Tanah yang di jadikannya sandaran. Key Lin hidup di dunia yang bukan miliknya. Keras, dan penuh penindasan. Keadilan bagaimana mungkin ada? Bagi bocah yang mengais makanan dari tempat sampah. Apa yang bisa dia sebut sebagai keadilan di dunia ini?
Dia bukan dari sana. Sebagai seorang anak kecil bermata sipit penjual koran di barat, apakah di akan selamat dari kekejaman dunia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jauhadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Hari Pertama [Key Lin Tumbuh di Bumi Barat
Hari berganti hari. Dan malam berganti malam.
Malam hari, Key Lin menyiapkan perlengkapan sekolah yang telah dia beli tadi siang. Tabungan yang dia pegang sendiri sudah lebih dari cukup untuk membeli itu semua, dia tidak harus meminta uang tabungannya pada Shoe.
Alex Lin melihat itu semua. Adiknya yang sedang menata buku-buku, membuat Alex merasa tak berguna. Karena dia tidak pernah membelikan kebutuhan adiknya. Key selalu menolaknya dengan alasan dia sudah punya.
Tapi kali ini setidaknya Alex ingin memberikan sesuatu. Setidaknya dia ingin bertanggung jawab sebagai seorang kakak, dia sadar jika dirinya tidak bisa menuntut Frederick untuk merawat Key Lin, karena di samping semua hal, Alex adalah kakak kandung Key Lin, sementara Frederick hanya ayah tiri Key Lin.
Dia merenungi tindakannya yang memaksa ayahnya untuk berbuat baik pada Key Lin selama ini. Dia menyadari kesalahannya mengabaikan tanggung jawabnya sendiri pada adiknya.
Di saat dia sadar dia mulai mendekati adik kecilnya. Dia mendekati Key dengan hati-hati. Berharap niatnya di terima oleh adiknya yang mandiri itu. Key Lin yang mulai selesai dengan barang sekolahnya pun hendak beranjak tidur. Itulah kesempatan Alex.
"Key, apa kau perlu sesuatu?" Alex bertanya dengan canggung, dia tak tahu mesti berkata seperti apa? Dia selalu di tolak oleh Key Lin jika bertanya seperti itu, tapi ketidak pekaannya mungkin juga salah satu alasan niatnya di tolak selama ini.
"Tidak ada." Key Lin selalu cuek dengan Alex, dan dia merasa memang sedang tidak butuh apapun.
"Sekolah perlu seragam, aku hanya ingin memberimu uang untuk membayarnya. Anggap saja ini uang bulanan dari gajiku." Alex menyodorkan sebuah amplop dengan uang yang dia peroleh dari bekerja.
"Tidak perlu, seragam di sekolah gratis. Seragamnya ada di lemari. Aku sudah mengambilnya." Ucap Key Lin.
Saat itu Frederick tidak sengaja mendengar kata-kata Key Lin. Dia terkejut dengan apa yang di ucapkan si bungsu.
"Sungguh tidak perlu bayar seragam? Kau bercanda? Saat nenekmu menyekolahkan keparat ini, dia harus beli seragam." Balas Frederick menunjuk Alex.
Alex terdiam, dia sama terkejutnya dengan Frederick.
"Aku tidak bohong, kepala sekolah bilang padaku waktu itu jika aku bisa dapat beasiswa, karena aku pintar, dan berbakat. Jadi tidak perlu membayar sekolah. " Balas Key Lin.
Frederick mendelik tidak percaya, tapi yang ada di lemari Key Lin memang benar adalah seragam sekolah. Dan itu bukan sekolah biasa, melainkan sekolah unggulan yang terkenal seragam, dan uang gedungnya yang mahal.
"Kenapa dulu nenekmu harus membayar uang seragam Alex? Apa kau tidak lebih pintar dari dia?" Frederick bertanya dengan nada bercanda. Alex pun juga sama, dia tanggapi ayahnya dengan nada bercanda pula.
Di saat itu Key merasa jika keluarga miliknya kembali menghangat. Dia merasa memiliki keluarga setelah sekian lama. Ayahnya yang sama sekali tidak peduli mulai menumbuhkan rasa sayang pada anak kecil itu. Dan kakaknya yang jarang pulang, dan selalu bertengkar dengan ayahnya jika di rumah mulai membiasakan diri untuk bergurau dengan ayahnya.
Key Lin meminta ijin untuk pergi tidur. Dia tidur malam hari dengan lebih segar dari sebelumnya. Tidurnya nyenyak, lebih dari malam-malam sebelumnya.
Ayam tetangga yang berkokok di pagi hari. Sangat jarang, tapi berisik, membuat sebagian penghuni komplek perumahan kumuh terbangun.
Key Lin bangun pagi, di sana dia menyapa nyonya tua Zhao. Dia adalah tetangga yang baru pindah dari Pecinan di kota itu. Ayah Key akrab dengan wanita tua itu, sejak itu sikap ayahnya jadi lebih baik, dia jadi tidak berjudi lagi. Meski masih suka mabuk, tapi tidak pernah berjudi lagi.
"Nyonya apa itu ayam barumu?" Tanya Key ramah, dia tidak terlalu suka warga di lingkungan kumuh itu. Karena tidak banyak orang baik di sana. Kau lebih baik berteman dengan preman, wanita tua atau anak-anak, dari pada orang berpenampilan rapi di sana. Karena preman di sana bahkan lebih jujur dari pada orang-orang dengan pakaian rapi itu.
"Ya, suamiku kemarin menang lotre, jadi karena janji beli peliharaan untukku dia kasih aku ayam jantan, dan betina. Hahaha.." Nenek tua Zhou tertawa renyah. Dia sangat bahagia mendapatkan ayamnya. Sudah lama dia ingin memelihara ayam, katanya dari dulu dia ingin beternak ayam. Tapi baru hari itu bisa membeli benih ayam yang bagus.
Key Lin tersenyum senang untuk Nyonya Zhou. Dia lalu masuk kembali ke dalam rumah. Memasak untuk Alex, dan Frederick, dua orang payah yang selalu bertengkar saat pagi. Sebelum mereka berdua bangun, key memutuskan untuk bangun lebih dulu. Membawa bekalnya, dan pergi agar tidak mendengar dua setan itu berkelahi.
...
Key selesai memasak dalam setengah jam. Dia hanya memasak hidangan sederhana orang timur. Nasi, dan oseng jamur, itu adalah jenis makanan yang tidak pernah di masak ibu maupun neneknya semasa mereka hidup, karena mahal. Tapi Alex kembali dengan gaji yang lebih besar dari gaji Frederick, membuat keluarga itu sejahtera dalam semalam.
Key tidak khawatir soal uang, tapi dia juga tidak boros. Dia senang bisa mencoba resep yang di ajarkan nyonya Zhou. Setelah membereskan bekalnya, dia mengambil tas selempang miliknya, dan membawa sepiring lainnya keluar.
Saat dia hendak melewati pintu, Alex dengan kebiasaan menahan orang di pintu menghalangi jalan Key Lin.
"Mau kemana?" Sapa Alex dengan wajah yang masih bekas bantal.
"Berangkat sekolah, aku akan mengantar ini lebih dulu ke nyonya Zhou tetangga kita." Ujar Key Lin.
Alex mengangguk, dan berkata jika dia akan mengantarkan Key Lin ke sekolah, dia meminta Key Lin untuk mengantarkan apa yang ingin di antarkan ke rumah keluarga Zhou.
Beberapa menit berlalu. Alex sudah selesai mandi, dan sarapan. Frederick yang baru bangun, karena mencium aroma jamur pun segera cuci muka, dan tangan, lalu segera mengangkat mangkuknya.
"Siapa yang memasak?" Frederick dengan mulut penuh nasi mengunyah sambil berbicara.
"Key yang memasak." Jawab Alex sambil membetulkan kerah bajunya. Frederick hanya mengangguk, tidak berkata apapun lagi.
Dalam hati Frederick berkata jika makanan Key lebih enak dari yang Alex masak. Tapi dia tidak mengungkapkan itu. Dia tidak ingin Alex tersinggung, bagaimanapun juga Frederick tahu tata Krama.
Frederick melihat Alex yang sudah rapi, dia lalu melambaikan tangan menyuruh Alex segera pergi dengan Key. Alex yang mengerti pun segera menuruti ayahnya.
Dia melihat Key menunggu di depan rumah. Dia lalu menggandeng adiknya. Saat tiba di gang Dolly, Key meminta Alex agar jangan lewat sana. Alex memutuskan untuk mengikuti arahan Key Lin.
Dia tahu adiknya begitu berpengalaman. Hari pertama sekolah adiknya yang unik. Dia tidak percaya jika dia menghindari preman, padahal Alex justru adalah mantan preman di daerah lain.
Mereka sampai di sebuah toko. Alex tahu siapa yang ingin di temui Key Lin. Seorang gadis bernama Shoe.
"Kenapa pergi ke toko milik Shoe? Kau libur kerjakan saat jam sekolah?" Tanya Alex heran.
"Aku janji pada adiknya Shoe untuk berangkat bersama." Balas Key terus terang.
Alex mengerti, dia hanya mengangguk saja.
Sepertinya hanya Key Lin yang di hari pertama sekolah malah berjanji pada adik bosnya untuk berangkat sekolah bersama dengan berjalan kaki. Bukannya naik bus atau semacamnya.