Setelah ibu mertuanya meninggal, Zara Hafizah dihadapkan pada kenyataan pahit. Suaminya, yakni Jaka telah menceraikannya secara tiba-tiba dan mengusirnya dari rumah. Zara terpaksa membesarkan anaknya yang masih berusia 6 tahun, seorang diri
kehidupan Zara semakin membaik ketika ia memutuskan hijrah dan bekerja di Ibu Kota.
Atas bantuan teman dekatnya,
Suatu hari, Zara bertemu dengan Sagara Mahendra, CEO perusahaan ternama dan duda dengan satu anak. Sagara sedang mencari sosok istri yang dapat menjaga dan mencintai putrinya seperti ibu kandungnya.
Dua orang yang saling membutuhkan tersebut, membuat kesepakatan untuk menikah secara kontrak.
Sagara membutuhkan seorang istri yang bisa menyayangi Maura putrinya dengan tulus.
Dan Zara membutuhkan suami yang ia harap bisa memberinya kehidupan yang lebih baik bagi dirinya serta Aqila putrinya.
Bagaimanakah perjalanan pernikahan mereka selanjutnya, akan kah benih-benih cinta tumbuh di antara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan yang terpaksa
Senja yang indah dan langit berwarna jingga kemerahan, seolah tersenyum sambil menatap dua manusia yang di selimuti rasa gundah gulana, akibat ajakan menikah yang begitu dadakan. Kini keduanya serasa terjebak dalam badai emosi.
"Anda sedang tidak bercanda kan Tuan?" tanyanya tidak berani menatap kedua pasang mata yang jaraknya begitu dekat dan terus memandangnya seolah ingin mendapatkan jawaban yang di harapkan nya.
"Kau bilang aku bercanda? Mana mungkin aku bercanda dalam situasi seperti ini, Zara!" jawabnya seolah tidak terima dengan perkataan dari Zara.
Zara kembali terdiam sambil tertunduk, sedangkan Sagara masih mencengkram kuat kedua pundaknya.
"Tapi aku telah memiliki suatu rencana!" ujarnya mencoba meyakinkan Zara.
"Apa itu Tuan? Tanyanya sambil mendongak.
di tatap seperti itu, Saga seolah telah kehilangan konsentrasi nya, ia pun tidak kuasa karena saling tatap seperti ini, entah kenapa rasanya ia ingin sekali mengecup bibir ranum milik Zara, sampai-sampai bibirnya bergetar, akan tetapi ia kembali tersadar dan berusaha menepis pikiran kotornya.
'Ayo Saga kau harus fokus dan relaks!" ucapnya dalam hati.
"Baiklah Zara, aku punya rencana untuk menikah kontrak selama satu tahun denganmu, bagaimana apa kau setuju? Kau tidak usah khawatir, di sini kau tidak akan pernah dirugikan, dan aku tidak akan menuntut hakku sebagai seorang suami padamu, kau cukup berperan sebagai ibu sambungnya Maura, karena di dekatmu, Maura merasa bahagia."
Kali ini Sagara mengatakan semuanya berdasarkan dari relung hatinya yang paling dalam.
"T tuan, tapi maaf aku tidak bisa! nikah kontrak sama saja kita mempermainkan pernikahan, dan Allah sangat tidak menyukai hal ini!" balas nya sedikit terbata.
"Ini adalah perintah Zara Hafizah, apa kau masih mau hidupmu aman, hah?" sungutnya sambil menyentak.
Zara pun menjadi kesal di buatnya sehingga ia berusaha untuk menjauh dan terlepas dari cengkraman tangan Sagara di kedua pundaknya.
"Anda berani mengancam saya?"
Sagara malah mengerutkan dahinya."Hey, aku bilang ini adalah perintah, dan aku tidak mengancam mu!" elaknya merasa paling benar.
Zara pun semakin kesal di buat nya. Ia sampai mengepalkan kedua tangannya.
"Anda jangan berpura-pura bodoh, Tuan!" balasnya geram.
Lalu ponsel miliknya tiba-tiba saja berdering, Zara pun buru-buru mengambilnya dari dalam tas kecil miliknya.
Setelah tahu nama yang tertera dari dalam ponselnya Zara cukup terkejut karena Dewi yang telah menelpon dirinya.
"Assalamualaikum Ra!" ucapnya sampai terengah.
"Waalaikumsalam, wi! " jawabnya dengan dahi mengkerut.
"Ra, Lala..mulai terasa sakit lagi di bagian perut bawah, wajahnya juga pucat!"
Mendengar Dewi berkata seperti itu, Zara semakin panik di buatnya. Lalu ia menutup sambungan teleponnya dan bergegas pergi.
"Kau mau kemana Zara, urusan kita belum selesai!" bentaknya kembali sambil meraih tangan Zara lalu menggenggamnya.
"Maafkan saya Tuan, Lala...Lala...hiks!" tiba-tiba saja Zara menangis di depan Sagara, otomatis Saga pun menjadi tidak tega melihat kondisi Zara yang seperti ini, entah ada dorongan apa, ia malah mencoba memeluk Zara, agar dirinya bisa jauh lebih tenang.
Deg..
Baik Zara dan juga Saga, keduanya malah merasakan debaran aneh. Zara pun tersadar apa yang telah terjadi antara dirinya dengan Sagara.
"Kenapa Tuan memelukku?" tanyanya dengan kepala tertunduk dan mencoba menjauhkan tubuhnya.
Namun sayangnya Sagara tidak mau menjawabnya, ia malah pergi meninggalkan Zara, lalu ia pun menoleh." kau mau sampai kapan berdiam diri di sana? Segera kau jemput Lala dan bawa putrimu ke sini, aku akan memerintahkan Pak Tito untuk mengantarkan kamu ke rumah temanmu dan bergegas membawa putrimu kesini!" perintahnya telah menyadarkan Zara, hingga akhirnya Zara bergegas pergi untuk menemui Pak Tito di parkiran Rumah Sakit, beruntungnya jarak rumah sakit menuju rumah Dewi tidak begitu jauh.
Saga pun terus menatap punggung Zara yang kian menjauh dari pandangannya, lalu secara tiba-tiba saja ia malah tersenyum tipis, karena teringat momen yang barusan telah terjadi.
"Dasar bodoh kau Saga, kenapa barusan kau malah memeluk wanita itu, ck?" ungkapnya bermonolog.
Sekitar dua puluh menit, kini Zara tiba di rumah Dewi, dan Aqila pun buru-buru di larikan ke Rumah Sakit terdekat.
Sepanjang jalan, Lala terus saja meringis kesakitan dalam pelukan Zara.
Wajahnya yang pucat serta tubuhnya yang lemah, membuat Zara semakin di selimuti rasa sedihnya. Dia tidak tega melihat Lala, bocah kecil yang harus mengidap penyakit yang mematikan, sungguh bagi Zara, semua kejadian ini tidaklah adil.
Setibanya di Rumah Sakit, Lala langsung di larikan ke Ruangan IGD untuk segera di tindak oleh Dokter. Sedangkan Sagara malah merasa cemas akan kondisi Lala dan juga Zara. Dirinya yang saat ini berada di dalam kamar putrinya seraya ingin pergi menemui Zara.
"Pah, Papah kenapa? Kok terlihat cemas? Oh iya Pah, Bunda Zara mana?" tanya Maura sambil celingak-celinguk mencari keberadaan Zara.
"Zara...Zara pulang ke rumahnya Nak!"
"Loh, kok pulang?" cetusnya dengan wajah di tekuk.
Sagara hanya bisa menghela nafasnya, saat putrinya berkata seperti itu.
"Maura, saat ini kondisi Lala juga sedang sakit dan tadi Papah memerintahkan Zara untuk segera membawanya ke rumah sakit ini!"jawabnya telah membuat Maura tercengang.
"Apa, Lala sakit lagi? Pah aku ingin bertemu dengan Lala, please!" rengek nya sambil memohon.
Saga pun mengusap lembut kepala putrinya, ia tidak menyangka jika Maura begitu dekat dengan Lala.
"Nanti ya Nak, setelah kondisimu mendingan, kamu pasti akan bertemu dengan Lala!"
Maura pun mengangguk.
Kemudian ada yang mengetuk pintu kamar, Saga pun buru-buru membuka nya, rupanya yang telah datang adalah Jhon.
"Selamat sore Tuan, bagaimana kondisi Nona Maura?" tanyanya sambil membungkuk.
"Pah, mending sekarang Papah pergi temui Bunda Zara, itu yang datang Pak Jhon kan?"
Sagara pun menoleh ke arah putrinya."Iya Maura, kau serius dengan ucapanmu barusan?"
"Serius Pah, sudah gih sana temani Bunda!"
"Betul sekali Tuan, biar saya yang menjaga non Maura di sini!" sahut Jhon ikut menimpali.
Akhirnya Saga bergegas pergi untuk menemui Zara, ia pun sudah tahu dengan pasti jika Lala di larikan ke ruang IGD.
Sedangkan Jhon, malah mengacungkan kedua jempolnya ke arah Maura dan Maura pun membalasnya dengan memberikannya dua jempol mungilnya sebagai tanda rasa terima kasih, karena Jhon berada di pihaknya, yakni agar Papahnya bisa dekat dengan Bunda Zara.
Setibanya di ruang IGD, Saga mendapati Zara sedang mondar mandir di depan pintu masuk IGD.
"Kau ngapain mondar-mandir gak jelas kaya gitu Zara?" tanyanya dengan dahi mengkerut.
Zara pun tidak kuasa untuk tidak menahan air matanya di depan Sagara.
"Maafkan Saya Tuan, saya barusan telah bertemu dengan Dokter yang menangani Aqila."
"Terus bagaimana kondisi putrimu sekarang?"
"Hiks...hiks!" Zara malah menangis.
Kemudian Sagara mendekat, lalu kembali bertanya sambil membungkuk, agar bisa sejajar, di tatapnya wajah seorang wanita yang selalu menggetarkan hati nya saat ini.
"Katakanlah Zara, aku ingin tahu kondisi putrimu?" tanyanya berbicara lembut.
"Putriku harus segera melakukan operasi transplantasi ginjal secepatnya dan kalau sampai bulan depan tidak segera di tindak dan tidak melakukan operasi transplantasi, maka nyawa putriku tidak akan tertolong!" ucapnya dengan bibir yang gemetar.
"Kamu yang sabar Zara!"
"Aku tidak bisa sabar, Tuan! Putriku sedang sekarat!" balasnya sambil menangis.
Hingga pada akhirnya tanpa berpikir panjang, Zara pun melakukan hal nekat demi keselamatan Aqila.
"Tuan, apakah lamaran Tuan masih berlaku?" tanyanya sambil menatap serius Sagara.
Mendengar Zara bertanya seperti itu, Saga pun senang bukan kepayang.
"Off course Zara, tawaranku belum lewat dari 24 jam, jadi masih berlaku!" ucapnya tersenyum senang.
Zara pun mulai mengatur nafasnya agar bisa jauh lebih tenang.
"Jika seandainya Saya menerimanya, apakah Tuan bisa membantu biaya operasi putriku? Jujur saja jika saya tidak memiliki uang sebanyak itu untuk biaya pengobatan Aqila, maafkan saya Tuan, saya terpaksa melakukan hal ini demi keselamatan putriku, karena Lala adalah satu-satunya harta yang aku punya di dunia ini!" tegasnya, kali ini Zara tidak peduli jika harus menjatuhkan harga dirinya, demi kesembuhan Lala, apapun akan ia lakukan.
Lalu Saga pun kembali mencengkram kuat kedua pundak Zara.
"Jadi intinya kita menikah demi kebahagiaan Maura dan juga Aqila, meskipun di antara kita tidak di landasi dengan rasa Cinta, maka dari itu kita akan mencoba menikah secara kontrak selama satu tahun, bagaimana Zara kau benar-benar sanggup? dan kau tenang saja, karena tugasmu hanyalah memberikan kebahagiaan untuk Maura, putriku! Seluruh biaya kehidupanmu dan juga putrimu akan aku tanggung, dan kau tidak usah memikirkan biaya pengobatan untuk putri mu." ucapnya meyakinkan Zara.
"Baiklah Tuan, saya percaya dengan anda, hanya satu tahun kan?" tanyanya kembali untuk memastikan.
"Iya Zara, namun perjanjian nikah kontrak kita akan batal jika kita saling mencintai!"
Dheg
Zara langsung diam seketika saat Tuan Sagara berucap seperti itu.
'Cinta? Aku sudah tidak percaya dengan hal itu, mencintai itu rasanya begitu sakit, dan aku tidak ingin merasakannya lagi, sudah cukup aku kecewa dengan pernikahanku yang dulu!' batinnya di selimuti rasa trauma akan kisah masalalunya.
Bersambung...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
sabar saga tunggu halal 😁