Yang baik hati boleh follow akun ig di bawah.
ig: by.uas
Tag: comedy, slice of life, sistem, Kaya raya, semi-harem.
Jadwal Update: Random—kalo mau upload aja.
Sypnosis:
Remy Baskara, pemuda sebatang kara tanpa pekerjaan, sudah lelah dengan hidupnya yang hampa. Saat hampir mengakhiri hidupnya, tiba-tiba sebuah suara menggema di kepalanya.
[Sistem "All In One" telah terikat kepada Host...]
Dengan kekuatan misterius yang bisa mengabulkan segala permintaannya, Remy bertekad mengubah nasibnya—membalas semua yang menindasnya dan menikmati hidup yang selama ini hanya ada dalam angannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bayu Aji Saputra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 - Drama Single Seat
Malam itu mereka bertiga duduk di depan kamar Yudha, menikmati makanan sambil ngobrol.
"BTW, motor lo mana Yud?" tanya Remy penasaran.
"Lah iya juga, kenapa lo pulang jalan kaki Yud?" sahut Alfan, ikut penasaran.
Ekspresi Yudha tiba-tiba berubah menjadi menyedihkan, matanya menatap kosong kepada langit.
"Apaan nih?!" pikir Alfan dan Remy, melihat temannya yang seolah seperti frustasi.
"Jadi gini," ujar Yudha seraya menghela napas.. "Lo pada tau kan tadi gue berangkat pake Ducati Panigale v4?" Dia membuka cerita dengan nada yang lebih berat dari biasanya.
Alfan dan Remy mengangguk, ekspresi mereka menunjukkan keseriusan yang serius banget deh pokoknya.
"Terus kenapa? Lo mogok?" tebak Alfan.
"Bukan mogok... Masalahnya tuh.. gue lupa kalo Ducati Panigale V4 itu single seat."
"Hah?!" seru Remy, matanya membelalak. "Lo jemput pacar lo naik motor single seat? Lo mau dia duduk di mana kocak?"
"Nah itu dia cok!" seru Yudha, suaranya mulai naik. "Gue baru ngeh pas dia keluar rumah. Mana udah dandan full lagi, pake heels 12cm segala, terus gue bingung. Gue liatin motor gue... terus gue liatin dia..."
"Terus terus?" tanya Alfan yang sudah hampir ngakak.
"Dia liat gue balik, terus dia bilang, 'Yud, gue duduk di mana? Di tangki bensin?' Gue cuma bisa bengong asli! Gue nggak kepikiran sampai ke sono anjir!" Yudha menjelaskan sambil mengusap wajahnya yang penuh rasa malu.
"Terus lo bilang apa ke dia?" tanya Remy, yang sudah nggak tahan pengen ketawa tapi berusaha menghormati suasana serius.
"Akhirnya gue bilang, 'Eh, gue lupa kalo motor gue ini buat solo ride. Kita jalan lain kali aja, ya?' Dan dia langsung bete terus masuk rumah lagi!" Yudha menundukkan kepala, terlihat benar-benar menyesal.
Sekarang Alfan dan Remy udah nggak bisa menahan tawa.
Mereka ketawa sampai perut sakit, sementara Yudha cuma bisa duduk di sana dengan ekspresi kesal campur malu.
"Lo ninggalin dia gitu aja?!" ujar Alfan di tengah tawa.
"Iya. Gue nggak punya pilihan lain. Masa gue suruh dia bonceng sambil duduk di knalpot?" jawab Yudha dengan nada frustrasi, membuat mereka semua makin ngakak.
"Kok lo bisa lupa sih, motor segitu ikoniknya?" tanya Remy sambil masih menahan tawa.
"Gue kan udah jarang pake," kilah Yudha, mencoba membela diri. "Kan gue biasanya pake mobil."
Alfan dan Remy masih cekikikan sambil menepuk-nepuk pundak Yudha.
"Terus motor lo di mana?" tanya Remy yang tawanya sudah mulai mereda.
"Motor gue?" Yudha mendesah berat, menundukkan kepala. "Motor gue sekarang ada di rumah pacar gue."
"Lah? Kok bisa?" Alfan menyipitkan mata, bingung.
"Gini loh," Yudha memulai penjelasan, "Abis gue ngecewain dia dengan perasaan bersalah setengah mati, gue mutusin buat ninggalin motor gue di sana. Gue bilang, 'Ini biar adil, lo nggak bisa ikut gue, jadi gue juga nggak bawa motor gue.'"
Remy langsung ngakak lagi. "Jadi lo pulang jalan kaki gara-gara drama single seat ini?"
"Ya gitu deh," Yudha mengangkat bahu. "Gue pikir itu gesture minta maaf yang keren, tapi pas gue jalan pulang, gue sadar... gue kayak orang bego."
"Ya lo emang bego sih," sahut Alfan sambil tertawa. "Lo sadar kan, pacar lo itu tinggal di kompleks perumahan yang jalannya naik turun kayak arena hiking?"
"Percis!" Yudha mengeluh, menatap langit lagi. "Gue udah ngos-ngosan parah, mana masih pake jaket kulit tebal pula."
"Jadi lo lebih capek secara fisik atau mental?" tanya Remy sambil nyengir.
"Capek semuanya, cok. Fisik capek, mental capek, hati juga capek." Yudha menggeleng, matanya penuh penyesalan.
"Lo udah coba ngejelasin ke dia lagi?" tanya Alfan sambil mencoba lebih serius.
"Udah gue coba telepon tadi. Gue bilang mau ganti rencana besok, ngajak makan malam pake mobil, tapi dia nggak angkat. Masih kesel kayaknya."
"Ya, pantes lah," ujar Remy sambil nyengir lebar. "Lo udah bikin dia kecewa di momen dia lagi niat tampil maksimal. Cewek tuh sensitif soal gituan."
"Iya, makanya sekarang gue bingung. Gimana caranya baikin dia?" Yudha memandangi dua temannya dengan wajah penuh harap.
Alfan dan Remy saling pandang. Alfan akhirnya berkata, "Yud, gue punya satu saran yang pasti bikin dia balik lagi."
"Apa tuh?" Yudha langsung memasang wajah penuh antisipasi.
"Lo jual motor lo itu," jawab Alfan sambil tertawa terbahak-bahak.
"Ngimpi lo!" Yudha berseru kesal. "Mending gue yang jadi single ride seumur hidup!"
Dia menoleh ke arah Remy, "Lagian tadi lo gue telpon ngapa gak di jawab-jawab Rem?" katanya geram.
"Hah? Emang lu nelpon tadi?" tanya Remy mencoba membela dirinya.
"Lah si anjing," umpat Yudha tambah kesal. "Gue sampe spam telpon bangsat!"
"Oh itu mah gara-gara si Remy lagi meeting Yud." sela Alfan memberi tahu Yudha.
Yudha mengalihkan pandangannya kepada Alfan, "Meeting? Si Remy meeting? Meeting apaan? Meeting di game kah?" tanyanya.
Sebelum Alfan sempat menjawab, suara login game yang familiar terdengar di telinga mereka.
Mereka berdua menoleh ke arah Remy, melihat sosok Remy yang tersenyum ramah kepada mereka.
Tangan kanannya memegang ponsel yang di arahkan layarnya kepada dua orang di itu.
"Emel gas?" ajak Remy kepada dua temannya.
"Gas!" seru Alfan dan Yudha bersamaan. Langsung melupakan topik Remy yang sedang meeting sebelumnya.