengkara yang kembali maju, menarik satu sudut bibirnya lalu berkata

“Kalo gitu, berati lo bakal dapatin hukuman lebih dari gue!”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!