"Karena kamu yang menggagalkan acara pernikahan ini, maka kamu harus bertanggung jawab!" ucap pria sepuh didepannya.
"Bertanggung jawab!"
"Kamu harus menggantikan mempelai wanitanya!"
"APA?"
****
Bagaimana jadinya kalau seorang siswi yang terkenal akan kenalan dan kebar-barannya menjadi istri seorang guru agama di sekolah?!?
Yah dia adalah Liora Putri Mega. Siswi SMA Taruna Bangsa, yang terkenal dengan sikap bar-barnya, dan suka tawuran. Anaknya sih cantik & manis, sayangnya karena selalu dimanja dan disayang-sayang kedua orang tuanya, membuat Liora menjadi gadis yang super aktif. Bahkan kegiatan membolos pun sangatlah aktif.
Kalau ditanya alasan kenapa dia sering bolos. Jawabnya cuma satu. Dia bolos karena kesetiakawanannya pada teman-teman yang juga pada bolos. Guru BK pusing. Orang tua juga ikut pusing.
Ditambah sikapnya yang seenak jidatnya, menggagalkan pernikahan orang lain. Membuat dia harus bertanggung jawab menggantikan posisi mempelai wanita.
Gimana ceritanya?!!?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 : Jatuh Cinta
"Bukannya dia wanita yang ada di butik?" gumam Liora dalam hati.
"Wah, cantik juga ya guru baru kita!" celetuk Aldo.
"Jadi dia guru barunya?" kaget Liora.
"Iya, Li. Baru tau Lo....!" sambung Dora.
"Alah, cantik kan Nadia.....!" timpal Tito membayangkan wajah Nadia yang imut-imut kayak marmut.
Liora dan teman-temannya berdecak mendengar ucapan Tito.
Tito itu sedang jatuh cinta, makanya yang ada di otaknya hanya Nadia, Nadia, Nadia, dan Nadia.
"Guru apa dia?" tanya Liora.
"Katanya sih guru bahasa Indonesia. Namanya Bu Naila." Jawab Sinta.
Kenapa tiba-tiba tuh cewek jadi guru di sini? Kenapa nggak disekolah lain?
"Kenapa, Li?" tanya Dora.
"Nggak apa-apa!" jawab Liora tersenyum tipis.
*****
"Udah pesen?"
"Udah."
Liora, Tito, Dora, Sinta, dan Aldo duduk rapi di satu meja menunggu pesanan mereka datang untuk mengisi perut mereka yang keroncongan.
"Sssssssstttttttt, Li, Pak Agam!"
Liora langsung melirik ke arah yang ditunjukkan oleh Tito setelah pria itu menyenggol bahunya.
Mata Liora menyipit melihat eksistensi seorang Agam duduk berhadapan dengan guru perempuan. Meski di samping ada guru-guru lain, tapi jarak Agam dan guru perempuan itu yang membuat Liora tak nyaman menatapnya.
Liora mengernyit setelah sadar yang duduk berhadapan dengan suaminya adalah guru baru yang bernama Nayla. Bibirnya membulat kaget, tak terima.
Liora beranjak dari tempat duduknya hendak nyamperin sang suami, tapi dengan cepat Tito menahan lengan sahabatnya itu.
"Mau ngapain?" tanya Tito.
"Gue mau labrak tuh cewek.....!" ketus Liora, entah kenapa dia tidak suka melihat pemandangan itu, meski suami dan perempuan itu tidak duduk berdua, ada dua guru lain di sana, tetap saja hati Liora panas.
"Lo mau satu sekolah tahu kalau Lo dah ......!" Liora yang sadar akan tindakannya, dia langsung membekap mulut Tito. Ia pun duduk kembali ke tempat duduknya dengan perasaan dongkol.
Mata Liora terpaku, lurus ke depan menatap suaminya yang sedang mengobrol hangat dengan para guru di sana. Sesekali mereka tertawa, dan sayup-sayup Liora mendengar kalau para guru sedang menjodoh-jodohkan Agam dengan guru baru itu. Tentu saja membuat Liora merasa terjebak dalam labirin kecemburuan.
"Nggak bisa gue biarin!" gumam Liora dalam hati.
Tiba-tiba saja gadis itu menggebrak meja dengan kuat, membuat semua orang di kantin terjengit kaget, dan menatap ke arah Liora. Termasuk Agam dan para guru yang sedang menikmati makan siang juga ikut menatap Liora.
Liora memberikan tatapan maut pada suaminya. Jelaskan semuanya dirumah. Kalimat itu yang seolah disampaikan Liora lewat tatapan tajamnya ke arah Agam.
Lalu gadis itu pun pergi meninggalkan makanan yang sama sekali belum disentuh tanpa memperdulikan teman-temannya yang kebingungan dengan sikap Liora itu.
"Ada apa sih?"
"Liora kenapa?"
"Ada apa dengannya?"
Kira-kira begitulah kebingungan teman-teman Liora akan sikap gadis itu yang tiba-tiba sensian.
"Gue susul Liora dulu.....!" Tito beranjak dari tempat duduknya, "Do, punya gue habisin ya. Sayang nih masih banyak....!" kata Tito pada Aldo.
"Asyik.....!"masalah makanan memang anak satu itu paling garcep.
"Sekalian bayar ya, Do....!" seru Tito seraya melangkah pergi meninggalkan meja.
"Ah, asem.....! Gue pikir dah dibayar makanya gue seneng disuruh ngabisin. Tau-taunya gue juga yang harus bayar....!"
Mendengar gerutuan Aldo, Sinta dan Dora pun terkekeh geli. Masalah traktir mentraktir, dia itu paling seneng. Apalagi kalau dapat makanan gratis.
Makanya tubuh Aldo tumbuh subur tanpa perlu di pupuk. Gendut dan gemoy.
"Li, elo nggak apa-apa?" tanya Tito pada sahabatnya yang nampak kesal.
"Gue kayaknya butuh pelampiasan, To!" jawab Liora tanpa dosa.
"Maksudnya?" Tito mengernyitkan alis.
"Gue lagi pengen gebukin orang. Sini To, gue gebukin elu aja sebagai pelampiasan.....!"
"Idih, buset. Sadis banget Lo, Li.....!"
"Abisnya gue kesel....! Apaan tuh guru-guru? Kenapa coba mereka jodoh-jodohin suami gue sama guru baru itu? Mereka nggak tau apa, Pak Agam tuh udah punya istri. Gue istrinya.....!" kesal Liora, menyampaikan unek-uneknya.
"Ya kan memang mereka nggak tahu. Kecuali kalau lo dan Pak Agam mengumumkan pernikahan lo. Baru mereka tau kalo pak Agam sudah ada pemiliknya.....!"
"Kesel dan benci gue sama Pak Agam.....!"
"Benci dan kesel itu tanda cinta.....! Jangan-jangan elo udah ada rasa sama Pak Agam.....!" tebak Tito.
"Nggak mungkin....!" kilah Liora.
Dia merasa tidak pernah mencintai suaminya. Malah justru bawaannya kesel dan jengkel. Apalagi saat ini suaminya sedang dijodoh-jodohin sama guru-guru, semakin bencilah hati Liora pada Pak Agam, suaminya.
"Nggak mungkin gue udah ada rasa sama tuh orang. Elo kan tahu dari dulu gue nggak suka sama guru agama yang galak itu. Gue benci dia.....!"
"Cinta dan benci itu beda tipis lho, Li.....! Jangan terlalu membenci orang, bisa-bisa lo bucin alias jadi budak cintanya pak Agam....!"
"Nggak mungkin. Nehi. Nggak mau. Nggak Sudi!"
"Buktinya Pak Agam deket sama cewek aja lo cemburu. Kalau bukan karena ada rasa, nggak mungkin elo semarah ini. Itu namanya cemburu, Dodol.....! Lo dah jatuh cinta sama suami lo sendiri tanpa lo sadari....!"
Liora menatap sahabatnya intens. Lalu memegang bahu Tito kuat.
"Emang jatuh cinta itu apa....? Dan seperti apa?"
"Jatuh cinta adalah perasaan emosional yang kuat dan kompleks yang melibatkan aspek fisik, emosional, dan psikologis, LIORA! Elo pasti punya itu semua....! Coba lo rasakan sendiri....!"
"Elo pasti merasa bahagia dan euforia yang tak terhingga saat berdekatan dengannya. Elo juga memiliki keterikatan yang kuat dan ingin selalu bersama. Lalu, merasa aman dan nyaman saat bersamanya. Dan memiliki keinginan untuk memahami dan mendukung. Serta perasaan possessif dan protektif seperti elo sekarang ini! Itu yang namanya jatuh cinta....!"
"Elo juga ngalamin enggak, tiba-tiba jantung elo berdetak dengan cepat saat berdekatan dengannya?"
Liora akui, memang benar apa yang dikatakan sahabatnya itu. Saat berdekatan dengan Agam, tiba-tiba jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Lalu keringat dingin muncul, gugup dan gemetar. Apa yang dikatakan Tito benar-benar dia alami sendiri.
"Jika kamu jatuh cinta, kamu akan merasa cemburu, emosional, dan gampang marah. Itu sangat wajar, Li. Gue juga merasakan itu semua saat pertama kali gue jatuh cinta sama Nadia.....!"
"Oh, nggak mungkin. Itu nggak mungkin, Tito. Nggak mungkin gue jatuh cinta. Dan nggak boleh.....!"
"Loh kenapa? Nggak ada salahnya elo jatuh cinta sama suami sendiri. Bahkan elo sangat halal buat cinta sama Pak Agam....!"
"Justru itu, Tito....!"
"Maksudnya....?" Tito mengernyitkan alis tidak paham.
"Setelah lulus sekolah, justru gue berencana cerai.....! Cita-cita gue, gue ingin berkeliling dunia. Mencoba hal-hal baru yang belum pernah gue rasain.....! Gue nggak mau jadi istri dan ibu, oh, itu sungguh menakutkan....!"
"Astaghfirullah. Punya sahabat gini amat ya.....! Terserah elo lah....! Yang jelas gue doain, semoga elo benar-benar jadi budak cintanya pak Agam.....! Hahaha.....!"
ASEMMMM.....
Bersambung....
Komen dong......