kisah cinta dalam perjodohan, penuh luka dan air mata, hanya Demi mewujudkan wasian terahir dari kedua orang tuanya ia rela menikah tanpa cinta...
bagaimana. selajutnya apakah pernikahan dan juga cintanya bersambut atau hanya menambah luka di hatinya...
ikuti terus sahabat Nana imuet.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon salsabilaimuet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hati pernikahan
Hati berganti satu Minggu sudah berlalu, hari ini acara pernikahan falinda dan juga Gautama diadakan secara sederhana, karena itu keinginan keduanya, bahkan Gautama Tidak ingin banyak orang yang tahu bahkan sahabat nya ia hanya memberi tahu asisten yang setiap saat menemaninya..
"Apa sudah siap nak." tanya papa Abraham.
"Siap pa.."
dengan menjabat tangan pak penghulu ijab kabul yang di lakukan dengan sederhana di rumah kediaman almarhum ke dua orang tuanya dengan hitmad,
Setelah ijab kabul selesai, falinda keluar dan di bantu mama Laura untuk keluar menghampiri suaminya, dan mengulurkan tangan setelah selesai keluarga pun berfoto sesi keluarga, Gautama hanya acuh, bahkan ia sedikit cuek saat falinda mencium tangan suaminya. Dan Gautama pun mengecup ubun-ubun istrinya dengan bisikan.
"Selamat menempuh di neraka yang sesungguhnya falin." bisik Gautama. Di telinga falinda.
Deg
Falinda diam membisu dan bertanya-tanya apa yang ia dengar, ia juga bingung, ia mengira akan bahagia menikah dengan sang mantan cinta pertama yang masih setia mengisi hatinya.
"Selamat ya nak, semoga samawa," dengan memeluk tubuh Falinda.
falinda hanya terdiam saat di peluk oleh mama Laura, setetes air mata jatuh tak terhindarkan.
Tibalah di kediaman orang tua Gautama, falin berjalan beriringan dengan Gautama dan juga kedua orang tua. Falin merasa sungkan saat memasuki rumah mertuanya itu, ia sadar Gautama menikahi dirinya hanya sebatas kasihan mungkin, jika cinta Tidak akan mungkin mengingat tatapan mata Gautama terhadap dirinya saat bertukar cincin setelah ijab kabul.
"Selamat malam tuan dan nyonya." ucap salah satu art yang menyambut mereka didepan pintu.
"Selamat malam bi, perkenalkan Bik, ini menantu baru di rumah ini namanya falinda." mama laura mengenalkan falinda kepada sang art.
"Selamat malam bi."
"Malam Nona muda." jawabnya bibi dengan membukukan biasanya.
"Nak ajak istrimu ke kamar mungkin nak falin butuh istirahat." ucap mama Laura yang tahu akan mimik wajah falinda ubah canggung.
"Baik ma.."
"Ayo.."ajaknya.
Gautama menggenggam tangan falinda hingga ke lantai atas di mana kamar Tama berada.
Dengan sedikit mencengkeram lengan falinda dan sedikit diseret, falinda hanya pasrah aja karena ia harus mengimbangi langkah Gautama yang kebar.
"Kak pelan-pelan, tanganku sakit kak." keluh falinda.
sedangkan Gautama bodoh amat dengan rengekan atau keluhan falinda ia tak perduli.
Sampai di lantai atas Gautama membuka pintu
Ceklek
Tampa aba-aba Gautama langsung mendorong tubuh Falinda hingga ia terjatuh diatas ranjang.
"Augh.." ringisnya..
Gautama mendekat kearah falinda.
"Neraka sudah di mulai, bukannya ini kan yang kamu mau." dengan mencengkeram dagu falinda.
Falinda hanya meringis menahan sakit, ia tak bisa berkata-kata jujur falinda sangat terkejut dengan sikap Tama yang berbanding berbalik dengan saat mereka menjalin hubungan,, dengan penuh telat ia memasang wajah suaminya.
"Kenapa kak, kenapa kakak begitu benci dengan aku, apa salahku, apa segitu hinanya aku di mata kakak." dengan suara yang bergetar falinda berbicara.
"Jangan berbicara lantang di hadapan ku, kamu hanya wanita sampah, demi mendapatkan kemewahan dan juga hidup enak kamu menjerat orang tuaku dengan wajah melasmu itu, mungkin jika kedua orang tuaku bisa kamu bohongi tapi bukan Dengan aku orangnya karena aku tak akan simpati dengan semua sandiwaramu, dan hentikan sebelum aku membuat dirimu menjadi lebih menderita cam kan itu." setelah mengucapkan ucapan itu Gautama pergi entah kemana.
Falinda hanya diam tergugu tangisnya pecah, jujur ia baru tahu sisi jahat Gautama setelah menikah, bahkan ia terkejut dengan perubahan sikap suaminya,
"Apa salahku kak sehingga engkau benci itu, apa aku pernah buat salah dengan mu..."batin falinda yang bertanya-tanya..
Malam ini falinda tidur sendiri seharusnya malam pertama yang di arungi dengan suka cita berdua harus falinda lewati seorang diri karena sang suami pergi entah kemana dan belum kembali, hingga larut malam falinda menunggu sang suami pulang, tapi hingga dini hari tidak terlihat batang hidungnya muncul.
Sedangkan Gautama yang di tunggu berada di sebuah club malam, Tama sedang dalam keadaan mabuk, ia juga menumpahkan kekesalannya terhadap falinda.
"Ingat falin hidupmu tidak akan bahagia, apa yang pernah kamu lakukan terhadap ku, tunggulah pembalasanku falin..." racaunya..
Sedangkan sang sang sahabat berusaha untuk mengajak Gautama pulang karena sudah dini hari.
"Pulang tam, jangan siksa diri low dengan minuman yang ngerusak badan Lo, gue anterin lo pulang ya." ucap Felix sang asisten sekaligus sahabat terdekatnya Gautama.
"Gae benci Lo falin, tega low hianati gue, Lo tahu kan sakitnya kayak gimana, low gak akan tahh karena Lo gak ngerasain jadi gue, yang masih sayang-sayangnya di hianati dan di sakiti. Lo gak akan rasain itu Felix." dengan racauan yang masih terngiang di telinga Felix ia langsung mengajak Gautama untuk pulang.
"Huek."
"Huek"
"Siit.."
"Pake acara muntah lagi, ich dasar, " Felix memapah tubuh jangkung Gautama dengan kesusahan karena dia sudah teler dan tak tahu apa-apa.
Sesampainya di rumah besar ia sengaja membawa Tama sampai lantai atas ia juga sengaja bilang ke pada art untuk tak memberi tahu keadaan Tama yang sekarang ini, sampai di lantai atas ia membuka pintu.
Ceklek
Falinda yang mendengar pintu di buka segera berdiri ia akan menyambut suaminya sayang walaupun ia tak di harapkan.
"Kak Tama..." falinda langsung menghampiri Gautama dan juga Felix.
"Bantu aku membaringkan tuan muda ke atas ranjang Nona.." ujar Felix.
"Iya kak, maaf kenapa dengan kak Tama." falinda langsung membantu memapah suaminya dan membaringkannya..
"Hanya mabuk, maaf nona saya pamit undur diri karena sudah malam.." ucap Felix yang ingin undur diri.
"Makasih ya kak, sudah membawa kak Tama pulang dengan selamat." ucapnya..
"Sama-sama nona."
setelah kepergian Felix, falinda langsung melepas pakaian dan juga sepatu yang masi melekat di tubuh suaminya, ia ingin suaminya tidur dengan nyaman, walaupun dalam hati ia sedikit ragu tapi ia tahu akan hal itu tapi ia juga tak ingin suaminya memakai pakaian yang Tidka nyaman.
setelah selesai ia memandang wajah suaminya dengan seksama..
"Kamu itu tampan kak seperti dulu. Tapi kenapa sekarang kakak menjadi seperti ini apa yang kakak alami selama ini, kuharap kakak jangan sampai terjerumus ke dalam lembah dosa lagi, falin cinta sama kakak hingga dulu sampai sekarang .." falin mengecup pipi suaminya, dan tidur di samping suaminya.
Brak..
kl falinda ttp bertahan ya perempuan pling bodoh, bertahan krn cinta pa krn harta, secara kn suaminya kaya.
dinikahi lelaki kaya kl mkn hati tiap hari ya ogah lah, mnding cpt cerai upgrade diri jd wanita sukses, jd nnti bisa dpt jodoh yg lbih keren.
hidup cm sekali dah penyakitan mnding cerai sembuhin diri hidup bhgia paling tidak seandainya gk sembuh bisa menikmati hidup dng bhgia.