Genre: Action, Drama, Fantasy, Psychological, System
Seluruh siswa kelas 3A tidak pernah menyangka kalau hidup mereka akan berubah drastis ketika sebuah ritual aneh menarik mereka ke dunia lain. Diberikan gelar sebagai "Pahlawan Terpilih," mereka semua mendapat misi mulia untuk mengalahkan sang Raja Iblis dan menyelamatkan dunia asing tersebut. Di antara mereka ada Hayato, siswa yang dikenal pendiam namun selalu memiliki sisi perhatian pada teman-temannya.
Namun, takdir Hayato justru terpecah dari jalur yang diharapkan. Ketika yang lain menerima berkat dan senjata legendaris untuk menjadi pahlawan, Hayato mendapati dirinya sendirian di ruangan gelap. Di sana, ia bertemu langsung dengan sang Raja Iblis—penguasa kegelapan yang terkenal kejam. Alih-alih membunuhnya, Raja Iblis memberikan tawaran yang tak bisa Hayato tolak: menjadikannya "Villain Sejati" untuk menggantikan posisinya dalam tiga tahun mendatang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nov Tomic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
— BAB 8 — Rekan Baru —
Kami melangkah keluar dari goa, dengan suasana hutan yang terasa lebih sunyi dari biasanya. Eirene masih memegang tanganku erat, seakan tak ingin melepaskannya. Aku bisa merasakan ketakutannya; meskipun sudah bebas dari goa, dia masih terlihat waspada terhadap sekitar. Pakaian lusuh yang ia kenakan tampak berdebu, dan wajahnya masih menunjukkan jejak-jejak kecemasan.
Kami berjalan pelan, mencoba menjauh dari tempat persembunyian para Goblin. Setiap kali terdengar suara ranting patah atau suara binatang kecil, Eirene sedikit tersentak dan mendekat padaku. Aku mencoba menenangkan dirinya dengan bicara lembut, dan tak lama kemudian, kami tiba di bawah pepohonan rindang yang tampak aman, dengan sedikit cahaya matahari yang berhasil menembus rimbunnya pepohonan itu.
“Eirene, apa kau tahu jalan keluar dari hutan ini?” tanyaku sambil menatap wajahnya.
Dia menggeleng pelan, masih memegang erat tanganku. “Aku… tersesat saat melarikan diri,” jawabnya dengan suara bergetar. “Mereka mengejarku, dan aku hanya bisa lari sampai akhirnya tertangkap oleh goblin-goblin itu.”
"Aku mengerti, mungkin kita bisa beristirahat di sini."
Kami lalu duduk di bawah pohon besar, menikmati keheningan sementara setelah kekacauan yang terjadi. Cahaya matahari pagi menembus celah dedaunan, memberikan suasana tenang di tengah hutan yang gelap ini.
Di sampingku, Eirene duduk diam dengan pandangan menunduk, jemarinya menggenggam ujung bajunya yang lusuh. Entah kenapa, aku ingin tahu lebih banyak tentang dirinya. Apalagi saat melihat telinganya yang runcing dan memanjang dengan ujung daun kecil di ujungnya, kurasa itu begitu khas.
“Eirene,” panggilku pelan, mencoba memecah keheningan. “Apa kau… seorang Elf?”
Dia mengangkat wajahnya, tampak sedikit terkejut. Ekspresi lembutnya perlahan berubah menjadi senyum tipis. "Ya, aku dari ras Elf," jawabnya, suaranya pelan namun terdengar jelas di antara suara hutan yang tenang.
Aku mengangguk. Seperti yang kuduga. Ciri-ciri Elf sangat khas: selain telinga runcingnya, kulit mereka biasanya berwarna pucat bersih, dan matanya tajam namun meneduhkan, menunjukkan usia panjang yang mereka bawa. Elf adalah ras yang terkenal karena kecantikan mereka, kecerdasan, dan kemampuan mereka dalam sihir alam. Ras yang dianggap sebagai sekutu alami para pahlawan dalam banyak kisah.
“Kau berasal dari desa Elf yang jauh dari sini, ya?” tanyaku, penasaran.
Eirene mengangguk lagi, namun kali ini matanya tampak berkaca-kaca. Ekspresinya berubah—senyum itu memudar, dan wajahnya menunjukkan kesedihan yang dalam. “Aku dibuang… oleh desaku sendiri,” bisiknya, seolah kata-kata itu menyakitkan untuk diucapkan.
Aku tertegun, tidak menyangka jawabannya akan seperti itu. “Mengapa…?”
Dia menarik napas panjang, menahan air matanya yang hampir jatuh. “Mereka menganggapku terkutuk… Sejak kecil, aku selalu berbeda dari yang lain. Mereka bilang aku membawa nasib buruk, dan akhirnya mereka memutuskan untuk membuangku.” Matanya menatap kosong, mengingat masa lalu yang tampaknya begitu menyakitkan. “Aku berjalan tanpa tujuan… Hingga tersesat di hutan ini dan ditangkap oleh goblin-goblin itu.” Dia terdiam sejenak, suaranya kembali bergetar. “Jika kau tidak datang… mungkin aku sudah kehilangan… segalanya.”
Mata Eirene tampak semakin sedih, dan ada rasa pedih yang terpancar dari wajahnya. Aku bisa merasakan trauma yang ia alami; dikhianati oleh desanya sendiri, bertahan hidup di hutan, dan hampir kehilangan sesuatu yang berharga karena para Goblin. Namun, meskipun ia merasa sedih, Eirene menatapku dengan penuh rasa syukur.
“Maaf… karena tadi aku sempat meneriakimu,” katanya, nada suaranya penuh penyesalan.
Aku menggeleng pelan. “Tidak masalah. Aku mengerti apa yang kau rasakan.” Dalam hatiku, aku mencoba memahami penderitaannya. Tidak mudah menghadapi ketakutan dan dikhianati oleh tempat yang seharusnya menjadi rumah.
Meskipun begitu, ada satu hal yang membuatku bingung. Elf biasanya adalah sekutu para pahlawan, sementara aku di sisi Raja Iblis. Aku masih berpikir, apa yang akan terjadi jika suatu hari kami menjadi musuh? Tapi, ketika melihat kesedihan yang begitu nyata di wajah Eirene, aku tidak bisa begitu saja mengabaikannya.
“Eirene…” panggilku lembut. “Apakah… kau masih memiliki tempat untuk pulang?”
Pertanyaan itu membuat Eirene terdiam. Dia menggeleng pelan, matanya masih dipenuhi kesedihan. “Aku tidak punya tempat lagi…” jawabnya dengan suara yang hampir tak terdengar.
Aku menghela napas panjang, memandangnya dengan serius. "Kalau begitu, bagaimana jika kau ikut denganku?" tawarku. “Aku mungkin bukan orang yang sempurna, dan aku pun tidak tahu akan ke mana petualangan ini membawaku, tapi… aku yakin kita bisa saling menjaga satu sama lain.”
Mendengar tawaranku, Eirene tampak ragu sesaat, seolah mempertimbangkannya dengan hati-hati. Mungkin dia takut, ada keraguan dalam dirinya. Namun, setelah beberapa detik, dia mengangguk pelan, matanya sedikit bersinar. "Baiklah," katanya sambil meraih tanganku dengan penuh keyakinan. "Aku akan ikut bersamamu, Hayato."
Aku tersenyum kecil, merasa lega dengan keputusannya. Meski tahu bahwa suatu saat kami mungkin akan berada di sisi berlawanan, untuk saat ini, aku akan melindunginya. Eirene kini menjadi temanku dalam perjalanan ini, dan aku tidak akan membiarkannya terluka lagi.
“Baiklah,” kataku. “Sekarang, kita masih punya misi untuk diselesaikan. Aku harus memburu dua jenis monster lagi di hutan ini.”
Eirene menatapku penuh tanda tanya. "Kenapa kau harus melakukan itu?"
“Aku… punya tujuan yang harus kucapai. Tapi untuk mencapainya, aku harus memenuhi setiap misi yang diberikan.” Aku tidak bisa memberitahunya detail lebih lanjut—terlalu berisiko untuk saat ini. Dia hanya mengangguk paham tanpa bertanya lebih jauh.
Dengan langkah pelan namun penuh keyakinan, kami berdua mulai menjelajahi hutan kembali. Kali ini, aku tidak sendirian. Bersama Eirene, aku merasa memiliki kekuatan tambahan, bahkan di tengah hutan yang gelap dan penuh bahaya ini.
“Misi.” Aku sedikit penasaran dan ingin memastikan, apakah Eirene juga bisa melihat sistem yang ada di hadapanku?
“Ada apa dengan misimu?” tanya Eirene. Jadi begitu, sepertinya Eirene tidak melihatnya—ia hanya memasang ekspresi bingung saat aku berkata seperti itu.
“Tidak apa-apa, aku hanya berusaha mengingat rencanaku.”
[Misi Aktif]
[ - Jelajahi Hutan Lebih Jauh dan Bunuh Tiga Jenis Monster Berbeda!]
[ - Total: 15 Monster, 5 Dari Setiap Jenis]
[ - Progress: 5 Goblin, ..., ...]
[ - Hadiah: Peta Menuju Kastil Raja Iblis]
Setelah mengalahkan Goblin yang mengganggu Eirene, semangatku kini semakin membara. Namun, rasa penasaran dan ketegangan juga menyelimuti hatiku. Apa lagi yang menunggu di luar sana? Monster-monster yang lebih besar dan lebih menakutkan?
Aku tahu beberapa jenis Monster lagi. Mungkin seperti Orc, makhluk kekar dengan kulit hijau dan kekuatan luar biasa. Troll, raksasa lamban yang bisa menghancurkan pohon hanya dengan satu tamparan. Naga, makhluk bersayap yang bisa mengeluarkan api dan memiliki kebijaksanaan kuno, atau mungkin Vampir, makhluk malam yang dikenal karena kelicikannya dan hasratnya akan darah. Setiap nama itu mengingatkanku pada kisah-kisah novel yang pernah kubaca di dunia sebelumnya.
Yang jadi pertanyaan, apa yang akan kutemui? Siapa yang akan berhadapan denganku? Tak ada yang tahu, dan justru itulah yang membuatku bersemangat.