Zara, akhirnya kembali ke tanah air setelah menyelesaikan studinya, sekaligus menyembuhkan trauma masa lalu. Ia ingin melupakan orang yang menyakitinya. Namun tanpa diduga Kenan muncul kembali dalam hidupnya, menyatakan keinginan nya menikah dengan dengan nya. Zara menolak ia ingin melupakan laki-laki tersebut. Namun Kenan tidak mau. menyerah ia berusaha mendapatkan Zara dengan cara apapun. Apakah Zara akan jatuh pada laki-laki yang pernah menyakiti nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sonata 85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Balas Dendam Pada Mereka
Zara masih di lapangan balap kuda, menyaksikan bagaimana kuda itu menyerang Maya. Apa yang dia lihat sekarang sama halnya dengan dirinya enam tahun yang lalu. Hanya saja hari itu Zara tidak memberi suntikan pada kuda hitam.
Maya terluka kuda itu bahkan meremukkan tulang betisnya.
“Zara, ayo kita pergi dari sini, sebenarnya aku ingin lebih dari ini. Aku tadinya berharap kuda itu menyerangnya sama seperti yang dilakukan dulu padamu,” ujar Mona.
Zara, membuang jarum suntik di tangannya, "ternyata aku tidak bisa jahat sama seperti dia. " Kenapa tidak melakukan saja Zara, kalau kamu takut biar aku saja tadi yang melakukannya,” cerca Mona.
Mengingat kejahatan yang dilakukan Maya di masa lalu Mona ingin rasanya melakukan hal yang sama. Namun, Zara berpikir lagi kalau saja ia melakukan itu juga apa bedanya dia dengan Maya.
"Aku tidak ingin seperti dia. " Zara melepaskan helm
Ia menatap ke samping ternyata Kenan menatapnya dengan tatapan yang menyelidiki, ia juga mengingat kejadian naas yang dialami Zara di masa lalu.
"Apa kamu ingin balas dendam pada Maya? " Tatapan Kenan masih menuduh.
Tetapi Zara bersikap bodo amat, mengalihkan wajahnya dari Kenan lalu berjalan ke arah taman.
“Apa yang terjadi Zara ? Kalau kamu tidak jadi melakukan, Kenapa kuda itu marah dan menyerang Maya. Padahal aku yang bersamanya tadi dia tidak marah,” tutur Mona.
“Mungkin dia tau kalau kamu orang yang baik dan Maya iblis jahat.”
"Kenan melihat kamu terus dari tadi, apa kamu tidak ingin bicara dengannya? "
"Mari kita lupakan pria sombong itu, aku tidak ingin berurusan dengannya, bahkan di rumah aku selalu menghindar darinya,” tutur Zara.
Mona mendekatkan wajahnya, " apa benar kamu tidak ada perasaan sedikitpun padanya lagi? "
"Tidak lagi Mon, Sean, mengajak untuk makan malam, Bunda sama ayah mendukungku. "
"Iya, lupakan saja Kenan dan semua orang di masa lalu. Kamu berhak bahagia, sayang. " Mona mengusap-usap punggung tangan Zara.
Mona dan Zara berganti pakaian dan duduk di salah satu meja sembari menikmati makanan kecil. Mona tidak membahas kejadian itu lagi, atlet panah itu lebih banyak bercerita tentang pertunangannya yang berlangsung satu minggu yang lalu. Ia cerita berapa beruntung dirinya bisa bertunangan dengan idolanya sendiri.
“Sepertinya aku juga harus mencari allet untuk jadi suami, biar bisa diajak traveling kemana-kemana sama sepertimu,” timbal Zara.
“Iya, aku akan menjodohkanmu. Tapi... Tidak usah deh,Sean juga ganteng dia kelihatan baik juga. "
Saat semua orang masih heboh dengan nasib buruk yang dialami Maya , keduanya memilih duduk tenang. Bukannya tidak merasa simpati. Namun rasa sakit yang dirasakan keduanya masih membekas. Dulu kedua sahabat itu selalu langganan perundungan oleh Maya dan gengnya.
Saat sedang duduk santai ponsel Mona berdering, ia menjauh sembari menerima panggilan telepon. Tiba-tiba Kenan datang.
“Oh, ternyata kamu di sini Zara.” Kenan duduk di depannya.
“Iya,” sahut Zara acuh, Dokter cantik itu menunjukkan ekspresi tidak senang saat Kenan tiba-tiba muncul di depannya.
“Jadi benar … kalau kamu menghindar dariku?” Kenan menatap wajah Zara begitu dalam, mencoba alasan wanita cantik itu menghindarinya.
“Tidak menghindar hanya saja malas bertemu kamu.”
“Oh, jadi kamu tidak ingin bertemu denganku?” Kenan tersenyum kecil.
“Iya.” Zara melihat kanan kiri mencari alasan menjauh dari Kenan.
Kebetulan Leo sanga Kakak datang. “Zara, mau pulang sama Abang, apa sama Bunda?”
“Oh, sama Abang saja.” Ia berdiri.
Kenan juga berdiri. “Boleh saya ikut Bro, Gue gak bawa mobil.”
Rumah mereka satu arah, bukan hanya searah bahkan rumah mereka samping-sampingan. Tidak ada alasan untuk Leo menolak, walau sebenarnya ia tidak suka sang adik didekati sama Kenan lagi. Saat berjalan ingin pulang Mona datang.
“Zara, sudah mau pulang?”
Tidak ingin satu mobil dengan Kenan Zara menjadikan Mona jadi alasan, “oh, Bang Leo pulang duluan saja, aku dan Mona masih ada urusan.” Zara merangkul lengan, sembari menyenggol memberi kode.
“Oh, benar kami mau ketemu teman lama.”
Kenan menatap Zara dari atas sampai ke bawah tatapan itu terlihat sinis dan punya banyak makna tidak bisa diartikan Zara. Mereka berdua meninggalkan Kenan dan Leo. Saat tiba di parkiran Kenan pura-pura menerima telepon meminta Leo pulang duluan dia masih punya urusan dengan temannya. Leo mengangguk sambil menarik napas panjang ia tidak ingin Zara berurusan lagi dengan pria yang pernah menyakitinya di masa lalu. Lelalaki yang berprofesi sebagai pengacara itu ingin adiknya mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik dari Kenan.
*
“Kamu yakin, Zara?” tanya Mona , belum yakin dengan rencana sang sahabat.
“Yakin,” sahut gadis cantik itu sembari merapikan dress mini yang ia kenakan.
“Bagaimana kalau Bang Leo dan Bang Damar datang?”
“Mereka tidak akan datang, kedua abangku akan pergi bertugas di luar kota makanya cepat pulang tadi.”
“Wow … Zara yang sekarang sudah berubah, dia bukan gadis culun lagi,” puji Mona menatap gaun mini dress milik Zara.
Kalau dulu Zara tidak pernah berani tampil di depan banyak orang apalagi datang ke pesta maupun diskotik, tetapi kali ini ia datang ke tempat itu demi seseorang laki-laki dari masa lalunya. Mona dengan senang hati membantu Zara. Ia juga mengenakan gaun malam terbuka sama seperti yang dikenakan Zara. Di jamin mata lelaki yang akan melihatnya akan terhipnotis dengan tubuh seksi keduanya.
Di tempat lain.
Kenan si raja pesta pasti akan hadir dalam party tersebut, saat Kenan dan teman-temannya duduk menikmati minuman, Zara dan Mona datang, kehadiran keduanya mengundang perhatian mereka semua.
“Itu Zara …?” kedua teman Kenan sama-sama berdiri, menatap kedua gadis cantik itu
Zara menghindari Kenan dan tema- temannya, tujuan utamanya bukan Kenan . Melainkan Dikto, anak lelaki terpopuler saat mereka sekolah dulu. “ Buaya darat kalau dipancing dengan daging segar, dapatnya pasti cepat,” ucap Mona tersenyum.
“Hai cantik, aku kira kamu akan melupakanku. Kamu sangat berbeda saat kita sekolah dulu.” Dikto mulai mengeluarkan rayuan mautnya.
Kenan terdiam, ia tidak pernah menduga kalau Zara akan mendekati lelaki yang jadi musuh besarnya di sekolah dulu. Bahkan Dikto beberapa kali terlibat perkelahian sengit dengan Dikto.
“Zara dengan Dikto? Apa mereka sudah sedekat itu sekarang?” rupanya ucapan Devan membuat kuping Kenan panas. Kenan tidak mau kalah ia mengajak seorang gadis cantik turun ke lantai dance. Lalu mereka menari mesra di sana bahkan di samping Zara, tetapi Zara tidak perduli ia fokus pada tujuannya yakni mendapatkan perhatian Dikto.
“Apa kita boleh bicara di luar?” ucap Zara ke kuping Dikto aksi saling bisik itu membuat Kenan salah paham ia berpikir kalau Zara mencium Dikto. Tidak lama kemudian Zara dan Dikto keluar dari club. Zara benar-benar membalas orang yang pernah menyakitinya dulu, setelah memberi Dikto pelajaran Zara pulang. Maya dan Dikto mendapat balasan dari kejahatan mereka di masa lalu.
Bersambung