NovelToon NovelToon
Dr.Amelia: The White Coat Hero

Dr.Amelia: The White Coat Hero

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Dokter Genius / Wanita Karir / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Fantasi Wanita / Careerlit
Popularitas:717
Nilai: 5
Nama Author: nurul natasya syafika

sinopsis Amelia, seorang dokter muda yang penuh semangat, terjebak dalam konspirasi gelap di dunia medis. Amelia berjuang untuk mengungkap kebenaran, melindungi pasien-pasiennya, dan mengalahkan kekuatan korup di balik industri medis. Amelia bertekad untuk membawa keadilan, meskipun risiko yang dihadapinya semakin besar. Namun, ia harus memilih antara melawan sistem atau melanjutkan hidupnya sebagai simbol keberanian dalam dunia yang gelap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurul natasya syafika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 8: Jejak Darah di Klinik

Amelia merasa setiap langkahnya membawa dia lebih dekat pada kebenaran yang mematikan. Tetapi kebenaran itu seperti labirin gelap, semakin jauh ia masuk semakin sulit jalan keluar.

Setelah mendapatkan petunjuk dari Laras tentang seorang mantan peneliti bernama Dr. Farid yang pernah terlibat dalam proyek implan jantung mekanik, Amelia memutuskan untuk menemuinya.

Namun, pertemuan itu bukan hanya membuka rahasia baru, tetapi juga memicu serangkaian peristiwa yang mengancam nyawanya.

......................

**Klinik Kecil di Pinggiran Kota**

Amelia memarkir mobilnya di depan sebuah bangunan tua yang berfungsi sebagai klinik kecil. Dinding luar yang retak dan cat yang mengelupas menunjukkan bahwa tempat ini telah lama tidak dirawat. Ia melangkah masuk dengan hati-hati, disambut oleh aroma obat-obatan dan kebisingan samar kipas angin yang berputar di sudut ruangan.

Seorang resepsionis, wanita muda dengan wajah pucat, menatap Amelia dengan ragu saat ia mendekat.

"Maaf, saya mencari Dr. Farid," kata Amelia sambil memperkenalkan dirinya. "Saya perlu bicara dengannya mengenai penelitian yang pernah dia kerjakan."

Resepsionis tampak gelisah. "Dr. Farid jarang menerima pasien tanpa janji. Apa Anda punya janji?"

"Tidak," jawab Amelia dengan tegas. "Tapi ini penting. Tolong sampaikan saja bahwa saya harus bertemu dengannya."

Setelah beberapa detik berpikir, resepsionis akhirnya menyerah. "Tunggu di sini."

Beberapa menit kemudian, seorang pria paruh baya dengan tubuh kurus dan wajah lelah muncul dari belakang klinik. Rambutnya sudah mulai memutih, dan matanya tampak mencerminkan beban masa lalu yang berat.

"Anda siapa?" tanyanya dengan nada curiga. "Apa yang Anda inginkan dari saya?"

Amelia berdiri dan mencoba menunjukkan sikap profesional. "Nama saya Amelia. Saya seorang dokter di RS Sentral. Saya tahu Anda pernah bekerja di proyek implan jantung mekanik. Saya butuh informasi tentang cacat perangkat itu."

Dr. Farid menatapnya tajam, seolah berusaha menilai niatnya. Setelah beberapa saat, ia mengangguk kecil. "Mari ikut saya. Bicara di sini terlalu berisiko."

......................

**Ruang Kantor Kecil di Klinik**

Dr. Farid membawa Amelia ke ruang kantornya yang kecil dan sempit. Dindingnya dipenuhi rak buku yang penuh debu, sementara meja kayunya terlihat berantakan dengan tumpukan kertas dan map tua.

Ia duduk di kursi dan membuka sebuah map yang penuh dengan catatan tangan dan dokumen teknis. Amelia duduk di seberang meja, memperhatikan setiap gerakannya dengan cermat.

"Saya keluar dari proyek itu dua tahun lalu," kata Dr. Farid, memulai ceritanya. "Mereka memaksa saya untuk menandatangani laporan yang menyatakan bahwa perangkat itu aman. Tapi saya tahu ada cacat besar di desainnya."

Amelia mengernyitkan dahi. "Cacat apa yang Anda temukan?"

Dr. Farid menghela napas panjang, lalu melanjutkan, "Material komponen utama perangkat tidak sesuai spesifikasi. Itu menyebabkan ketidakstabilan aliran darah dan memperbesar risiko komplikasi. Saya memberi peringatan, tapi mereka bilang mengganti material akan terlalu mahal dan memperlambat produksi."

Amelia merasakan amarah dan kekecewaan mendidih dalam dirinya. "Jadi mereka tahu risikonya, tetapi tetap memutuskan untuk melanjutkan produksi?"

Dr. Farid mengangguk dengan ekspresi penuh penyesalan. Ia mengeluarkan sebuah flash drive dari laci mejanya dan menyerahkannya kepada Amelia. "Ini semua data yang saya simpan diam-diam. Bukti bahwa mereka sadar perangkat itu cacat, tetapi mereka memilih uang daripada nyawa manusia."

Amelia menerima flash drive itu dengan tangan gemetar. "Kenapa Anda tidak melaporkannya?"

Dr. Farid tertawa kecil, tetapi tidak ada kebahagiaan dalam tawanya. "Mereka mengancam keluarga saya. Hidup saya hancur. Saya kehilangan pekerjaan, reputasi, semuanya. Jika Anda ingin melawan mereka, Anda harus siap kehilangan segalanya."

Amelia menatap Dr. Farid dengan campuran rasa hormat dan ketakutan. Kata-katanya terasa seperti peringatan yang suram.

......................

**Jalan Sepi Menuju Rumah Amelia**

Amelia meninggalkan klinik dengan hati yang berat. Flash drive itu kini terasa seperti benda terpenting di dunia. Ia menyetir perlahan, memikirkan langkah selanjutnya. Namun, pikirannya terganggu ketika ia melihat kerumunan orang di depan, berkumpul di sekitar lokasi kecelakaan.

Ia memarkir mobilnya di pinggir jalan dan berjalan mendekat. Lampu polisi berkedip-kedip, dan garis kuning melingkari area kejadian. Amelia memaksa masuk ke kerumunan, merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Ketika ia melihat ke arah korban kecelakaan, tubuhnya membeku. Di sana, tergeletak tubuh Dr. Farid. Wajahnya penuh luka, dan mobilnya hancur seperti ditabrak dengan sengaja.

Seorang polisi menahan Amelia saat ia mencoba mendekat. "Maaf, Nona. Ini area kejadian. Anda kenal korban?"

Amelia berusaha menahan tangisnya. "Dia... dia baru saja membantu saya. Ini bukan kecelakaan biasa."

Polisi hanya memandangnya dengan skeptis, tetapi Amelia tahu kebenarannya. Ini adalah pesan peringatan langsung bahwa siapa pun yang mencoba melawan, akan berakhir seperti Dr. Farid.

......................

**Apartemen Amelia**

Dengan tubuh gemetar, Amelia tiba di rumahnya. Ia segera mengunci pintu dan menutup semua tirai sebelum mengeluarkan laptopnya. Flash drive pemberian Dr. Farid dimasukkan ke dalam port USB, dan layar laptop segera menampilkan folder berisi berbagai dokumen penting.

Amelia membuka salah satu file yang berisi laporan teknis tentang cacat perangkat. Data itu menunjukkan ketidakstabilan aliran darah akibat material murah yang digunakan. Ia melanjutkan membaca email internal yang penuh dengan diskusi antara para eksekutif perusahaan.

Salah satu email membuat darahnya mendidih:

“Kita tidak punya waktu untuk memperbaiki desain. Dorong proyek ini ke pasar apa pun risikonya. Keuntungan lebih penting."

Amelia merasa mual. Mereka tidak hanya tahu risikonya, tetapi secara aktif memilih untuk mengabaikannya demi uang. Ia menutup laptopnya dengan kasar dan menghela napas dalam-dalam.

Tiba-tiba, ponselnya berdering. Amelia meraihnya, dan sebuah pesan anonim muncul di layar:

“Jika kau tidak berhenti, kau akan bernasib seperti Farid."

Ia menjatuhkan ponsel itu ke meja, merasakan napasnya semakin berat. Ancaman ini terasa terlalu nyata, dan nyawanya kini benar-benar dalam bahaya.

......................

Amelia duduk di lantai apartemennya, memegang flash drive dengan erat. Di dalam benda kecil itu, terkandung kebenaran yang bisa menghancurkan perusahaan besar dan para pelakunya. Tetapi, di saat yang sama, ia tahu ini juga bisa menghancurkan hidupnya.

Ia teringat pada Dr. Farid, kata-katanya, peringatan terakhirnya, dan cara hidupnya berakhir. Amelia merasa dirinya berada di persimpangan jalan. Melanjutkan perjuangan berarti menghadapi risiko yang tak terbayangkan. Tetapi mundur berarti mengkhianati semua pasien yang telah menjadi korban.

Ketukan lembut di pintu membuat tubuhnya tegang. Amelia memandang pintu dengan waspada, lalu mendekat perlahan. "Siapa di sana?" tanyanya.

Tidak ada jawaban.

Ia mengintip melalui lubang intip dan melihat seseorang berdiri di sana, mengenakan hoodie hitam. Jantung Amelia berdetak semakin cepat. Tetapi saat ia membuka pintu, orang itu sudah pergi, meninggalkan secarik kertas di lantai.

Amelia mengambil kertas itu dengan hati-hati. Hanya ada satu kalimat di sana:

“Kau sudah diperingatkan."

......................

Amelia tahu bahwa ia tidak bisa melawan ini sendirian. Tetapi siapa yang bisa ia percayai? Laras? Mungkin, tetapi melibatkan Laras berarti juga membahayakan nyawa temannya.

Ia kembali menatap flash drive itu. Pilihan ada di tangannya: melawan dengan segala risiko, atau berhenti dan menyelamatkan dirinya sendiri. Tetapi, di lubuk hatinya, Amelia tahu ia tidak bisa membiarkan ini berlanjut.

...----------------...

Amelia memegang ponselnya, bersiap untuk menelepon seseorang. Namun, sebelum ia sempat mengetikkan nomor, lampu di apartemennya tiba-tiba padam, meninggalkannya dalam kegelapan.

1
ahyuun.e
mohon maaf ya ini thor, ini Doktor apa dokter ya? penulisan gelar dokter itu dr. penulisan Dr. itu untuk gelar doktoral atau lulusan s3 jdi mana yg bner ini? tolong di perjelas klo gak tau istilah nama" gelar mending sebutin aja lengkapnya dokter gitu gak usah mke istilah ketimbang salah 🙏🏻
ahyuun.e: sama-sama thor, terus berkarya thor. untuk penulisan gelar depan emang se krusial itu ya thor, kalau salah penulisan jdinya juga salah penyebutan hehe mohon untuk di koreksi kembali apalgi masuk ke judul besar 🙏🏻
Syasmile: haloo makasih sarannya sebelumnya, saya juga ga terlalu merhatiin ini sebelumnya nanti bakal di perbaiki lgi
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!