Ervan Abraham merupakan seorang pemuda tampan dan kaya raya. sekaligus pemimpin tertinggi The Jokers Warrior, sebuah geng yang ia dirikan sejak lama. beranggotakan puluhan pemuda yang selalu setia mengikutinya.
Bukan hanya itu saja, sedangkan kedudukan kedua orang tuanya menempati posisi pertama sebagai orang terkaya no 1 di tempat tinggalnya.
Pada suatu hari tanpa disengaja.. Ervan dipertemukan dengan seorang gadis cantik penjual kue keliling. namun siapa sangka? sejak pertemuan tanpa disengaja itu lah Ervan memliki rasa suka terhadap gadis itu, dari rasa turun ke hati, puing-puing cinta seolah tumbuh secara perlahan tertanam di hatinya. bertemu tanpa disengaja mencintai secara tiba-tiba.
Akan tetapi siapa sangka? gadis itu justru memiliki perasaan yang sama, ia juga menyukai Ervan dalam diam. akan kah cinta mereka dapat bersatu?? bagaimana kah kisah selanjutnya? cuss langsung simak sampai akhir 😉😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artandapermana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Kenalan
"Lah? cepet banget dah? kamu doyan apa enak nih, masih banyak loh tadi?" Novi melirik ke arah box kecil yang ada di dekatnya itu yang terlihat kosong tanpa menyisahkan apapun.
"Dua duanya, hehehe.." Ervan hanya cengegesan memamerkan barisan giginya yang putih dan rapi itu.
Tingkahnya lebih terlihat seperti anak kecil jika bersama Novi, tak terlihat status nya sebagai ketua geng motor yang terkenal arogan dan berwibawa.
Novi hanya menggelengkan kepala sambil tertawa melihat kelucuan tingkah laku Ervan.
"Emm.. oh iya, kita kan belum sempat kenalan, kenalin nama gue Ervan." Ervan memperkenalkan dirinya sambil menjulurkan tangannya.
"Novi.." begitu pun dengan Novi, ia menjabat tangan Ervan seraya tersenyum.
Ervan pun tersenyum memandangi wajah Novi dengan hati berdebar tak menentu, melihat senyuman manisnya yang mampu membuat hatinya berdebar.
"Boleh minta no WA mu gak?" Ervan mulai memberanikan diri meminta no ponselnya Novi.
"Boleh.." Novi mengangguk tak keberatan sama sekali.
"Mana Hp mu biar aku catetin." (ucap Novi)
"Bentar.. nihh," Ervan merogoh kantung celananya dan langsung menyerahkan hanfone nya pada Novi.
Novi menerimanya dan langsung mencatat no WA nya ke Hanfone milik Ervan. "Nih, udah aku cetet disitu, tinggal di sv aja," Novi kembali menyerahkan Hanfonenya Ervan usai mencatet no WA nya.
"Makasih ya.." Ervan kembali memasukkan Hanfonenya itu kedalam saku celananya.
"Iya.." Novi menganggut cepat.
"Ngomong-ngomong kamu kok jualan gini? emang kamu gak sekolah ya?" tanya Ervan hanya sekedar ingin tau lebih lanjut tentang Novi.
"Aku udah gak sekolah."
"Loh emangnya kenapa?" tanya Ervan lagi penasaran.
"Ya gapapa sih, dari dulu mulai lulus SMP aku udah gak ngelanjutin sekolah, aku kasian aja sama ibu kalau lanjut SMA, pasti butuh biasa banyak, mana cukup buat biaya sekolah, sedangkan ekonomi keluarga serba pas-pasan, biasa makan tiap hari aja udah untung." tutur Novi mulai menjelaskan sambil menunduk.
"Berarti kamu terpaksa dong putus sekolah? apa kamu gak pengen gitu lanjut sekolah lagi?" tanya Ervan lagi.
"Iya. kalau dibilang pengen sih ya pengen. tapi mau gimana lagi, aku tuh sebenarnya pengen punya ijazah tinggi dan jadi orang berkelas, jaman sekarang apa pun terganggu seberapa tinggi ijazah yang kita punya, apa lagi dalam dunia pekerjaan. aku gak mau terus terusan seperti ini, aku sangat ingin merubah kehidupanku, menjadi orang sukses dan membahagiakan ibuku, tapi mau bagaimana aku bisa sukses, sedangkan aku gak berpendidikan tinggi." ucap Novi larut dalam kesedihan meratapi nasipnya yang tak seberuntung orang lain,
"Kamu yang sabar ya, jangan berkecil hati gitu dong, nasip seseorang bukan terganggu dengan seberapa tinggi ijazah yang di milikinya, dan gak menjamin kita bisa sukses kedepannya, semua itu tak membutuhkan ijazah yang tinggi, kesuksesan masa depan tergantung ada pada diri kita sendiri, contohnya masih ada orang di luaran sana yang sukses tanpa ijazah, justru sebaliknya, sedangkan orang yang memiliki ijazah tinggi, mau gelar sarjana sekalipun kebanyakan nganggur, itu karna mereka gengsi mau bekerja, kalau gak dapat pekerjaan berkelas gak mau bekerja," tutur Ervan coba menasehati Novi.
"Untuk kesuksesan masa depan ada pada diri kita sendiri, Kita sendiri yang harus menentukan jalan tuk merubah kehidupan. selebihnya kita serahkan semua sama Allah, apapun yang terjadi adalah takdir dari Allah". sambung Ervan tak henti-hentinya berusaha menyemangati Novi dengan menasehati nya.
"Iya juga sih, semua yang terjadi atas kehendak sang ilahi, sejauh apapun kita berusaha dan mengejar impian kita, seakan percuma jika bukan takdirnya," Novi menganggut setuju, membenarkan perkataan Ervan yang ada benarnya.
Begitupun seterusnya mereka berdua saling bertukar cerita satu sama lain sambil bercanda gurau. sejak pertemuan itu lah yang awalnya sama-sama grogi, kini mereka lebih sering terlibat pengobrolan dan lebih dekat.
Tringg.. tringg.. terdengar suara hanfone nya Ervan yang tiba tiba berbunyi di tengah asyiknya mereka berbicara.
"Siapa ya, bentar ya." ucap Ervan pada Novi sambil merogoh kantung celananya.
Novi mengangguk paham, membiarkan Ervan mengangkat telepon nya itu.
Ervan segera menjauh dari Novi untuk mengangkat telepon.
"Desti?? :Ervan nampak terkejut menatap layar Hanfonenya setelah tau panggilan masuk yang berasal dari seseorang yang pernah hadir dalam hidupnya. bagaimana tidak yang menelponnya itu adalah mantan kekasihnya dulu.
"Ngapain nih anak nelfon." guman Ervan heran, ia sempat malas dan kebingungan hendak mengangkatnya atau tidak, dengan terpaksa Ervan mengangkat telefon dari mantannya itu.
{"Halo! apaan? ngapain lo nelfon gue."} cetus Ervan dengan nada malas.
{"Gue mau ngundang lo. ke pesta pernikahan gue, undangannya gue kirim deh ntar, temanya pesta topeng, lo bisa dateng kan?"} ;ujar mantan kekasihnya Ervan itu dengan suara lantang.
{"Emang penting banget ya bagi gue? males banget!"} cetus Ervan.
{"Yah.. lo gak asih ah. pokoknya lo harus dateng, wajibb.. oh iya, satu lagi.. harus bawa pasangan, wajib banget,"}
Tuttt.. tutt... belum sempat Ervan berbicara telefon pun langsung di akhiri oleh mantan kekasihnya.
"Gak jelas banget nih anak. pasti dia mau pamer," cetus Ervan geram.
"Gimana nih enaknya ya? kalau gue gak dateng pasti Desti ngira gue belum bisa muvon dari dia, tapi kalau gue dateng..
Ervan nampak berfikir, sempat kebingungan. masalahnya bukan karna tak kuasa melihat mantan kekasihnya bersanding dengan orang lain atau pun belum bisa muv'on, melainkan bingung hendak pergi dengan siapa.
"Heh! dia kira gue belum bisa muv on kali, apa maksudnya coba, mau manas manasin gue? gue gak se baperan itu kali, liat aja!"
Sepertinya Ervan ingin menunjukkan kualitas dirinya dengan menghadiri undangan pernikahan mantannya itu. menunjukkan bahwa ia bisa muvon dan tak gentar jika harus melihat mantan kekasihnya bersanding dengan cowok lain.
"Tapi masalah gue mau pergi sama siapa kesana? kalau cuma sendirian gak bawa pasangan sama aja dong. hmmm.." Ervan kembali berfikir sejenak, siapakah seseorang yang bisa ia bawa ke pesta pernikahan mantannya itu, sedangkan ia sendiri belum mempunyai kekasih.
Ervan berbalik badan menoleh ke belakang melihat ke arah Novi. "Apa gue ajak Novi aja ya? iya deh, kali aja dia mau."
Mengerti, Ervan telah menemukan seseorang yang tepat untuk di jadikan pasangan sementara. Ervan berjalan kembali menghampiri Novi disana.
Ervan kembali duduk di samping Novi dan mulai berbicara. "Emm.. Nov. gue boleh minta tolong gak?" kata Ervan.
"Mau minta tolong apa?" Respon Novi seketika menatap Ervan dengan seriusnya.
"Temenin gue ya ke pesta pernikahan," tutur Ervan terus terang.
"Hah? ngga-nggak, gamau, aku tuh apa ya, aduh.. malu ke tempat begituan," Novi langsung menolak karna tak terbiasa ke perpestahan, apa lagi pesta pernikahan yang identik dengan kemewahan dan tempat berkumpulnya orang berkelas dan orang-orang kaya. Novi merasa tak pantas dengan hal seperti itu.
"Ngapain malu Nov? orang cuma memenin aja kok, emm.. gue tuh butuh seseorang yang bisa nemenin gue, masalahnya harus bawa pasangan, mau ya?" Ervan kembali bertanya dan membujuk Novi.