"Thank you for patiently putting up with my moods, and being mature as you remind me to be the same. I know that I'm not easy to understand, and as complex as they come. I act childishly and immaturely when I don't get what I want, and it get unbearable. Yet, you choose to gently and patiently chastise me and correct me. And even when I fight you and get mad at you, you take it with no offense, both gradually and maturely."
~Celia
Pertemuan Celia dan Elvan awalnya hanya kebetulan, tapi lambat laun semakin dekat dan menyukai satu sama lain. Disaat keduanya sepakat untuk menjalin hubungan. Tiba-tiba keduanya dihadapkan dengan perjodohan yang telah diatur oleh keluarga mereka masing-masing.
Kira-kira bagaimana akhir kisah mereka? Apakah mereka akan berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yanahn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Tidak dapat dipercaya
... “I think falling in love is always a surprise, right?” ~ Elvan...
Elvan geram. Matanya beralih menatap Celia dari kaca spion, Celia juga terlihat kesal. Melihat itu, Elvan langsung melajukan motornya dengan kecepatan maksimal.
"Pegangan!" teriak Elvan.
Celia langsung memeluk erat pinggang Elvan. Elvan sempat tersenyum melirik kedua tangan yang melingkar di pinggangnya, lalu melajukan motor sport nya, membelah jalan raya dan mengejar kedua pengendara sepeda motor yang menggoda Celia.
"Itu mereka," teriak Celia. Jari telunjuknya mengarah pada kedua pengendara sepeda motor yang ada di depannya.
Elvan menyalip dan menghentikan laju motornya didepan mereka. Celia langsung turun dari motor, Elvan tidak beranjak dari motor, ia hanya duduk sambil memperhatikan Celia.
"Mau kemana cantik? Mau ikut Abang ya?" goda si pengendara motor saat Celia sudah berdiri didepan mereka.
"Bangsat! Kalian pikir aku wanita murahan!" Celia memaki dan menampar pipi mereka, lalu menendang kedua sepeda motor yang mereka tumpangi, seketika mereka langsung kehilangan keseimbangan. Keduanya mengumpat dan hendak mengejar Celia. Sebelum mereka sempat mengejar, Celia langsung berlari ke arah Elvan dan naik ke atas sepeda motor. Tanpa di komando, Elvan langsung melajukan sepeda motornya, Celia tersenyum puas.
Motor sport Elvan berhenti di sebuah tanah lapang dengan rerumputan hijau, Elvan memarkirkan motornya. Celia langsung turun dan berlari kesana-kemari, layaknya anak kecil. Elvan tersenyum sambil mengikutinya dari belakang.
Celia berjalan santai, mengelilingi hamparan rumput luas nan hijau. Celia benar-benar menyukai tempat ini. Udara yang sejuk ditambah pemandangan hijau yang menyegarkan mata. Celia sesekali menoleh kearah Elvan, dia tidak menyangka jika Elvan akan membawanya ketempat seperti ini.
Disaat Celia sedang mencuri pandangan kearah Elvan, Elvan juga menoleh kearahnya. Keduanya saling menatap satu sama lain, lalu tiba-tiba Elvan tertawa.
Celia tertegun, dan merasa jika wajah Elvan memiliki rasa yang tak terlukiskan ketika tersenyum. Dia penasaran dan bertanya kepada Elvan, "Apa yang kamu tertawakan?"
Elvan menggelengkan kepalanya, dan berkata, "Tidak ada, maaf nona, jangan tersinggung."
"Jangan panggil aku nona, panggil aku Celia," ujar Celia.
Senyuman di wajah Elvan memudar, dan berganti dengan wajah serius. "Celia, nama yang unik," ujar Elvan.
Celia tidak merespon perkataan Elvan. Dia justru memperhatikan Elvan yang berdiri di sampingnya, dengan kedua tangan dimasukkan kedalam saku, dia terlihat sangat santai.
"Celia, berapa umurmu?" pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari mulut Elvan.
"Aku dua puluh enam tahun, kenapa memangnya?"
Elvan menatap Celia, memindai penampilan Celia dari atas kepala sampai ujung kaki.
"Kamu terlihat sangat muda, aku pikir kamu baru berusia dua puluh dua atau dua puluh tiga tahun."
Celia tersenyum, tidak peduli berapa usiamu, jika ada orang yang mengatakan jika kamu terlihat lebih muda dari usiamu, akan membuat semua wanita merasa tersanjung.
"Kamu sendiri, berapa umurmu?" Celia balik bertanya.
"Aku tiga puluh tahun," jawab Elvan singkat.
Celia mengangguk, dan melihat ke sekeliling.
"Makasih ya, udah bawa aku kesini. Aku menyukai tempat ini," ucap Celia.
Elvan menjawab dengan anggukan kepala.
"Oh iya, tolong fotoin dong," ujar Celia. Celia menatap Elvan, lalu memberikan ponselnya kepada Elvan.
Elvan mengangguk, dia tidak menolak permintaan Celia. Karena selain sebagai DJ, Elvan juga memiliki hobby mengambil gambar. Elvan sudah siap dengan posisi memotret dan mulai mengarahkan Celia.
"Sebentar-sebentar, jangan di foto dulu," Celia menghentikan aktivitas Elvan dan melepas blazer yang menutupi dress-nya.
"Okay, I'm ready," ucap Celia, lalu berpose di depan Elvan.
Elvan mulai mengambil gambar sambil menelan ludahnya. Setelah beberapa jepretan, Celia menghampiri Elvan.
"Gantian sini, aku yang fotoin kamu," ucap Celia. Celia mengambil alih ponselnya dari tangan Elvan.
Elvan menggeleng.
"Ayolah aku fotoin, sayang kalau nggak foto, disana view-nya cantik," ujar Celia sambil menunjuk ke sebelah kiri.
Elvan tidak dapat menolak, ia mengikuti arahan Celia.
"Relax ya, jangan kaku gitu, senyum dikit," ujar Celia. Dia memberi arahan sambil menahan senyumnya.
Celia tersenyum sambil menatap foto Elvan. Elvan menghampiri Celia, lalu mengambil ponsel di tangannya, dan mengetik sesuatu.
"Kirim fotonya ke nomor ini," ucap Elvan sambil menyerahkan ponsel ke tangan Celia.
"Oke," Celia mengangguk.
"Kirim foto kamu juga," ucap Elvan.
"Huh? Buat apa? Ngefans sama aku ya? Ciye... Ciye..." Celia menggoda Elvan.
"Buat nakutin tikus," jawab Elvan.
Celia mencebik, Elvan terkekeh.
"Duduk sini, aku mau ngomong sama kamu," ucap Elvan sambil duduk di padang rumput.
"Ngomong apa?" tanya Celia. Celia duduk di samping Elvan.
"Mau jadi pacar aku nggak?" Elvan berkata sambil menatap Celia.
"Huh?" Celia membolakan matanya.
"Atau mau jadi istri aku?" tanya Elvan lagi sambil menatap lekat wajah Celia.
Celia menggelengkan kepalanya, lalu berkata, "Jangan bercanda, aku bisa baper, lagi pula kita baru kenal kemarin, jadi nope."
"Aku tahu. But nothing impossible, right?" ujar Elvan sambil menatap Celia.
"Tapi ini nggak masuk akal," jelas Celia. "Kenapa tiba-tiba ingin aku jadi pacarmu?" tanya Celia. Celia ingin mendengar penjelasan dari Elvan.
"Setahun terakhir ini, aku tidak pernah merasa tertarik dengan lawan jenis, tidak ingin menjalin hubungan, berfantasi tentang seks juga tidak pernah, tapi setelah bertemu denganmu..."
"Kenapa?" tanya Celia. Celia semakin penasaran.
"Aku langsung menyukaimu, dan adikku juga tiba-tiba bereaksi," jawab Elvan. Elvan menunjuk bagian inti dari tubuhnya.
"Unbelievable," Celia terkejut dan menutup mulutnya, ia tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.
"Hanya itu alasannya?" Celia bertanya lagi. Dia masih penasaran.
Elvan diam, dia mengalihkan pandangannya.
"Aku tidak ingin memiliki hubungan atau menikah tanpa di dasari atas rasa cinta, jadi NO," ujar Celia. Celia berdiri dan beranjak dari tempat duduknya.
"Mau kemana?" tanya Elvan.
"Aku mau pulang," jawab Celia sambil berjalan meninggalkan Elvan.
Elvan berdiri dan berjalan mengejar Celia.
"Aku mau pulang sendiri" ujar Celia, saat Elvan mengejarnya.
"Naik!" perintah Elvan.
Celia menggeleng, ia terus berjalan, bahkan semakin mempercepat langkahnya.
Elvan mengejarnya, menghentikan laju motor di samping Celia, lalu turun dan langsung menggendong Celia ala bridal style.
"Turunin... Aku bilang turunin!" Celia berteriak dan memberontak.
Elvan tidak menghiraukan teriakan Celia, ia naik ke atas motor dengan posisi Celia duduk di depan, lalu melajukan motornya. Celia benar-benar kesal, ia menatap Elvan dengan wajah dongkol.
Elvan mengantar Celia sampai di homestay, setelah itu langsung pulang.
Sesampainya di halaman rumah,
"Jess..." Elvan terpaku saat melihat sosok yang berdiri didepan rumahnya.
...Jessie Olivia Wijaya, 28tahun....
"Hi sayang," sapa Jessie.
"Ngapain kamu disini?" tanya Elvan sambil melihat ke sekeliling.
"Kangen kamu lah, ngapain lagi," jawab Jessie. Jessie memeluk dan mencium kedua pipi Elvan.
Elvan mendorong Jessie menjauh.
"Kamu kenapa sih?" protes Jessie yang tidak suka dengan sikap Elvan.
"Aku serius, ngapain kamu kesini?" Elvan bertanya lagi.
Sebelum Jessie menjawab, tiba-tiba Bu Widya membuka pintu.
"Bu Widya masih disini?" tanya Elvan sambil menoleh ke arah Bu Widya.
"Iya, ini baru mau pulang, loh Celia mana? Bukannya tadi kamu pergi sama dia?"
"Celia sudah pulang," jawab Elvan.
"Oh, yaudah kalau gitu Ibu pamit ya, itu tamunya di ajak masuk, masa ngobrol diluar," ucap Bu Widya sambil beranjak dari rumah Elvan.
"Siapa Celia?" Jessie bertanya pada Elvan.
semangat yaaa kak nulisnya ✨
Mampir juga di karya aku “two times one love”