Tuan Alaxander Almahendra adalah seorang CEO dan tuan tanah. Selain memiliki wajah yang tampan ia juga pintar dan cerdas dan nyaris sempurna. Namun, siapa sangka di balik kesempurnaan fisik dan kecerdasannya tuan Alex terkadang sangat kejam terkesan tidak berprikemanusiaan. Ia seperti tenggelam dalam lorong hitam yang menggerogoti jiwanya.
Nayla De Rain gadis canti dengan paras sempurna. Setelah mengalami kegagalan dengan Fandy ia memutuskan untuk menikah dengan Zainy lelaki yang tida di cintainya. Namun, sebuah peristiwa membuatnya tertangkap oleh anggota tuan Alex dan di bawa ke menara dengan seribu tangga memutar.
Nasib baik atau buruk yang menimpa gadis bernama Nayla iti malah mempertemukannya dengan tuan Alex. Entah tuan Alex dan anggotanya akan akan menyiksa Nayla seeprti yang lainnya atau malah menjadikannya tahanan abadi. Novel 'REMBULAN YANG TENGGELAM' adalah kisah cinta dan balas dendam. Para tokoh mempunyai karakter unik yang membuat mu jatuh cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dongoran Umridá, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dendam
"Aaaaaa....
Tahanan berkepala botak itu menjerit kesakitan. Tuan Alex tersenyum. Senyumnya kali ini menggambarkan kepuasan dalam hatinya. Lalu kakinya berpindah pada tahanan gondrong dengan kulit sawo matang, wajahnya tirus dan tubuhnya kurus kerempeng. Tahanan gondrong itu juga menjerit histeris.
"Ah lelah sekali nyiksa kalian," Tuan Alex mengembalikan posisi kaki dan tangannya seperti semula, lalu seorang pengawal maju lagi dengan sepatu mahal miliknya. Satu persatu ia memijak jemari tangan ketiga tahanan itu. Tuan Alex senyum menyaksikannya namun lelaki tampan itu terlihat belum puas.
"Minggir lah!"
Perintah tuan Alex. Pengawal itu mundur. Lalu tuan Alex berdiri dari duduknya, lalu menyodorkan ujung sepatunya ke mulut tahanan itu satu persatu. Ia membuat tahanan itu benar-benar hina tidak punya harga diri, lalu kemudian ia duduk lagi.
"Apa kalian takut?" Pertanyaan itu bukan menuntut jawaban. Pertanyaan itu lebih mirip pada ejekan dan hinaan. Membuat tahanan itu benar-benar merasa di hina, namun tidak bisa berbuat apapun. Tapi terkadang ketika terjepit dalam situasi sulit seseorang akan kehilangan akal dan melakukan apapun yang bisa di lakukan untuk sebuah pemberontakan hati. Namun tahanan ini apa yang bisa mereka lakukan kecuali hanya memaki? Meski pun tidak akan ada gunanya. Ya meski tiada berguna.
"Jika ku katakan siapa aku, kalian sungguh akan terkejut tak menyangka," Gumam tua Alex kemudian tanpa memandang lawan bicaranya. Masih di liputi rasa bingung ke tiga tahanan itu menatap tuan Alex penuh tanda tanya.
"Baiklah, jika kalian penasaran, akan ku kisahkan sedetail-detailnya," Tuan Alex menghela nafas. Sepertinya tuan Alex sedang menguatkan diri dan menenangkannya.
"Namun sebelumnya aku ingin memastikan apa kalian tersiksa? Ah kenapa aku bertanya? Bukankah aku melihat sendiri bahwa kalian menderita dan tersiksa?"
Tuan Alex meggesekkan sepatunya pada tiga tahanan itu. Senyum puas menghiasi wajah tampan itu.
"Siapa orang ini? Jadi dia yang menyuruh agar kami di culik? Orang-orang menculik kami ternyata hanya suruhan?" Si kepala botak bergumam dalam hati. Ia tidak bisa menebak siapa gerangan lelaki tampan dengan aura sedingin es yang bisa membekukan tubuh mereka. Terlalu bangak orang yang di ganggu oleh mereka dan di hancurkan oleh mereka sehingga mereka tidak tahu lelaki kejam ini berasal dari keluarga mana.
"Biar aku bantu kalian mengingatnya," Kata Tuan Alex, kemudian ia menoleh pada empat pengawal di belakangnya, bahasa isyarat itu langsung di fahami oleh ke empat pengawal itu. Kemudian ke empat pengawal itu mengeluarkan korek api dari kantong masing-masing, menggeseknya hingga menghasilkan api lalu mengarahkannya pada wajah ke tiga tahanan itu dan api itu membakar hidungnya.
"Aaaaaaa.... aaaaaaaaa...aaaaaa..... ampuuuuuunnnn....."
Teriakan ke tiga orang itu menggema di terowongan dan memebuat tahanan lainnya bergidik ngeri. Apa yang akan terjadi pada mereka? Setidaknya sekali sepekan mereka mendapat siksaan dari para penjaga ini.
"Apa itu sakit? Ternyata kalian juga bisa merasakan sakit, ah sungguh melegakan," Tuan Alex tersenyum menyeringai.
"Sepertinya kalian belum mengingatnya," Gumam tuan Alex membuat ekspresi wajahnya seperti kecewa.
"Lagi,"
Perintah tuan Alex kemudian. Ke empat pengawal itu kembali menyalakan korek api. Lalu mengarahkannya pada bibir ketiga tahanan itu. Tua Alex mendekatkan wajahnya pada tahanan itu.
"Apa menurut kalian aku terlalu tampan untuk menjadi kejam? Oh ya, kalian pasti masih ingat peristiwa villa green palace? Jeritan histeris orang-orang yang meninggal di sana, apa kalian tertawa saat mendengar jeritan itu?"
Tuan Alex menekan suaranya, sepertinya ia
sedang menahan gejolak dalam hatinya. Ada luka, sedih, pilu, marah dan dendam dalam hatinya. Ketiga tahanan itu terbelalak, wajah takut mereka semakin menjadi-jadi. Siapa yang tidak peristiwa green palace? Tubuh tahanan itu semakin gemetaran.
"Biar ku kenalkan, Aku adalah Alexander Almahendra, aku akan menciptakan neraka untuk kalian para iblis berwujud manusia."
Tuan Alex kembali mendekatkan wajahnya pada para tahanan, sementara pantatnya masih duduk di kursi. Mata tajamnya memandangi ke tiga tahanan itu satu persatu. Seolah memastikan bahwa ekspresi wajah mereka menggambarkan ketersiksaan dan penyesalan.
Tuan Alex menjauhkan wajahnya kembali dari para tahanan itu, lalu memperbaiki posisinya kemudian tuan Alex berdiri.
"Aku ingin memastikan semua tahanan menyesali kelakuannya di masa lalu,"
Tuan Alex berdiri dari duduknya hendak melangkah keluar. Andan mengikuti, ke empat pengawal lainnya mengekor.
Tuan Alex tiba-tiba berhenti membuat langkah Andan dan ke empat pengawal itu berhenti juga. Tuan Alex berbalik ke arah tahanan itu lagi. Kemudian mengulangi langkahnya dengan melangkahi ke tiga tahanan itu satu persatu. Andan dan ke empat pengawal lainnya melakukan hal yang sama.
Setelah keluar dari jeruji besi itu tuan Alex me menuju tahanan- tahanan lainnya di pandu oleh para penjaga tahanan. Ruangan demi ruangan di periksa oleh tuan Alex. Lelaki itu hanya ingin memastikan bahwa semua tahanan benar-benar tersiksa dan menyesal karna sudah di lahirkan.
Perjalanan mengelilingi dan memeriksa seluruh terowongan cukup melelahkan sekaligus menyenangkan bagi tuan Alex. Wajahnya terlihat puas dan senang ketika ia mendapati para tahanan benar-benar terlihat menyedihkan dan tersiksa.
"Bagaimana kalian memperlakukan tahanan?"
Tuan Alex bertanya setelah mereka tiba di ujung terowongan itu. Kedua penjaga di ujung terowongan itu membungkuk dengan hormat.
"Kami membuat mereka menyesali perbuatan mereka, dan kami jadwalkan satu hari penuh untuk menyiksa merek. Dan semua tahanan hanya di beri makan sekali sehari tanpa lauk."
Tuan Alex tersenyum lebar mendengar jawaban penjaga tahanan itu, seakan ada satu beban yang telah terselesaikan.
"Apakah tuan Alex ingin kita keluarnya di taman bunga merah?"
Tanya Andan setengah berbisik. Tuan Alex mengangguk tanpa suara. Andan langsung menuntun jalan keluar dari terowongan bercat merah darah itu. Dan akhirnya mereka tiba di taman bunga merah dan hujan pun sudah reda.
"Pergilah! Aku ingin sendirian, Perintah tuan Alex. Ke empat pengawal itu langsung berjalan mundur. Tidak ada yang boleh membelakangi tuan Alex bagaimana pun keadaannya. Tiba-tiba handphone Andan bergètar. Ia langsung mengangkatnya. Tidak lama ia berbicara di telpon kemudian ia menutupnya lalu mendekati tuan Alex
"Seorang yang terlibat juga sudah tertangkap," Bisiknya pada tuan Alex.
"Di mana sekarang?"
"Mereka hampir tiba di sini tuan."
"Baguslah, suruh mereka masuk dari taman bunga merah, kita akan menunggu di sini, aku ingin melihat wajahnya."
"Baik tuan."
Sebuah mobil mewah melintasi jembatan menuju gedung X dengan menara setinggi seribu tangga untuk mencapainya. Dua orang lelaki berada di dalam mobil, satunya duduk di belakang kemudi dengan kumis tipisnya terangkat ketika tersenyum menyeringai. Satunya lagi duduk bersandar di samping si kumis tipis wajah tirusnya terlihat menyeramkan dengan kulit sawo matangnya.