Keyra Onellia, seorang putri angkat keluarga Arlott yang kini sudah tak dianggap akibat keluarganya kembali menemukan sang anak kandung. Dari umur 13 tahun, Keyra mulai tersisihkan. Kembalinya Dasya, membuat dirinya tak mendapatkan kasih sayang lagi. Di hancurkan, di kucilkan, di buang dan di rendahkan sudah ia rasakan. Bahkan diakhir hidupnya yang belum mendapatkan kebahagiaan, ia harus dibunuh dengan kejam.
Keyra mengira jika hidupnya telah berakhir. Namun siapa sangka, bukannya ke alam baka, jiwanya malah bertransmigrasi ke tubuh bibinya—adik dari daddy angkatnya.
•••
"Savierra, kau hanya alat yang akan dikorbankan untuk kekasihku. Ku harap kau jaga sikap dan sadar diri akan posisimu!"
Mampukah Savierra yang berjiwa Keyra itu menghadapi tiran kejam, yang sial nya adalah suaminya itu? Takdir benar benar suka bercanda! Apakah Savierra harus mengalami kemarian tragis untuk kedua kalinya? Tidak! Savierra akan berusaha mengubah takdir hid
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetstory_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Tidak apa apa, Ryden aman bersamaku,"
Melihat keseriusan di mata Savierra, dengan ragu pangeran Zyonel mengangguk pelan. "Baiklah, tolong jaga Ryden" kata sang pangeran sedikit merasa tak rela. Ia berjalan keluar, lalu menutup pintu.
Savierra mendesah lega, lalu berjalan menghampiri Ryden yang kini tengah menatapnya sayu.
"Ryden, b-bagaimana perasaanmu?" tanya Savierra sembari menelan ludah gugup. Ia meremang saat melihat keadaan Ryden yang nampak lemah dan.. sexy.
"Sshh aku.. Savierra.. kamu pergilah. Aku tidak ingin kehilangan kendali saat melihatmu!" titah Ryden lirih.
Savierra terdiam, "Kenapa?"
"Aku, tidak mau menyakitimu kembali Savierra..." Ryden mengerang, tangannya meraih gunting pada nakas. "Biarkan aku menyadarkan diriku, kamu cepat pergilah.."
Melihat Ryden yang akan melukai tangan untuk mempertahankan kesadaran, hati Savierra pun goyah. Perempuan itu mengambil gunting itu dan melemparkannya.
"Savierra!"
"Aku benar benar tak habis pikir kenapa kamu selalu berada di situasi seperti ini." Savierra melepaskan kancing gaunnya satu persatu, "Ryden, aku istrimu. Lakukan apapun yang bisa menyelamatkanmu. Semenjak kamu mengambil kesucianku dengan paksa waktu itu, aku sudah menjadi milikmu seutuhnya."
Savierra berjalan menghampiri Ryden yang membeku di tempat, mata Ryden sudah terpenuhi kabut gairah seutuhnya. Keraguan yang sempat tumbuh di hatinya perlahan lenyap, setelah Savierra selesai berkata tadi.
Srett!!
"Baiklah, mau berhenti pun sudah terlambat Savierra!" bisik Ryden dengan suara serak. Ia menindih tubuh Savierra di atas ranjang.
Ryden mulai mencumbu Savierra dengan intens, dengan satu tangannya menahan tengkuk Savierra. Lenguhan lembut Savierra pun tak terelakan.
Bibirnya mencium setiap inci leher jenjang Savierra yang begitu mulus. Tangannya pun tak tinggal diam, dan membelai punggung perempuan itu.
"Emmhh Ryd.."
Mendengar itu gairah Ryden semakin tersulut. Bibirnya kembali membungkam bibir lawan hingga kuwalahan. Ciuman intens itu semakin dalam, hingga tak terasa tangan Ryden sampai di dua benda yang tak asing.
"Ahhh.."
Desahan Savierra lolos saat tangan Ryden berhasil meremas salah satu benda itu. Savierra menatap sayu ke arah Ryden yang di penuhi oleh gairah mendalam, namun sepertinya, Ryden berhasil menguasai ingatannya.
"Ry-Ryden.. Ka-kamu tahu si-siapa aku kan?" tanya Savierra dengan nafas tersenggal. Ia ingin memastikan suatu hal.
Ryden mengangguk kecil, "Kamu, Savierra!" bisiknya tegas setelah itu ia kembali melanjutkan kegiatannya.
•••
Bunyi kicauan burung menjadi tanda bahwa waktu telah beranjak pagi. Sinar matahari menyusup dari sela sela gorden, menyoroti kamar yang nampak temaram.
Seorang lelaki yang tengah tidur nyenyak pun terusik saat matanya terkena sinar matahari yang menyilaukan itu. Ia membuka mata, dan menatap sekitar.
Setelah mencerna keadaan, lelaki itu menyunggingkan senyum tipis saat melihat perempuan yang semalam telah sukarela membantunya.
"Emmm" melihat perempuan itu menggeliat, sang lelaki segera mengusap pelan rambut perempuan itu agar tenang. "Sshh tidurlah.."
Sudah bisa di tebak, mereka adalah Ryden dan Savierra. Ryden menyugar rambutnya, menuruni ranjang dengan perlahan dan berjalan menuju kamar mandi.
Srasshhhh..
Air shower mengguyur tubuh kekar itu. Ryden memejamkan mata, mencoba menikmati sensasi segar yang mulai merambat ke tubuhnya perlahan.
"Semalam, aku dan Savierra" jedanya merasa tak percaya. "Ini bukan mimpi. Ini kenyataan," lirihnya, lalu merona saat mengingat kegiatan semalam secara jelas. "Shit! Ini pasti akan mempengaruhiku!"
Ryden menghembuskan nafasnya lega, "Tapi, untung saja Savierra datang tepat waktu. Kalau tidak? Entah bagaimana nasibku sekarang," gumamnya.
Sedangkan di atas kasur, Savierra mengerjab pelan, mencoba menyesuaikan diri. Ia duduk perlahan lalu melirik ke arah kamar mandi yang sedang di pakai.
"Semalam, Ryden tak memanggil nama Caroline kan?" celetuknya merasa lega. "Aku senang saat dia menyadari jika aku Savierra, bukan Caroline."
Cklekkk!!
Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan Ryden yang hanya menggunakan handuk sebatas pusar hingga lutut. Dada bidang dan otot perutnya terlihat, membuat Savierra tak ingin mengalihkan pandangannya.
"Ekhem! Kamu sudah bangun?" tanya Ryden canggung.
Savierra pun mengangguk kaku, "Ya, jika kamu sudah selesai aku akan mandi dulu," pamitnya lalu dengan tergesa berjalan tertatih ke kamar mandi, melewati Ryden.
"Apakah aku semalam terlalu kasar hingga membuatmu tak bisa berjalan dengan baik?" celetuk Ryden yang membuat Savierra melotot.
"Ryden kamuu.." geram Savierra merasa malu. Wajahnya memerah menahan malu dan kesal.
Brakkk!!
Pintu kamar mandi yang tertutup kencang itu menghadirkan tawa kecil Ryden. "Aku baru sadar, mengerjainya adalah sesuatu yang menyenangkan~"
•••
"Waktu itu aku menemani putri ke salah satu kamar hotel untuk berganti pakaian. Di tengah jalan aku bertemu dengan pangeran Zyonel. Aku menceritakan kronologi putri Allea yang terjatuh ke kolam,"
"Sebelum pangeran pergi, ada seorang pelayan yang memberiku sebuah kertas bertuliskan pesan dan nomor kamar. Dia menyuruhku untuk menemuimu karena kamu sedang membutuhkan bantuanku. Jadi aku segera datang ke kamar ini."
—Flashback
Saat Savierra mengantar putri Allea ke kamar hotel nomor 98 untuk berganti pakaian, dirinya melihat pangeran Zyonel yang kebetulan ada di lantai ini. Entah apa yang di lakukan sang pangeran itu.
"Kak Zyo!" seru Savierra. "Maukah anda melihat putri Allea?"
"Apa yang terjadi dengannya?"
Savierra menceritakan kejadian di kolam pada pangeran. Zyonel pun menyuruh Savierra untuk menjaga Allea terlebih dahulu.
Saat Savierra mengantarkan Zyonel sampai di depan pintu, tiba tiba saja ada seorang pelayan yang melewatinya dan menyelipkan sebuah kertas. Saat Savierra akan bertanya, pelayan itu berlari secepat mungkin meninggalkan Savierra dan Zyonel.
"Apa ini?" tanya Savierra.
Kamar 205, tuan Ryden membutuhkanmu nona!
"Kamar 205? Bukankah itu kamar Ryden?" lirih Zyonel membeku, "Sial, ternyata dirinya tadi di jebak! Pantas saja tiba tiba tak sadarkan diri!"
Savierra mendadak cemas, "Ayo kita segera kesana kak!"
Savierra dan Zyonel berlari memburu waktu. Tujuannya adalah kamar nomor 205. Ryden membutuhkan pertolongan!
—Flashback Off
Savierra menjelaskan kejadian semalam pada Ryden. Saat ini. Keduanya tengah duduk di atas kasur berdampingan sembari merangkai kejadian kejadian semalam.
Ryden mengangguk kecil, "Siapa yang menyuruh pelayan itu? Orang yang menyuruhnya pasti mengetahui keadaanku!"
"Aku juga berfikir seperti itu Ryd. Tapi aihh.. para jalang jalang itu selalu menggunakan cara murahan ini untuk menjebakmu! Sialan!" kesal Savierra.
Ryden menghela nafas lelah, "Entahlah, aku juga selalu bersikap waspada. Namun kali ini aku sungguh tak menyangka. Aku hanya berinteraksi dengan sedikit orang. Sepanjang pesta aku hanya minum dua gelas wine. Wine pertama, saat kita mengambilnya bersama di meja minuman. Dan wine kedua.."
"Diberikan oleh Shen Lizhe!"
Savierra membelalak, "Apa!? Benarkah? tapi, bukankah dia temanmu? Bagaimana bisa dia malah memberimu obat?"
"Itu yang membuatku heran Savierra. Apa yang ada di pikirannya!" sahut Ryden frustasi.
Savierra merenung memikirkan alasan yang masuk akal tentang Lizhe. Namun ia malah teringat dengan wanita jalang jadi jadian yang hampir saja menyentuh Ryden.
"Sepertinya tuan Lizhe bukan ingin menjebakmu Ryd. Namun jika dia diutus oleh seseorang.." Savierra dan Ryden saling bertatapan.
"Shen Luoying!" tebaknya secara bersamaan.
Savierra mengepalkan tangannya dan berdiri, dia juga menarik tangan Ryden. "Ayo!"
"Kemana?"
"Pergi memberi pelajaran!"
•••
Pranggg!!
Pranggg!!
"Sial.. sial.. siall!!" racau seorang gadis dengan tubuh bergetar menahan amarah. "Rencanaku gagal! Sebenarnya bagaimana dia bisa mengetahui kamar Ryden?" kesalnya sembari membanting benda benda di atas meja.
Shen Luoying, dengan segala obsesinya terhadap Ryden, dengan segala caranya merayu, dan caranya mencari perhatian, nampak selalu gagal. Rasanya Ying ingin menangis saja. Padahal semalam adalah satu satunya kesempatan untuk menjerat Ryden, namun malah gagal.
"Sebenarnya, kenapa? Siapa yang memberitahu hal ini? tanyanya dengan menggigit jari. "Brengsek.."
Brakkkk!!
Pintu yang terbuka dengan kasar itu mengejutkan Ying. Ia reflek menoleh dan terkejut saat mendapati Ryden, Savierra, dan Lizhe—kakaknya.
Plakkkk!!
"Akhh" teriak Ying terkejut, saat pipinya terasa panas akibat ditampar kembali oleh Savierra.
"SAVIERRA!! BERANI BERANINYA KAMU MENAMPARKU!!" murka Ying sembari melotot ke arah Savierra. Ia berniat untuk membalas. Namun saat tangan Ying ingin terayun ke arah Savierra, sebuah tangan menangkap telapak tangan Ying.
"Cukup nona Ying! Tamparan itu sudah sangat ringan untuk anda!" kata Ryden tegas dan tajam. Ia segera menyentakkan tangan Ying dengan kasar, lalu mengelap tangannya memakai sapu tangan.
Savierra yang melihat itu tersenyum puas, "Maaf ya tuan muda Shen. Tidak ada pilihan lain selain menampar adik anda. Ini adalah balasan dan peringatan untuk dirinya!" kata Savierra sembari melirik Lizhe yang hanya diam saja.
"Kakak! Apakah kamu yang memberitahu mereka?" tanya Ying tak percaya, sembari menatap Lizhe.
"Maaf, aku sudah melakukan apa yang kamu perintahkan kepadaku. Namun aku tidak berjanji untuk membantu rencana mu hingga berhasil. Sudah cukup Ying, jangan berbuat ulah lagi" jawab Lizhe tegas, namun netranya menyorotkan rasa bersalah terhadap sang adik.
Lizhe menunduk sekilas pada Ryden dan Savierra. "Aku minta maaf untuk ku dan untuk adikku. Ini terakhir kali aku terlibat dengan kesalahan adikku terhadap kalian. Dan maaf Ryden, aku telah mengkhianatimu. Mohon jangan benci padaku," tambah Lizhe dengn tulus meminta maaf.
Sedangkan Ying mengepalkan erat tangannya, saat melihat sang kakak yang meminta maaf. "Ka-kakak.. kamu.."
Lizhe tersenyum dan menarik Ying, "Ayo kita pulang Ying. Ayah dan ibu sudah menunggu kita,"
"Tapi.." sela Ying tak rela.
"Menurut atau dapat hukuman dari ayah? Kamu sudah dewasa, pilihlah sendiri" putus Lizhe, lalu melangkah keluar dari kamar hotel.
"Jadi, nona Shen mau meminta maaf atau saya laporkan ke pihak berwajib?"
Ying terkejut, "A-apa!? Tidak perlu sampai segitunya kan?"
"Kalau begitu, tunggu saja surat panggilan!" sarkas Savierra lalu menarik tangan Ryden, hendak pergi.
"TUNGGU!" tahan Ying, lalu memejamkan matanya, berusaha menguasai diri. "Kak Ryden, Savierra, aku minta maaf atas kejadian ini." kata Ying dengan setengah hati.
Savierra dan Ryden saling berpandangan, dan mengangguk sekilas. "Saya maafkan. Dan tolong menjauh dari hidup saya!" tandas Ryden.
Deg!
Ying tertegun mendengar kata itu dari mulut Ryden yang tentunya kata kata itu sangat melukai hati nya. Saat Savierra dan Ryden sudah tak terlihat lagi, tubuh gadis itu luruh di lantai. Air matanya menetes, tak menyangka jika akan tiba hari ini untuknya.
"Kak Ryden, aku benar benar mencintaimu, dari dulu hingga sekarang.. Tapi mengapa begini.."
•••