Aulia Aisha Fahmi Merupakan sepupu Andika, mereka menjalin cinta tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Andika adalah cinta pertama Aulia dan ia begitu mencintainya. Namun, kejujuran Andika pada ayahnya untuk menikahi Aulia ditentang hingga Andika perlahan-lahan hilang tanpa kabar.
Kehilangan Andika membuat Aulia frustrasi dan mengunci hatinya untuk tidak menerima pria lain karena sakit di hatinya begitu besar pada Andika, hingga seorang pria datang memberi warna baru di kehidupan Aulia... Akankah Aulia bisa menerima pria baru itu atau masih terkurung dalam masa lalunya.
Penasaran dengan kisah selanjutnya, yuk ikuti terus setiap episode terbaru dari cerita Cinta untuk sekali lagi 😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aninda Peto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 8
"Tak ada lagi cinta untukmu, aku telah sepenuhnya melepasmu... Bahkan jika suatu saat nanti kamu datang padaku dan memohon untuk kembali, maka aku akan menjawab, semuanya telah berubah begitu pula dengan perasaanku"
Seorang perempuan berjalan dengan riang menuju sekolahnya dengan menenteng tot bag di tangan kanannya seperti tak ada beban sedikit pun di punggungnya. Pancaran bahagia terlihat jelas di wajahnya dan matanya memancarkan kehidupan baru, ketika ia benar-benar melepas semua penat dan mengikhlaskan semua yang telah berlalu.
"Benar kata orang-orang stoikisme 'yang di luar diriku tidak akan bisa mempengaruhi aku jika aku tidak mengizinkan' "
Perempuan itu semakin memantapkan keyakinannya untuk berhenti mencintai, dan akan membuka lembaran baru dengan orang yang tulus terhadapnya, tetapi jika hatinya mau menerima orang tersebut, sebetulnya sangat sulit mengontrol hati, kadangkala di momen pertama bertemu ada perasaan menerima tetapi semakin di lihat semakin banyak cela yang terlihat dan membuat hati kembali ragu.
Aulia pun tiba di sekolah pukul enam lewat lima puluh empat, sudah banyak siswa yang berdatangan, Aulia memilih masuk ke dalam kelasnya, dan duduk di kursi depan barisan tengah. Ia mengambil sebuah buku bersampul pohon dan sebuah benda kecil berukuran panjang berwarna bening yang bertuliskan snowman.
Ada banyak aksara bertinta hitam, yang tertulis rapi di setiap barisan garis dalam buku tersebut. Perempuan itu membuka lembaran kosong, tiba-tiba saja bibirnya membentuk lengkungan tipis, ia tersenyum sangat indah dan menutup mata membayangkan kelegaan dalam jiwanya.
Lalu tangannya mulai bergerak, dan mulai menuliskan setiap kata sehingga menjadi sebuah kalimat.
"Bangkitlah tanpa rangkulan, majulah tanpa bantuan, tetap tenang tanpa pelukan... Dan katakanlah bahwa inilah kisah barumu. Kisah baru yang membutuhkan jiwa baru dan kehidupan yang baru"
"Hey" Seorang pria menghampiri Aulia dengan senyum merekah, dan tatapan penuh cinta, ia menjatuhkan tubuhnya pada sebuah kursi samping Aulia dan mengamati tulisan yang ditulis oleh perempuan yang memiliki kornea mata berwarna coklat.
"Hey"
"Kenapa kau selalu datang kemari? Apa Kamu tidak memiliki kesibukan lain selain mendatangiku?" Tuturnya dengan nada ketus dan melirik pria itu menggunakan ekor matanya. Namun, balasan dari pria itu hanya kekehan, kemudian tangannya mengusap-usap rambut Aulia membuat perempuan itu mendelik tajam.
"Apa aku mengizinkanmu untuk menyentuhku?!" Aulia berdiri dari kursinya dan menghadap langsung ke arah pria yang sedikit pun tak merasa bersalah. Aulia melempar tatapan tak suka tapi tidak dengan pria itu, ia melihat Aulia dengan tatapan hangat dan rindu membuat hati Aulia sedikit melunak.
"Kau adalah gadis keras kepala yang baru kutemui, apa aku harus mengumumkanmu ke seluruh sekolah ini agar kamu percaya bahwa aku serius? Aku tidak pernah main-main soal perasaan, aku bersungguh-sungguh... Katakan padaku apa yang harus aku lakukan agar kamu bisa menerimaku?" Pria itu mulai terlihat serius, setiap bait yang diutarakan dari mulutnya terdengar sangat tulus dan mengharapkan balasan yang diinginkan selama ini.
Aulia mendesah berat dan kembali duduk di kursi miliknya. Ia bingung harus dengan kalimat apa agar pria di sampingnya tahu ia tidak menyukainya.
"Ryan, aku sadar bahwa kau tulus mencintaiku tetapi untuk saat ini, aku tidak ingin menjalin hubungan dan aku tidak butuh cinta..." Ucapnya sembari menatap ke arah Ryan. Pria itu membalas dengan tatapan sendu. "Untuk diriku ini, aku masih sanggup dan masih bisa memberikan cinta lebih, aku sangat mencintai diriku sampai aku tak berani menjalin kasih... Kau tahu, jatuh cinta kepada lawan jenis adalah investasi melukis luka, dan aku tak kuasa melihat diriku hancur karena cinta" Lanjutnya lagi sambil tersenyum lirih.
"Bolehkah aku menyentuh tanganmu? Aku ingin menggenggamnya sebentar saja..." Ucap Ryan dengan nada lirih, tatapannya terhadap Aulia begitu sakit membayangkan betapa terlukanya perempuan di sampingnya ini tatkala mendengar ucapan Aulia. Bukan penolakan yang ia dengar melainkan setiap bait yang terlontar di mulut Aulia seperti jutaan goresan luka sehingga membuatnya waspada.
Aulia pun mengangguk, memberikan izin kepada Ryan untuk sekadar menggenggam tangan, sebab ia tak kuasa lagi harus menolak permintaannya itu.
Dengan keberanian penuh dan sedikit bergetar, Ryan mendekati tangan Aulia hingga kulit keduanya mulai bersentuhan. Perasaan yang dimiliki Ryan semakin berkecamuk, meronta-ronta ingin dilepaskan. Ia menggenggam tangan perempuannya itu dengan sangat lembut dan begitu erat sampai tak sudi ia melepasnya.
"Siapakah orang itu yang begitu tega melukaimu sampai membuatmu menutup diri? Bahkan senyuman indah yang pernah kulihat dulu tak lagi memiliki jiwa... Kau yang sekarang seperti sedang terbelenggu oleh kegelapan yang tak ada jalan untuk kembali, kau tersesat di dalamnya, tapi kau tak membutuhkanku untuk membantu... kau ingin menyelesaikannya sendiri, padahal aku ingin menjadi seseorang yang bisa mengeluarkan mu dari kegelapan itu" Ryan menatap sedih perempuan di hadapannya, ia ingin memeluknya. Namun, ia sadar diri, ia tidak boleh lancang.
"Jangan menatap kasihan ke arahku, apa aku terlihat sangat menyedihkan?" Aulia tertawa kecil dan sedikit malu membuat Ryan tersentak, ini kali pertama Aulia tertawa ke arahnya membuat jantungnya berdebar sangat hebat. Jiwanya terguncang bahkan kesadarannya hampir tak bisa ia kontrol.
"Barusan... Barusan aku tidak salah lihat kan?" Tanya Ryan dengan terbata-bata membuat Aulia mengernyitkan dahinya keheranan.
" Salah lihat apa? Emangnya apa yang kamu lihat?" Tanya Aulia penasaran sampai tatapannya tak lepas dari wajah tampan milik Ryan. Mereka tak sadar bahwa beberapa siswa melihat mereka berduaan dan saling menggenggam tangan. Mulai berbisik ke sana kemari dan melancarkan gosip ke berbagai telinga untuk didengar.
"Ini kali pertama aku melihatmu tertawa kepadaku, Auli. Selama ini kamu begitu dingin dan acuh... Ini adalah momen yang sangat langkah dan akan selalu menjadi abadi dalam ingatanku bahkan jika diri ini telah termakan usia dan menjadi pikun, aku tetap akan menyimpannya dalam memoriku yang tak seorang pun bisa menggugatnya" Jelas Ryan tersenyum lebar sampai setitik air mata jatuh hingga mengenai punggung tangan Aulia yang masih digenggam oleh Ryan.
Seketika itu Aulia sadar, memang benar ia begitu kejam pada pria di sampingnya tetapi itu adalah salah satu cara menghargai perasaan Ryan agar tidak lagi mengharapkannya.
"Aku tidak sadar aku telah melukai hatinya"
"Uhuyyy... Ada yang jadian nih"
"Wow, sejak kapan kalian jadian?"
"Traktir dong pasangan baru"
Aulia dan Ryan tersentak kaget kala beberapa siswa masuk ke kelas dan menjadi riuh, tangan yang tadi tergenggam buru-buru terlepas. Mereka sangat gelagapan seperti seseorang yang ketahuan selingkuh.
Wajah Aulia memerah dan menatap kesal ke arah Ryan, jujur saja ia sangat malu sekarang, Ingin sekali tenggelam di laut merah agar tak seorang pun bisa melihat wajahnya yang sudah memerah bak kepiting rebus. Berbeda dengan Ryan, pria itu malah terlihat senang dan menikmati wajah malu Aulia, ia tidak peduli dengan omongan teman-teman sekolahnya ia semakin menatap wajah Aulia yang tertutup oleh tangan mungil itu
"Uuuh, kamu membuatku hampir tak berdaya, kamu yang seperti ini membuatku tidak rela laki-laki lain melihatmu...Kamu lucu sekali Auli"
"Aku tidak sabar untuk segera menikahimu Auli, andai kau menerimaku sekarang maka saat itu pula aku datang ke rumahmu untuk mengikatmu" gumamnya pelan sambil tersenyum simpul.
.
.
.
.
.
.
Lanjut part 9