Kejadian pilu pun tak terduga menimpa Bjorn, para polisi menuduh dia sebagai kaki tangan seorang kriminal dan akhirnya ditembak mati secara tragis.
Bjorn yang tidak tahu alasannya mengapa dirinya harus mati pun terbangun dari kematiannya, tetapi ini bukanlah Akhirat.. Melainkan dunia Kayangan tempat berkumpulnya legenda-legenda mitologi dunia.
Walau sulit menerima kenyataan kalau dirinya telah mati dan berada di dunia yang berbeda, Bjorn mulai membiasakan hidup baru nya dirumah sederhana bersama orang-orang yang menerima nya dengan hangat. Mencoba melupakan masa lalunya sebagai seorang petarung.
Sampai saat desa yang ia tinggali, dibantai habis oleh tentara bezirah hitam misterius. Bjorn yang mengutuk tindakan tersebut menjadi menggila, dan memutuskan untuk berkelana memecahkan teka-teki dunia ini.
Perjalanan panjangnya pun dimulai ketika dia bertemu dengan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dengan dirinya.
(REVISI BERLANJUT)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudha Lavera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Penjaga hutan
"Bangun" Amoria mencoba membangunkan Bjorn, menggoyangkan bahunya yang sedang tertidur di sandaran pohon "Hmm..?" mencoba membuka mata dengan menyipitkan matanya "Sial. Aku kesiangan" ucap Bjorn.
Matahari berada diatas kepala mereka, sudah jelas kalau sekarang sudah tengah hari "Paman sudah bangun? ..Aku tidak tega membangunkanmu karena kau berjaga malam sendirian, jadi aku menunggu sampai kau bangun sendiri. Ternyata kau tidak juga bangun" Neil mendekati Bjorn dan kemudian dielus kepalanya "Maaf, ya"
"Ah, tidak apa" senyum senang Neil yang sedang dielus kepalanya.
"Baiklah, ayo kita lanjut jalan"
"Ayooo" sahut Neil.
Neil meloncat ke sisi seberang sungai, loncatan itu terbilang cukup jauh untuk kemampuan manusia biasa, karena jarak antar hutan ke hutan lain sekitar 40meter "Hei, Neil. Kau meloncat sejauh itu? Kau berencana meninggalkanku sendirian disini?" ucap Amoria.
"Ini tidak terlalu jauh kok, jadi aku tidak perlu berenang untuk menyebrangi sungai ini" balasnya dari sisi lain hutan sambil melambaikan tangan.
Amoria masih terkejut dengan loncatannya, bagaimana bisa manusia biasa melakukan hal tersebut "Ayo cepat, loncat lah" ucap Bjorn yang berdiri dibelakangnya.
Amoria tahu, dirinya tidak akan bisa sampai kesana hanya dengan meloncat, tetapi dia mencoba untuk meyakinkan Bjorn dengan memintanya menggendong loncat sampai ke seberang "Ya-yah.. Aku sih tidak keberatan jika kau mau menggendongku sampai ke seberang sana. Ehmm.. Bukannya aku murahan, tapi ini untuk mempercepat perjalanan kita" ucap Amoria yang wajahnya malu-malu kemerahan dan mengibas-kibas rambutnya.
"Oh, begitu ya" Bjorn mengangkat tubuh Amoria dengan postur seperti siap untuk mengendongnya. Mata Amoria pun berbinar kagum dengan ketampanan wajah Bjorn dari dekat.
Tetapi Bjorn melangkahkan satu kaki kedepan dengan kuda-kuda Karate. Amoria pun dilemparnya hinga ke seberang sungai "E-eehhhh!" Neil yang sedang menunggu diseberang. Bukannya menangkap Amoria, tapi justru malah menghindar "Maaf, mbak Amoria. Aku tahu kau berat"
"Dasar tidak sopan!"
****
Mereka bertiga berjalan memasuki hutan lebih dalam, Bjorn berjalan dibelakang Amoria dan Neil, untuk mengantisipasi setiap ancaman yang datang. Semakin mereka jauh berjalan, Bjorn semakin mencium bau asing dihidungnya, bau ini sudah tercium semenjak mereka menyebrangi sungai, tapi hanya Bjorn yang menyadari kejanggalan itu.
Menghentikan tapakan kakinya, Bjorn mengatakan hal yang tak terduga "Keluarlah, aku tahu kau bersembunyi" setelah mengatakan kalimat itu, sebuah busur panah menyambar kewajah Bjorn dengan cepat, dia pun reflek menangkap busur tersebut dengan santai menggunakan tangan satu, Amoria dan Neil yang bahkan telat menyadari hal singkat itu, menoleh terkejut ke arah Bjorn yang ada dibelakangnya "Bukankah sudah ku bilang, keluar" mematahkan busur panas itu dengan genggamannya yang berada tepat didepan wajah.
"Kau cukup diluar nalar, manusia. Kau orang pertama yang bisa menangkap busur panahku" ucap pria Elf berjubah hijau diatas pepohonan.
"Aku sudah menunggu kehadiranmu sejak semalam" sambung Elf misterius tersebut.
Suku Elf adalah, suku dengan ras yang memiliki umur panjang dan awet muda, mereka memiliki telinga yang agak panjang dari ukuran telinga normal manusia, dan berambut pirang kekuningan, mereka juga dikenal sebagai ahli pemanah dan sihir angin. Siapa sangka, suku Elf yang sangat menjauhi konflik dari segi apapun, malah muncul mendatangi mereka bertiga. Pria Elf yang tiba-tiba muncul tersebut bernama Sulpha.
"Hoi, kau itu siapa?" tanya Neil menunjuk dirinya.
"Salam kenal, namaku Sulpha Branos" jawabnya.
Neil dan Amoria yang mendengar nama nya terkejut, mereka terkejut bukan karena mengenal nama itu, tetapi karena nama belakangnya. Sudah dijelaskan bahwa nama belakang hanya untuk kalangan bangsawan, dan tidak seharusnya Elf seperti dirinya memiliki nama seperti itu. Bahkan, nama-nama dari tiap pemimpin Ras tidak memiliki nama belakang.
"Lalu, apa maksudmu menguntit kami?" tanya Bjorn.
"Aku mendengar pembicaraan kalian semalam, jadi aku berniat untuk memastikan tujuan kalian pergi kesana"
"Apa pedulimu?"
"Karena aku, memiliki darah bangsawan"
"Bangsawan? Apa itu artinya kau tahu penyebab pembantaian brutal oleh sekte naga air?"
"Bodoh, desa Elf tempatku tinggal sudah hangus terbakar, darimana aku bisa tahu alasan mereka melakukan itu"
Kejadian yang dialami Sulpha sama dengan apa yang Bjorn dan Neil alami, desa tempat mereka tinggal dibantai habis dan dihanguskan.. Sekilas tujuan mereka terlihat seperti ingin menghapus setiap ras yang tidak memuja Naga air.
"Dan kau, kenapa kupingmu tidak panjang?" Sulpha menunjuk Bjorn.
"Panjang? Apa kau pikir aku sama seperti dirimu?"
"Lalu apa maksud dari warna rambutmu, dan juga, gadis kecil disana memiliki rambut yang sama sepertiku"
"Kami berdua manusia biasa.. Cukup bertanya nya"
"Ah, kalau begitu maaf. Sepertinya kalian berdua adalah Elf yang selamat dari sekte naga air dan dicuci otaknya hingga lupa ingatan" Sulpha loncat turun dari pohon dan berjalan mendekati mereka.
Neil mencoba meyakinkan Sulpha "Hei, sudah paman bilang, kalau kami man-" menepuk bahu Neil sambil berkata "Aku turut prihatin. Aku akan membantu kalian menemukan ingatan kalian" bertingkah sok keren, nada bicaranya seolah dia bisa menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Sambil menoleh kesebelahnya "Dan, Kau wanita anggun. Siapa dirimu?" Tanya Sulpha.
"Aku? Amoria"
Sulpha tanpa sadar memegangi mulutnya, maksud dari tingkahnya tersebut adalah menutupi mulutnya yang sedang terkejut menganga, tidak pernah terpikirkan olehnya kalau dia akan bertemu dengan ratu selatan disini. Ratu Amoria terkenal dengan keramahannya yang sangat membantu aktivitas Elf didekat sungai, dia selalu melindungi para Elf dari monster laut yang mencoba menyerang mereka.
"Baiklah, sudah cukup bagiku untuk menjaga hutan ini dari tentara Asmadeus, lagi pula desaku sudah tidak ada, dan tidak ada alasan lagi bagiku untuk melindungi hutan ini" Ucap Sulpha.
"Kau, yang disana. Bjorn, aku akan ikut denganmu ke pusat kota" Sulpha, yang sebelumnya tidak ada niatan sama sekali untuk meninggalkan hutan ini, Malah memilih untuk pergi bersama Bjorn karena ketertarikannya untuk berada di dekat Amoria. Alasannya ingin dekat dengan Amoria adalah karena sifat bijaknya yang sangat ia kagumi.
"Tidak, kembali lah ketempatmu berasal" tolakan Bjorn dengan mata dingin.
"Heh?!" Sulpha terkejut dengan tolakan Bjorn, karena dia merasa dirinya memiliki kapabilitas untuk bisa menguatkan regu ini dari kendala yang akan dihadapi nantinya. Tapi justru tolakan barusan terdengar seperti dia tidak dibutuhkan.
"Terserah, jika kau ingin menguntit, lakukanlah. Tapi jika kau sampai mengganggu kami, aku akan segera mematahkan lehermu" Ucap Bjorn sambil jalan melewati Sulpha.
"Dengan senang hati, aku akan memberikan segala yang kumiliki" mengepalkan tangannya dihati.
"Dasar pria aneh" Ucap Neil.
Neil ikut berjalan setelah Bjorn melewatinya dari samping "Paman, apakah tidak apa-apa jika orang itu ikut bersama kami?"
"Ada apa Neil? Bukankah kau biasanya senang dengan orang ramai?" jawab Bjorn.
"Aku tidak suka pria itu, dia mencoba menyerang paman" sahut Neil memonyongkan bibirnya dengan sebal.
Bjorn mengelus kepalanya "Tenang saja, Neil. Aku tidak lemah, kok" dengan senyum dia menjawab Neil.
Sejauh ini, dia hanya ramah dan menyayangi Neil seorang, Bjorn masih belum bisa menganggap ras lain adalah ras yang bisa dianggap teman, karena dia tidak tahu asal-usul dan kepribadian tiap makhluk asing di dunia ini. Lagi pula alasan dia menyayangi Neil adalah karena dia sangat akrab dengan mendiang Sveilla layaknya kakak perempuan, dan menganggap Neil seperti keponakannya sendiri.
"Ah, iya, kau.. Sulpha, seberapa jauh bidikan panahmu?"
"Hmm.. Mungkin sekitar sejauh elang memandang"
"Kalau begitu, malam ini aku ingin makan daging burung"
"Dengan senang hati"