Novel ketiga Author septi.sari
Karya asli dengan ide alami!!
Anissa terpaksa menerima perjodohan atas kehendak ayahnya, dengan pria matang bernama Prabu Sakti Darmanta.
Mendapat julukan nona Darmanta sesungguhnya bukan keinginan Anissa, karena pernikahan yang tengah dia jalani hanya sebagai batu loncatan saja.
Anissa sangka, dia diperistri karena Prabu mencintainya. Namun dia salah. Kehadiranya, sesungguhnya hanya dijadikan budak untuk merawat kekasihnya yang saat ini dalam masa pengobatan, akibat Deprsi berat.
Marah, kecewa, kesal seakan bertempur menjadi satu dalam jiwanya. Setelah dia tahu kebenaran dalam pernikahanya.
Prabu sendiri menyimpan rahasia besar atas kekasihnya itu. Seiring berjalanya waktu, Anissa berhasil membongkar kebenaran tentang rumah tangganya yang hampir kandas ditengah jalan.
Namum semuanya sudah terasa mati. Cinta yang dulu tersususn rapi, seolah hancur tanpa dia tahu kapan waktu yang tepat untuk merakitnya kembali.
Akankan Anissa masih bisa bertahan??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 19
Didalam kamarnya, Anissa menjatuhkan diri dikarpet bulu, sambil memeluk lututnya sendiri.
Tatapanya kosong, namun kali ini air matanya berhasil keluar begitu saja. Kecupan hangat yang Prabu berikan pada wanita depresi itu, seakan kini berputar lambat, bagaikan dia tengah melihat suatu adegan film romansa.
Cepat-cepat, Anissa mengusap kasar air matanya. Dia lantas bangkit dan segera berjalan menuju kamar mandi, hanya sekedar untuk membersihkan sisa air matanya.
Setelah selesai, Anissa lantas menuju meja rias untuk sedikit memoles wajahnya agar lebih terlihat segar. Dia juga tidak lupa menyelipkan sekantung kecil wewangian didalam pakaiannya.
Sang nenek selalu mengajarkan kepada Anissa untuk menjadi wanita yang bersih dan juga wangi. Hingga kini, Anissa masih mengikuti teori sang nenek, akan cara tradisional tersebut.
Penampilan yang sederhana, dan tas selempang kecil yang sudah melingkar dibahunya.
Namun sebelum pergi, Anissa berjalan kearah kamar Ailin, untuk memastikan gadis depresi itu masih terlelap.
Ceklek!!
Tap
Tap
Anissa berhenti diujung ranjang Ailin. Dia terdiam, dengan kedua netra melekat kearah tubuh kurus tersebut.
"Mungkin akulah yang menjadi duri yang sebenarnya, dalam hubungan kalian!!" lirih Anissa, memandangi tubuh Ailin yang masih tertidur pulas.
"Mungkin kamu dan Prabu memiliki ikatan batin yang begitu kuat, hingga sama-sama tidak rela untuk dipisahkan," imbuh Anissa kembali.
Sebelum pergi, dia menarik sebelah sudut bibirnya hingga terbentuk senyum culas secara sempurna.
Setelah itu, Anissa langsung melenggang keluar. Karena siang ini dia akan pergi kesuatu tempat.
Baru saja dia akan membuka pintu, tiba-tiba ..
"Nyonya mau kemana??" tanya Mirna saat melihat nyonya mudanya melangkahkan kaki menuju pintu utama.
Anissa dikejutkan suara dari salah satu pelayannya. Dia lantas menoleh, "Tidak ada yang perlu kamu cemaskan, Mirna!! Jika tuanmu bertanya ... Jawab saja, jika saya akan kekota sebentar untuk membeli buku!!" jelas Anissa, seolah dia tahu apa yang sedang dikhawatirkan pelayan mudanya itu.
Mirna mengangguk ragu, tanpa dia bisa mencegah nyonya mudanya begitu saja.
Prabu yang saat ini juga pergi, sejak tadi sudah memberi pesan pada Mirna, agar tidak memperkenankan Anissa pergi tanpa ijin darinya.
"Duh, gawat ini!! Tuan muda bisa-bisa naik darah, kalau tahu istrinya pergi .." gumam Mirna sambil menatap punggung lemah nyonya mudanya.
*
*
*
Mobil hitam, berhenti tepat didepan gerbang mewah menjulang tinggi.
Sebelum turun, Anissa menyerahkan dua lembar uang pecahan seratus ribu kepada sang sopir terlebih dahulu.
Mobil itu sudah berlalu, meninggalkan Anissa berdiri sendiri dengan segala keberaniannya yang terkumpul.
Rumah megah itu seolah sedang menyambut kedatanganya, yang sama sekali tidak diharapkan para penghuni didalamnya.
Huh!!
Anissa mendesah pelan, lalu segera melangkahkan kakinya untuk mendekat kedalam. Dia langsung saja masuk, karena gerbang tersebut telah terbuka separu.
"Loh ... Non Nisa?? Anda dengan siapa datangnya??" sapa pria muda yang dulunya menjadi teman Anissa saat dirumah tersebut.
Anissa tersenyum hangat tanpa beban. "Saya datang sendiri, Danang!! Oh ya, apa ayah didalam??" tanyanya kembali.
Danang mengangguk, "Tuan besar baru saja pulang!! Silahkan masuk, non ..." lanjutnya.
"Ya sudah, saya masuk kedalam ..." pamit Anissa sambil meneruskan jalanya.
Pria muda itu masih menatap tubuh ramping Anissa, hingga semakin kecil dalam pandanganya. Dia begitu tenang, disaat nona mudanya itu terlihat baik-baik saja.
Namun, kali ini ada yang mengganjal dalam pikiran Danang. Pria muda berusia 27 tahun itu dapat menangkap hawa kesedihan yang sudah mendarah dalam jiwa nonanya. Entah apa yang terjadi sebenarnya, Danang hanya bisa mendoakan saja yang terbaik untuk Anissa.
Ceklek!!
Baru saja tangan Anissa terangkat ingin mengetuk pintu besar itu, namun dari dalam suda lebih dulu dibuka oleh ibu tirinya~Marita.
Wanita setengah umur itu berdiri diambang pintu sambil bersedekap dada. Tatapanya lurus, hingga Anissa merasa terintimidasi dibuatnya.
"Mau apa kamu datang lagi~Nissa??!" cetus sang ibu, menampakan wajah tidak suka.
"Aku ingin bertemu ayah!! Tolong biarkan aku masuk. Karena ada hal penting yang ingin aku bicarakan," balas Anissa tak gentar dengan bibir merah mencolok itu.
Anissa langsung saja melanjutkan tujuanya, hingga dia berhasil berhenti lagi karena ucapan ibu tirinya itu.
"Ayahmu disini tidak memiliki apa-apa, Anissa!!" kata bu Marita menggeram, sambil menjatuhkan kedua tanganya secara bersamaan.
Setelah itu, dia segera membalikan badan. Dia menghadang kembali langkah Anissa, karena menurutnya Anissa terlalu angkuh menjadi putri tirinya.
"Jangan angkat dagumu saat kamu berada didepanku!! Karena sampai kapanpun, statusmu berada jauh dibawah telapak kakiku, Walaupun kamu telah dipersunting penerus Darmanta sekalipun!!"
Anissa tak bergeming sedikit pun. Dia masih tersikap tenang menikmati lontaran demi lontaran bisa yang dikeluarkan wanita ular dihadapanya. Jika dulu dia akan selalu diam saat dihina. Kita saatnya dia harus mengangkat harga dirinya setinggi mungkin.
"Kedatanganku tidak untuk berdebat denganmu!! Aku hanya ingin menemui ayahku. Jadi jangan bersikap terlalu akrab kepadaku, karena aku tidak dapat bermain drama sepertimu!!" tandas Anissa menekan penuh kalimatnya.
Setelah itu, dia langsung melenggang masuk kembali, untuk menemui sang ayah.
Bu Marita menggeram, karena kalah telak dengan ucapan tajam Anissa. Tatapanya terhunus kedepan, dengan dada bergemuruh, karena saking kesalnya.
'Dasar wanita sialan!! Aku tidak akan segan-segan membuat perhitungan untuknya ... Tunggu saja' geram batin Marita diiringi desahan kasar. Setelah itu dia juga melenggang masuk.
Tuan Brahma yang sedang membaca koran diruang makan. Sontak saja terhenyak, saat melihat putri sulungnya sudah berdiri disampingnya agak berjarak.
Grekk!!
Anissa masih tenang, walaupun suara deritan kursi itu memekak kasar daun telinganya.
Brahma langsung mendekat, setelah bangkit dari duduknya.
"Anissa ....?! Untuk apa kamu datang kesini?? Kamu datang sendiri, atau dengan suamimu??" tanya tuan Brahma.
"Ayah .... Tolong katakan kepada Anissa, berapa hutang ayah terhadap keluarga Darmanta?? Biar Anissa yang membayarnya, asalkan aku dapat terbebas dari jeratan pernikahan sialan itu!!" jerit Anissa sambil menekan kalimatnya kembali.
Dadanya bergemuruh hebat, saat memberanikan diri untuk mengucapkan kalimat tersebut. Dia sudah tidak tahan dengan kepalsuan yang telah orang-orang terdekatnya ciptakan.
Anissa berhak mengtur hidupnya sendiri. Sudah cukup airmata yang dia tumpahkan sejak kecil hingga sebesar ini.
Mendengar kalimat putrinya, spontan pria tua itu meradang dengan tatapan menghunus kearah Anissa.
"Apa maksud ucapamu, Anissa??" bentak tuan Brahma, "Memangnya kamu punya uang berapa, ha ...?? Berani-beraninya kamu ikut campur urusan ayah .....?!!"
Suara tuan Brahma menggelegar kuat, hingga membuat Anissa meringsut sejenak.
"Dasar anak tidak tahu diri!!" hardik bu Marita yang baru saja datang.
Anissa spontan menolehkan wajahnya, dengan tatapan tak kalah tajam.
"Diam kamu!!" sergah Anissa meninggikan nada suaranya, "Kamu disini hanya orang luar, dalam masalahku dan ayah!! Seharusnya kamu juga tahu diri, untuk tidak ikut campur dalam urusanku!!" timpal Anissa kembali.
Heh!! Sopan santun?? Apa itu sopan santun. Anissa sudah teramat muak dengan hidupnya sendiri. Sehingga dia tidak menanamkan yang namanya sopan santun dalam hidupnya lagi.
"Anissa ....jaga ucapanmu!!" bentak kembali sang ayah, "Biar bagaimanapun, Marita adalah ibumu. Dia yang sudah memberikan kehidupan yang layak untukmu. Dan berkat dia juga, kamu ada dirumah mewah ini!!" lanjut tuan Brahma menuding geram kearah wajah putrinya.
Heh!!
Anissa tersenyum kecut. "Terus saja ayah membelanya!! Jikapun aku berada dirumah ini ... Itu semua untuk menuntut tanggung jawab ayah, yang selama ini sudah meninggalkan aku sejak kecil!!" kata Anissa tanpa rasa takut sama sekali, "Dan satu lagi ... Aku tinggal disini bukan layaknya putri kandung ayah, melainkan sebagai pelayan yang begitu hina dimata kalian berdua!!" teriak Anissa sambil menudingkan jarinya kearah dua orang didepanya.
Wajah yang biasanya ceria itu, kini mendadak berapi-api dengan sorot mata berkobar. Dia sudah tidak takut lagi, jika ada yang mengecapnya sebagai anak durhaka sekalipun.
Lukanya sudah menganga. Sejak kecil sudah berjuang hidup sendiri dengan sang nenek. Ibunya pergi bersama seorang pria sejak dia berumur 3 tahun. Dan bukan disitu saja, saat usianya menginjak 5 tahun, berganti dengan perginya sang ayah, dimana dulu, Brahma pamit pergi ingin merantau.
Kedua mata Anissa spontan memanas, air matanya sejak tadi sudah menggumpal, hingga mengganggu penglihatannya saat ini.
"Sekarang, angkat kakimu dari sini!! Dan jangan pernah lagi kamu injakan kakimu dirumahku!!" teriak bu Marita yang sudah naik darah.
Anissa juga tak kalah menajamkan kedua matanya. Dia menatap ayahnya kembali sambil berkata, "Ayah akan diam saja, melihat putri kandungmu diperlakukan seperti ini?? Dimana sikap wibawa ayah sebagai kepala keluarga ....?? Apa martabat dan harga diri ayah sudah musnah tertutup semua kemewahan ini??" sahut Anissa tanpa peduli tatapan geram dari ibu tirinya.
"Anissa ... Sudah cukup, hentikan!! Lebih baik kamu pulang dulu saja!! Jangan memperkeruh keadaan," timpal sang ayah yang sudah merasa bingung sendiri.
Hah!!
Anissa meraup nafasnya secara kasar, lalu segera pergi dari hadapan orang tuanya, tanpa sepatah kata apapun.
*
*
*
Sore harinya, tepatnya pukul 3.
Prabu berjalan masuk kedalam, setelah dia menyelesaikan pekerjaanya di pabrik.
Drrt
Drrt
Baru saja dia akan menaiki satu anak tangga, tiba-tiba ponselnya didalam saku bergetar kuat.
(Asisten Fahmi)
"Iya, bagaimana Fahmi??" tanya Prabu menghentikan langkahnya.
"Tuan, anda yakin akan mengambil rumah didaerah sini??"
Prabu mengernyit, "Iya!! Memangnya ada apa??" tanya Prabu kembali.
"Oh, tidak begitu tuan ... Hanya saja, disini sudah masuk pedesaan. Dan jauh dari perkotaan. Mungkin akan memakan waktu jika ingin ke kota. Bagaimana?? Apa nyonya tidak keberatan akan hal itu??" ungkap Fahmi menjelaskan.
"Istri saya tidak tahu tentang rumah itu. Dan saya tidak akan mengambil rumah itu sembarangan, tanpa memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu. Lagian, rumah itu masih tahap renovasi." balas Prabu meyakinkan.
Setelah panggilan terputus, Prabu memasukan kembali ponselnya didalam saku.
Prabu masih terdiam sejenak. Pria itu menarik bibirnya keatas, membentuk bulan sabit 'Aku yakin, Anissa pasti akan menyukai rumah itu!! Mas Damar saja mampu membelikan rumah semegah ini untuk Ailin!!'
Puas berkutat dalam pikiranya, dia lalu melanjukan jalanya untuk naik kelantai dua.
✨🦋1 Atap Terbagi 2 Surga ✨🦋
udah update lagi ya dibab 62. nanti sudah bisa dibaca 🤗😍
alasan ibu mertua minta cucu, bkn alasan krn kau saja yg ingin di tiduri suamimu.
tp ya gimana secara suaminya kaya raya sayang banget kan kl di tinggalkan, pdhl mumpung blm jebol perawan lbih baik cerai sekarang. Anisa yg bucin duluan 🤣🤣. lemah
mending ganti kartu atau HP di jual ganti baru trus menghilang. balik nnti kl sdh sukses. itu baru wanita keren. tp kl cm wanita pasrah mau tersiksa dng pernikahan gk sehat bukan wanita keren, tp wanita lemah dan bodoh.
jaman sdh berubah wanita tak bisa di tindas.
yg utang kn bpk nya ngapain mau di nikahkan untuk lunas hutang. mnding #kabur saja dulu# di luar negri hidup lbih enak cari kerja gampang.
karena ini Annisa terkejut, bisa diganti ke rasa sakit seolah sembilu pisau ada di dadanya. maknanya, Annisa merasa tersakiti banget
setahuku, penulisan dialog yang benar itu seperti ini.
"Mas? Aku tak suka dengan panggilanmu itu Terlalu menjijikan untuk didengar, Annisa," ucap Parbu dingin dengan ekspresi seolah diri Annisa ini sebegitu menjijikan di mata Prabu.
Tahu maksudnya?
"BLA BLA BLA,/!/?/." kata/ucap/bantah/seru.
Boleh kasih jawaban kenapa setiap pertanyaan di dialog ada dobel tanda baca. semisal, ?? dan ?!. Bisa jelaskan maksud dan mungkin kamu tahu rumus struktur dialog ini dapet dr mana? referensi nya mungkin.
bisa diganti ke
Langkahnya terhenti tepat di ambang pintu kamar mereka (kamar Prabu yang kini menjadi kamar mereka)
Annisa mulai menyadari sikap dingin Prabu yang mulai terlihat (ia tunjukkan).
BLA BLA BLA, Annisa langsung diboyong ke kediaman Prabu yang berada di kota Malang.
dan kata di kota bukan dikota.
kamu harus tahu penggunaan kata 'di' sebagai penunjuk tempat dan kalimat