Dibalik diamnya seorang istri ada penyesalan suami yang sangat mendalam.
Zhia Vanelesia yang telah merasa lelah dengan sikap sang suami yang suka seenaknya saja akhirnya memilih untuk Diam. Dia tidak perduli lagi dengan apa yang di lakukan suaminya dan memilih untuk mengejar karirnya kembali.
Rayyan Ardinata sosok suami yang masih suka kebebasan. Dia selalu menghabiskan waktunya dengan nongkrong dengan teman temannya di bar. Hingga akhirnya Rayyan terkejut melihat reaksi istrinya yang akhirnya diam dan tidak perduli lagi akan apa yang dia lakukan.
Rayyan langsung saja membuat keputusan untuk membawa wanita ke rumah besar mereka untuk melihat bagaimana reaksi istrinya nantinya.
Namun, alangkah terkejutnya Rayyan melihat reaksi istrinya ketika melihatnya sedang bercumbu mesra dengan selingkuhannya di dalam kamarnya.
Mulai dari kejadian itu, Rayyan memilih untuk berubah dan mengejar kembali cinta sang istri.
Akankah Rayyan berhasil merebut hati istrinya kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 17
"Apa kamu akan terus berdiri di situ, Zhi" ucap Kinan dari dalam ruangan.
"Hehe... Kakak ini seperti punya mata batin saja" ucap Zhia cengegesan lalu masuk ke dalam ruangan Kinan.
"Mana pesanan kakak" ucap Kinan to the point.
"Ini" ucap Zhia langsung saja memberikan jas dan kemeja Kinan yang dia beli.
Tak berpikir panjang Kinan langsung saja menerimanya lalu mengenakannya di depan Zhia. Zhia yang mulai terbiasa dengan pemandangan itu langsung saja duduk santai di sofa sambil mengunyah cemilan yang tergeletak di atas meja.
"Kamu juga beli baju, Zhi?" ucap Kinan melihat tas belanjaan yang ada di samping Zhia.
"He..he... Ia kak. Tapi, aku harus mengunakan uang yang banyak karna ulah wanita sombong itu" ucap Zhia kesal.
"Wanita sombong? Siapa yang berani mengangu adik kesayangan Kinanta Wirawan? Ayo katakan kepada kakak" ucap Kinan langsung saja duduk di samping Zhia.
"Aku tidak tau siapa dia! Tapi, aku kesal saja dia mengatakan aku tidak sangup membeli gaun ini. Karna kesal dia meremehkanku, aku beli saja gaun ini dengan harga dua kali lipat"
"Tidak masalah berapa'pun uang yang kamu keluarkan. Yang terpenting kamu senang dan kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan" ucap Kinan tersenyum karna tau apa alasan Zhia tadi berlama lama di depan pintu.
"Kakak engak marah?" ucap Zhia langsung saja tersenyum berbinar.
"Tidak! Justru kakak senang akhirnya kamu mau mengunakan uang kakak"
"Terima kasih, Kak. Kakak memang kakak terbaik" ucap Zhia langsung saja memeluk Kinan.
"kamu juga adik kesayanganku yang paling bawel" ucap Kinan langsung saja membalas pelukan Zhia.
"Kakak!" ucap Zhia kesal karna mendengar sebutan bawel dari Kinan.
"Kakak lihat kamu semakin gemuk saja. Apa kamu sudah menyiapkan pesanan kakak?" ucap Kinan tersenyum sambil menatap perut datar Zhia.
Mendengar pertanyaan Kinan, Zhia langsung saja memayunkan bibirnya sambil menyentuh perutnya yang masih datar. Zhia mencoba berpikir sebab tadi Sinta juga mengira jika dirinya hamil. Tapi, Zhia langsung saja menepis semua pikirannya karna baginya dia tidak mungkin hamil. Karna sudah setahun dia menunggu kehadiran bayi di dalam rahimnya tapi, tak kunjung datang.
"Kakak tidak usah berharap terlalu tinggi. Sudah setahun aku menunggu bahkan aku telah berusaha sekuat tenaga tapi, sampai sekarang belum ada tanda tanda" ucap Zhia bersedih.
"Apa kamu sudah mengeceknya lagi?"
"Belum! Tapi aku sudah tidak mau lagi terlalu berharap kak. Biarkan saja semua berjalan dengan jalannya masing masing. Lagian aku enggak mau kecewa lagi seperti sebelumnya" ucap Zhia mengingat sudah berapa kali dia mengecek kandungannya tapi hasilnya terus sama saja.
"Kamu yang sabar ya. Mungkin kamu dan Rayyan belum di percaya untuk memomong anak. Lagian suamimu itu juga belum bisa menjadi ayah" ucap Kinan kesal jika mengingat kelakuan Rayyan.
"Tapi, beberapa hari ini aku lihat dia telah berubah, Kak. Malah tadi dia memberikan ini kepadaku" ucap Zhia menunjukkan kartu debit pemberian Rayyan.
"Mungkin dia telah menyesali perbuatannya karna telah menyianyiakan berlian yang sangat berharga sepertimu. Kakak juga melihat dia sudah tidak pernah lagi nongkrong bersama teman temannya yang berandal itu" ucap Kinan yang tidak pernah lagi melihat Rayyan di club.
"Ia, sih kak. Setelah aku beri pelajaran kepadanya aku lihat dia sudah pulang cepat. Bahkan dia tidak pernah pulang dengan bau alkohol lagi"
"Kakak senang mendengarnya. Kakak berharap dia benar benar menyesal dan mau berubah untukmu" ucap Kinan tersenyum.
"Mudah mudahan, Kak. Aku juga berharap Rayyan bisa berubah dan menjadi kepala keluarga yang baik untukku"
Mendengar ucapan Zhia, Kinan langsung saja tersenyum kecil. Dia dapat melihat cinta yang begitu besar kepada Rayyan di mata Zhia. Walaupun cintanya bertepuk sebelah tangan tapi Kinan masih bersyukur karna bisa menjadi tempat sandaran untuk Zhia di saat dia merasa sedih.
"Kamu mau lagi?" ucap Kinan melihat cemilan di atas meja telah habis pindah ke perut Zhia.
"Em! Kakak beli lagi ya" ucap Zhia langsung saja memperlihatkan wajah imutnya.
"Ia, nanti kita akan borong bersama tokonya" ucap Kinan langsung saja mencubit hidung Zhia gemas.
"Horree... Ayo!" ucap Zhia langsung saja berdiri lalu menarik tangan Kinan.
"Ayo kemana?"
"Beli cemilan itu lagi" ucap Zhia langsung saja menarik tangan Kinan keluar dari ruangannya.
Melihat tingkah Zhia yang sangat aneh Kinan langsung saja mengelengkan kepalanya kecil. Sebagai pria dewasa Kinan tau apa penyebab perubahan tingkah Zhia. Tapi, dia memilih untuk diam dan menjaga Zhia agar tidak membuat mood sahabat sekaligus adik kesayangannya itu kembali turun.
Kinan langsung saja membawa Zhia ke sebuah toko cemilan. Zhia langsung saja berlari kecil memasuki toko itu dengan penuh semangat.
"Zhi, jangan lari lari. Nanti kamu jatuh" ucap Kinan waspada terus saja mengekor kemanapun Zhia melangkahkan kakinya.
"Kakak sih lelet. Ayo cepat! Zhia mau es krim" ucap Zhia langsung saja menunjuk ke tempay penyimpanan es krim.
"Ia... Ia, kamu bawel amat, sih" ucap Kinan langsung saja membawa Zhia memilih es krim yang dia inginkan.
"Hai, Zhi! Kamu ngapain di sini?" ucap Rissa yang kebetulan juga berada di toko cemilan itu.
"Hai, Ris! Aku mau beli es krim. Di teraktir sama Kak Kinan. Kamu mau?" ucap Zhia langsung saja merangkul tangan Kinan.
"Boleh! Kak balenin aku juga dong. Masak Zhia aja yang di teraktir terus" ucap Rissa langsung saja memperlihatkan wajah memelasnya.
"Kalian ambil saja apa yang kalian mau. Kakak yang akan membayarnya" ucap Kinan tersenyum.
"Horee! Ayo kita belanja sepuasnya" ucap Rissa langsung saja tersenyum bahagia.
Melihat kebahagiaan kedua sahabatnya yang telah dia anggap seperti adiknya sendiri Kinan langsung saja tersenyum bahagia. Hanya senyuman dari Rissa dan Zhialah yang menjadi motifasi untuk Kinan agar terus maju.
Walaupun hubungannya dan Rissa tidak sedekat Zhia tapi, Kinan juga menyayangi Rissa sama seperti dia menyayangi Zhia. Bukan hanya tumbuh besar bersama tapi, mereka juga mempunyai kenangan buruk yang mereka jalani bersama. Mereka bertiga selalu saja saling menguatkan satu sama lain sehingga membuat hubungan mereka semakin erat layaknya saudara kandung.
"Aw.." pekik Zhia merasa kram pada perutnya karna terlaku lelah berjalan ke sana ke mari
"Kamu kenapa, Zhi" ucap Kinan dan Rissa langsung saja siap siaga.
"Aku tidak apa apa. Hanya saja perutku sedikit kram. Mungkin karna terlalu lelah berjalan" ucap Zhia sambil memegang perutnya.
"Ayo kita duduk di sana dulu" ucap Kinan langsung saja membawa Zhia kedalam gendongannya lalu mendudukkannya di kursi santai yang di sediakan toko itu.
Rissa langsung saja memberikan air mineral kepada Zhia lalu duduk di samping Zhia dan mencoba memijit betis Zhia. Melihat perhatian kedua sahabatnya itu Zhia langsung saja tersenyum bahagia. Dia mersa sangat bersyukur karna di pertemukan dengan orang sebaik Rissa dan juga Kinan.
Bersambung....
Haii semuanya... Sambil nunggu up jangan lupa mampir di karya temanku ya. Karyanya sangat menarik di jamin kalian akan suka...