Terlahir dari keluarga mata biru, namun nasib Aksara berbeda dari anggota keluarga lainya. Pada saat Aksara di lahirkan, ia tidak mewarisi mata biru dari kedua orang tuanya, melainkan ia terlahir dengan mewarisi mata ungu dari kakek buyutnya yang sudah lama tiada.
Aksara hanya mewarisi satu mata ungu di sebelah kirinya, begitu juga dengan kakek buyutnya yang hanya memiliki satu mata ungu di sebelah kanannya, dan mata di sebelah kirinya berwarna biru.
Dan kemudian di sebelah kanannya, Aksara memiliki mata sama persis seperti mata elang dengan warna yang lebih terang dan menyala-nyala.
Keluarga mata biru merupakan golongan keluarga bangsawan yang paling di segani di seluruh wilayah Republik. Keluarga mata biru merupakan keluarga terkuat saat ini, di tambah lagi dengan keahlian khusus mereka, hal itu yang membuat nama keluarga mata biru sangat ditakuti oleh keluarga besar yang lainya.
Setelah tumbuh menjadi pria kuat, Aksara meninggalkan anggota keluargnya dan memilih hidup sederhana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr Sad, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8 : Clara dan semua aksinya
Clara masih melihat ke sekeliling ruangan hotel, tapi tetap saja dia tak dapat menemukan keberadaan Justin, sang kekasihnya itu.
Sementara Samuel terus menahan tawanya karena dia tahu kalau Clara pasti sedang mencari-cari keberadaan Justin.
"Ke mana sih dia? pokoknya kalau sampai ketemu awas aja! ditelepon ga di angkat, dichat apalagi! sebenarnya dia itu ketiduran atau emang engga mau jawab telepon dari aku. Same, kira-kira waktu kejadian, dia ada di sini ga sih?" tanya Clara sewot.
Same masih saja terdiam. Dia terus-terusan menahan rasa ingin tertawanya hingga membuat suatu tanda tanya bagi Clara. Same menutup mulutnya dengan tangannya agar Clara tak dapat melihat senyumannya.
"Same ... ! kok, malah diem sih, aku itu nanya dari tadi loh. Lagian kamu kenapa sih? aneh banget! dan terus itu kenapa senyum-senyum sendiri? emangnya ada yang aneh," ucap Clara masih saja sewot. Kali ini dia benar-benar kesal hingga mana dia menepuk keras lengan Samuel.
"Haha, ehh, engga Ra," jawab Samuel singkat. Waktu itu dia hampir saja mengeluarkan tawa lepasnya, dan untungnya dia sadar, lalu setelah itu dia pun kembali menahan tawanya.
"Tuh kan, malah ketawa-ketawa engga jelas."
Clara makin dibuat kesal saja oleh orang-orang yang ada di sekitarnya, terutama kepada Samuel dan juga Justin yang menghilang entah ke mana.
"Emangnya kamu engga lihat dia apa Ra, lantas kepala seseorang yang berada di dalam guci besar itu siapa? bukan kah sepatu yang orang itu kenakan merupakan sepatu sport mahal yang pernah kamu berikan kepada pacarmu itu," ucap Samuel sambil tersenyum tipis.
"Aneh! lagian itu kan cuma sepatu Same, ya, pastinya akan ada banyak orang yang memiliki sepatu serupa seperti yang Justin pakai," ucap Clara masih belum sadar juga.
Sepatu yang Clara berikan kepada Justin itu merupakan salah satu sepatu mewah limited edition, yang di mana sepatu tersebut hanya ada satu di dunia dalam berbagai warna, ukuran, dan hanya ada satu model atau tipe saja. Sepatu tersebut juga dibuat secara khusus bagi kalangan remaja, contohnya Justin.
Jadi, perusahaan pencipta sepatu tersebut hanya memasarkan sekiranya 50 sepatu dalam satu model, dan dari satu model itu hanya ada satu pilihan warna saja.
"Haduh ... , wanita itu benar-benar merepotkan! dia yang membelikannya sendiri, tapi dia yang lupa sendiri, padahalkan itu adalah sepatu langka yang hanya ada satu saja di dunia," ucap Samuel dalam hati.
"Tapikan sepatu itu merupakan sepatu langka Ra, bukan kah waktu itu kamu sendiri yang meminta aku untuk menemani kamu pergi ke luar wilayah, bahkan hampir pergi ke luar negri hanya karena kamu ingin memberikan hadiah yang sangat spesial di hari ulang tahunnya Justin."
"Tapi, masa iya sih Same? aku engga percaya ah!", ucap Clara masih saja keras kepala.
"Kamu lihat saja sendiri, orang-orang yang ada di hadapan kamu sekarang ini adalah rekan-rekan aku, mereka mana ada waktu untuk mencari dan membeli sepatu mahal seperti itu. Mereka hanya sekumpulan orang milenial, mereka lebih menyukai hal yang instan ketimbang hal yang rumit."
Setelah berbicara panjang lebar, Samuel pun akhirnya terdiam. Dia melipatkan kedua lengannya itu didadanya sembari terus memperhatikan Clara.
Clara pun masih terdiam, sampai mana dia benar-benar menghampiri orang yang dikiranya adalah Justin. Clara pun menghampiri orang itu sambil berjalan marah, dengan kedua tangan yang sengaja dia kepalkan.
Brukkk ....
....
Dengan seketika, guci besar yang beriskan kepala Justin itu hancur berkeping-keping karena dipukul oleh Clara.
Samuel yang melihatnya pun merasa sangat terkejut, padahal Clara hanya orang biasa yang tak memiliki kekuatan apa pun di dalam dirinya itu.
Wajah Samuel kini telah berubah, jauh dari perasaan sebelumnya. Sekarang dia terlihat begitu ketakutan, sampai-sampai dia juga dibuat merinding oleh wanita yang merupakan kekasih dari sahabatnya itu.
"Apakah anda Justin? apakah anda sudah lupa dengan janji anda yang semalam," ucap Clara terlihat sangat marah. Kala itu raut wajahnya terlihat begitu menyeramkan, sikapnya sudah hampir menyamai sikap seorang pembunuh. Dengan kedua tangannya yang dikepalkan itu, dia sudah siap memukul wajah Justin.
Justin yang baru saja terbangun dari tidurnya itu, tanpa sadar dia melihat kekasihnya sudah ada di hadapannya dengan perasaan marahnya itu. Clara pun sudah siap memukul wajah Justin dengan tinjunya itu, sementara di sana Justin tidak bisa berbuat apa-apa selain berteriak sekencang mungkin.
"Ihhh ... , tidakkk ... !", teriak Justin yang sudah tak berdaya itu.
Bakkk, bukkk ....
Samuel membuang wajahnya, dia pun ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh sahabatnya itu di sana, bahkan tubuh Samuel pun ikut memberikan reaksi kesakitan yang sama seperti yang Justin rasakan di sana.
Clara memang wanita posesif, wanita yang mudah terbawa persaan buruknya, wanita yang suka mencari-cari kesalahan pasangannya, wanita yang selalu membesarkan masalah-masalah kecil, pemarah, dan juga keras kepala.
Namun, di balik semua itu, sebenarnya Clara adalah wanita yang sangat baik, ramah kepada semua orang, dia tidak pelit, penyayang, dan yang pastinya dia adalah wanita cantik yang selalu menyayangi Justin bersama kekurangan Justin. Mereka sudah berpacaran selama 2 tahun, Justin memacarinya ketika Clara masih bersekolah di sekolah menengah atas, dan umur dia sekarang 23 tahun.
"Aduhhh ... ," ucap Justin memelas. Kala itu wajahnya terlihat begitu berantakan sekali,
Wajah memelas Justin terlihat begitu memprihatinkan. Samuel tidak tega melihatnya, namun ia tak bisa berbuat apa-apa selain memberikan reaksi senyuman tipis penuh kebingungannya.
"Sungguh sangat menyeramkan, malang sekali nasibmu Jes, untung saja saat ini saya masih sendiri, walaupun ... ," ucap Samuel dalam hati seraya tersenyum tipis dengan tatapan terkejutnya.
"Walaupun, aku merasa sangat kesepian, huhu ... , andai saja aku memiliki pasangan yang baik, mungkin saat ini dia akan memperhatikan aku," jerit hati Samuel penuh kesedihan.
Sementara itu, setelah Clara memukuli Justin, dia pun pergi meninggalkan Justin seorang diri. Dan tak lama kemudian Clara datang kembali dengan membawa mikrofon ditangannya.
Pada saat itu juga Clara berteriak sekeras mungkin untuk membangunkan semua orang yang sedang tertidur di dalan sana.
"Bangunnn ... !", teriak Clara dalam mikrofon itu.
Dengan seketika semua orang yang berada di dalam sana terkejut ketika mendengar suara teriakan dari Clara itu.
Nginggg ....
Suara mikrofon yang berdenging.
Saking kerasnya suara yang dihasilkan dari teriakan Clara itu, mikrofon yang dia genggam pun menjadi rusak.
Semua orang menutup telinganya di sana, tapi tidak dengan Clara yang masih terlihat kesal itu. Hari ini panggung benar-benar dimenangkan oleh Clara seorang.
Samuel hanya berdiam diri saja, dan sekarang dia tak menunjukan sedikit pun aksi mengagumkannya itu dikarenakan Clara telah mengambil semua perannya di sana.