FIKSI karya author Soi. Hanya di Noveltoon.
Novel perdana author.
Berawal dari gadis biasa yang menghadapi diskriminasi dan hinaan orang banyak di sekitarnya, Clara membuktikan kemampuannya dengan bekerja sebagai ahli keuangan yang mengesankan bagi seorang bos konglomerat. Di satu sisi, Clara menjadi salah seorang kepercayaan bagi atasannya. Namun, di sisi lain ia menyadari bahwa pekerjaannya berkaitan dengan hal-hal berbahaya yang tidak manusiawi. Pertemuan kembali dengan Kent, sahabat pada masa remajanya, memberikan Clara keberanian untuk menguak kejahatan orang-orang kelas atas yang berkaitan dengan berbagai kasus misterius. Akankah Kent tergerak untuk menolong Clara seperti sedia kala?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon soisoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Delapan
Dunia orang kaya dan dunia orang miskin amat ironis dan bertolak belakang. Benarkah orang yang bertambah miskin itu dikarenakan oleh kurangnya pendidikan atau sifat yang kurang bijaksana? Lalu, benarkah orang yang bertambah kaya seiring waktu itu layak menjadi bos besar yang dihormati karena kecerdasan dan keuletannya?
Yang jelas, dalam dunia perekonomian yang luas tidak ada yang namanya orang suci. Sifat seseorang saat berhadapan dengan masalah keuangan terlalu beragam. Itu karena uang memiliki nilai khusus bagi pemiliknya, serta tak jarang dijadikan sarana untuk mengeksploitasi dan membelenggu pihak tertentu; entah itu lawan atau hanya orang di bawah kontrol pihak yang lebih kuat dan berkuasa.
Dalam ruang kantor Presdir Linardi terdapat banyak simbol angka delapan yang dikenal secara umum sebagai nomor keberuntungan. Nomor 8 memang angka favoritnya. Selain itu, angka delapan menyerupai bentuk naga yang melambangkan kekuasaan dan keberuntungan, walau naga tentunya tergolong sebagai makhluk fiktif dalam budaya tradisional Tiongkok, hingga menyebar ke negara tetangga seperti Jepang dan Korea.
Otak bisnis Presdir Linardi benar-benar menginspirasi orang banyak karena inovasi dan ambisinya untuk menjadi pengusaha sukses. Bagaimana bisa orang seperti Clara dibandingkan dengan orang sehebat Presdir itu?
Clara hanya berharap Presdir Linardi tidak berubah pikiran setelah mengangkatnya sebagai asisten pribadi yang bertugas sebagai kurir untuk saat ini. Tanpa berharap banyak, tiba-tiba Clara dipanggil untuk ke-sekian kalinya menuju ruangan Presdir.
"Permisi, Pak Linardi," ucap Clara dengan sopan, seketika memasuki ruangan Presdir.
"Ya, duduklah di sana," kata pria paruh baya itu secara singkat.
Tanpa menunggu kesiapan Clara, sang Presdir duduk di sofa tepat berhadapan dengan Clara.
Saking gesitnya gerakan orang yang kira-kira usianya dua kali lebih tua dari Clara itu, tanpa sadar gerakan dan daya tangkap Clara pun bertambah cepat.
"Clara. Mulai hari ini saya mau kamu mempelajari beberapa hal mendasar dalam naungan L-Group, sebelum saya menyerahkan tugas-tugas penting kepadamu."
Mendengar arahan Presdir Linardi, otomatis Clara memperhatikan dengan seksama dan hanya bisa menurut.
"Baik, Pak," respon gadis itu siap.
"Pertama, kamu harus mengenali dan mempelajari setiap bentuk layanan perusahaan saya. Kedua, kamu harus bersedia bekerja lembur bila saya suruh. Untuk ini, tentunya saya akan menambahkan pendapatanmu secara pribadi. Perihal peran atau jabatanmu, saya akan mengulasnya secara berulang kali denganmu, karena saya memerlukan orang yang teliti dan tidak banyak mengeluh sepertimu. Saya rasa itu kelebihanmu," tutur Presdir Linardi.
Clara sedikit senang mendengar dirinya dipuji oleh orang yang dihormatinya seperti itu. Kini, Presdir Linardi telah menjadi tokoh panutannya dalam bekerja.
"Baik, Pak."
Jawaban Clara tidak bertele-tele, sehingga pembahasan itu berakhir dengan cepat, lalu dia dipersilahkan meninggalkan ruangan Presdir.
Tentunya, Clara merasa bersemangat. Dalam benaknya, dia membayangkan bisa menjadi sepintar dan sesukses Presdir Linardi suatu hari di masa depan, walau masih sangat jauh. Kini, usia 30 tahun tidak lagi membuatnya takut atau hilang harapan.
"Delapan, ya?" gumamnya seorang diri, saat dirinya sudah selesai bekerja dan pulang ke rumah.
Clara pandai mengatur unit apartemen kecilnya dengan rapi dan nyaman ditinggali. Hal ini sudah dilakukannya selama kurang lebih 7 tahun, namun Clara baru saja menyadari kelebihannya sendiri setelah bekerja di L-Group. Inikah yang disebut dengan pertumbuhan dan rasa percaya diri seorang wanita karir?
Berlawanan dengan Kent, hidup Clara saat ini terasa semakin normal, seolah dirinya lebih diterima oleh orang lain di sekitarnya.
Mobil truk angkutan yang ditumpangi Kent saat ini berada di luar halaman rumah seseorang. Pemuda itu dengan cekatan melompat turun dari bagian belakang truk, kemudian berjalan membawa barangnya yang hanya 1 tas ransel hitam dan satu tas jinjing berwarna biru tua.
"Permisi," ucapnya, sambil mengetuk pintu rumah tanpa pagar yang terletak pada kawasan sepi penghuni di luar kota Jakarta.
"Ya?" jawab seseorang dari dalam rumah.
Pintu terbuka, lalu seorang pemuda muncul dan memberi salam kepada Kent.
"Apakah Anda putra Pak Burhan? Saya--"
"Benar. Silahkan masuk, Tuan," kata pemuda itu dengan cepat, sebelum Kent menyelesaikan ucapannya.
"Tuan? Anda dapat memanggil saya Kent," ujar Kent, sedikit canggung.
"Tidak, tidak. Saya memang harus memanggil Anda Tuan atau Tuan Muda. Itu karena Anda adalah putra dari seseorang yang telah berjasa besar bagi keluarga saya," jelas pria itu.
Kent menjadi bingung dan penasaran akan reaksi pemuda yang mau membantunya ini.
"Siapa yang Anda maksud dengan orang berjasa besar?" tanyanya langsung.
"Bapak Sean Wahyudi."
Mendengar jawaban yang tak terduga tersebut, Kent terdiam untuk berpikir singkat.
"Yang saya tahu, ayah kandung saya.. Memang Sean Wahyudi yang banyak membantu orang lain. Namun, itu sudah lebih dari 10 tahun lalu. Bagaimana mungkin saya dapat membalas kebaikan Anda jika saya tidak memiliki apapun seperti sedia kala?" kata Kent terus terang.
"Tuan Muda. Maksud saya, Tuan Wahyudi, Anda tidak perlu mengkhawatirkan hal seperti ini. Semenjak awal saya, ayah saya, beserta seluruh keluarga kami memang berencana untuk memberikan bantuan maksimal kepada Anda. Berkat bantuan Bapak Sean Wahyudi 18 tahun lalu, keluarga kami tidak jadi ditindak pidana atas tuduhan palsu dan dibuat sengsara sampai mati oleh organisasi mafia Rosario yang telah merajalela selama bertahun-tahun. Saya tahu benar siapa Anda sebenarnya. Anda adalah Kent Wahyudi, putra tunggal almarhum Bapak Sean Wahyudi yang sukses, berbudi baik, dan kami hormati."
Semua ucapan putra Pak Burhan ini terdengar masuk akal dan tulus. Namun, Kent sudah lama melupakan relasinya dengan orang lain sebelum dirinya terlibat dalam organisasi mafia barbar semacam Rosario.
"Siapa namamu?" tanya Kent kepada pemuda yang nampak sepantaran dengannya itu.
"Nama saya Adi Sucipto, putra dari mantan Kapten Burhan Sucipto. Saat ini saya menjabat sebagai Sersan Satu Angkatan Darat."
Jawaban pemuda bernama Adi ini memang sigap bak tentara RI. Melihat kenyataan bahwa mendiang ayah kandungnya dapat membina hubungan baik dengan berbagai kalangan membuat Kent merasa bersyukur, sekaligus merindukan kedua orang tuanya.
"Baiklah. Saya berterima kasih untuk kebaikan keluarga Sucipto hingga saat ini. Namun, saya bukan kemari karena ingin melarikan diri dari Rosario. Tujuan saya sebenarnya adalah membalas dendam."
Perkataan Kent membuat situasi kedua pemuda ini berbalik. Adi menatap lurus ke arah Kent sebelum mulai bertanya.
"Apakah Anda serius?" tanyanya.
"Benar. Aku serius. Sepertinya kita seumuran. Bagaimana jika kita saling memanggil dengan nama depan saja? Tidak perlu mendapatkan izin dariku, karena aku memang ingin kita cepat akrab," jelas Kent tanpa berbasa-basi, sembari mengulurkan tangan untuk bersalaman.
Ekspresi bengong Adi dengan cepat berubah ceria, seolah tengah bertemu dengan teman lamanya.
"Baik!" kata Adi, dengan sikap hormat dan senang menerima uluran tangan dari Kent.
"Mulai sekarang, kita akan bekerja sama tanpa mencampuri urusan pribadi masing-masing. Ini demi keamanan kita sendiri. Kujamin kau takkan bosan, Adi," tambah Kent.
"Baik.. Kent. Aku bersedia," balas Adi mantap.
Keduanya nampak sepakat dan tidak ragu, walau entah bagaimana mereka harus memulai misi, serta kepada siapa mereka harus mengacungkan senjata karena kejahatan yang tak tertandingi dalam sejarah.
- Bersambung -
kutunggu up next nyaaa
semangatt thor SOI 🔥💜