~Silahkan baca karya sebelumnya "Tiba-tiba Jadi Istri Pak Guru" supaya paham alurnya.
"Aku suka sama kamu"
"Tapi aku sudah menikah"
"Aku tunggu jandamu"
"Silakan saja"
Tidak ada yang menyangka, wanita yang menjadi dambaannya sejak lama ternyata istri dari sahabat nya sendiri.
Namun tidak ada yang mustahil di dunia ini, jodoh pasti bertemu.
Rafasya Dimas Anggara sejak lama mengagumi Tisya Andini, berulang kali dia menyatakan cinta pada Tisya namun Tisya selalu menolaknya. Tapi Dimas tidak menyerah begitu saja, setiap malam ia selalu meminta pada Tuhan untuk mempersatukan mereka.
Bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ssabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya Dimas dan Tisya langsung pergi meninggalkan kantor.
Mereka berhenti di sebuah pusat perbelanjaan di kota itu untuk membeli beberapa keperluan rumah.
Dimas mengambil troli belanja kemudian mendorongnya di belakang Tisya.
Sedangkan Tisya berjalan di depan sambil memasukkan barang belanjaannya ke dalam troli.
Tak butuh waktu lama Troli belanjaan yang didorong oleh Dimas sudah terisi penuh. Mereka berdua mengantre di kasir untuk membayarnya.
"Nih sayang." Dimas memberikan kartu debitnya dari dalam dompet dan memberikan kepada Tisya.
"Pakai punya aku aja kak." Jawab Tisya.
"Ya udah kalau gitu." Ucap Dimas. Ia memasukkan kembali kartu debitnya ke dalam dompetnya.
Tisya mencibirnya, karena Dimas tidak memaksanya seperti dulu lagi.
Setelah selesai membayar Dimas membawa dua kantong belanja besar di kedua tangannya sedangkan Tisya hanya memegang satu kantong kecil di tangan kirinya.
"Kak aku capek banget, beli yang segar-segar dulu yuk." Ucap Tisya.
"Ya udah ayo, tapi kakak ke mobil dulu ya naruh belanjaannya." Ucap Dimas.
"Iya kak, aku ke sana duluan ya sekalian mau pesan biar ga nunggu lama." Jawab Tisya.
Dimas berjalan menuju ke parkiran sambil membawa tentangan di kedua tangannya. Saat ia hendak keluar dari pintu tidak sengaja ia berpapasan dengan seorang wanita.
"Dimas." Panggil wanita itu.
Langkah kaki Dimas berhenti, ia menoleh ke arah wanita yang memanggilnya itu.
"Sendirian aja, belanja sebanyak ini buat apa?" Tanya Jessika.
"Bukan urusan kamu." Jawab Dimas ketus.
"Ya ya ya memang bukan urusan aku sih, tapi mumpung kita ketemu di sini makan bareng dulu yuk." Ajak Jessika.
"Istri saya sudah nungguin." Jawab Dimas.
Dimas pergi meninggalkan Jessika lalu ia berjalan ke arah mobilnya yang terparkir.
Setibanya di belakang mobilnya Dimas meletakkan barang belanjaannya di lantai setelah itu ia membuka bagasi mobilnya dan memasukkan belanjaannya di sana.
"Huft ternyata belanja tidak semenyenangkan yang Tisya ceritakan." Ucap Dimas.
Setelah menutup kembali bagasinya Dimas langsung bergegas menyusul istrinya di dalam mall itu.
Namun ketika ia melintasi toko yang menjual pakaian dan tas ia tidak sengaja bertemu dengan Juan.
Dimas memanggil Juan dan menghampirinya.
"Juan" Panggil Dimas.
Juan menoleh ke belakang ketika mendengar suara bosnya itu.
"Ngapain kamu di sini?" Tanya Dimas.
"Emm...."
Dimas celingukan melihat sekeliling toko itu dan matanya menangkap sosok wanita yang ia kenali sedang berdiri di depan tas-tas yang terpajang.
Dimas menahan tawanya.
"Nganterin Stefi?" Tanya Dimas.
"Hehe iya." Jawab Juan menahan malu.
"Sukses bro." Ucap Dimas sambil menepuk bahu Juan kemudian ia pergi berlalu meninggalkan Juan.
Dimas kembali melangkahkan kakinya mencari istrinya.
"Kemana perginya istri gue, katanya tadi nunggu di sini." Ucap Dimas lirih.
Dimas merogoh kantong kemejanya untuk mencari ponselnya namun ia baru ingat kalau ponselnya ada di dalam tas istrinya.
Dimas celingukan mencari istrinya. Hingga akhirnya ia mendengar suara istrinya memanggilnya.
"Kak Dimas." Panggil Tisya dari belakang.
Dimas menoleh ke belakang dan 'degh' Dimas kaget pasalnya saat ini Tisya tidak sendirian.
"Ngapain Jessika di sini sama Tisya." Ucap Dimas dalam hati.
Tak hanya Dimas yang kaget, Jessika pun juga sama.
Ia tidak menyangka jika selama ini ia sedang bekerja sama dengan istri dari mantannya.
"Ooo jadi Tisya ini istrinya Dimas, bagus deh kalau gitu." Ucap Jessika.
"Kak kenalin ini Jessika, model di butik aku." Ucap Tisya.
"Dimas"
"Jessika." Ucap Jessika.
Tisya mengajak Dimas dan Jessika duduk di bangku yang kosong lalu ia memanggil pegawai di sana dan memesan beberapa makanan.
"Kak maaf ya tadi aku belum sempat pesan makanan soalnya tadi tiba-tiba ketemu Jessika di sini sekalian deh aku ajak dia jalan-jalan sebentar." Ucap Tisya.
"Iya ga papa." Jawab Dimas.
Tisya asik mengobrol dengan Jessika sedangkan Dimas hanya diam saja sambil memainkan ponselnya.
Sesekali Jessika curi-curi pandang ke arah Dimas namun Dimas tampak cuek.
Juan dan Stefi melintas di depan mereka, namun Dimas tidak menyadarinya.
"Kak ada Juan." Ucap Tisya.
"Juan." Panggil Tisya.
Juan dan Stefi berhenti di depan mereka.
Tisya memandang ke arah Stefi dengan tatapan bingung.
"Kamu Stefi ya." Ucap Tisya.
"Bu Tisya." Ucap Stefi berpura-pura kaget.
"Loh kalian saling kenal?" Tanya Dimas.
"Iya kak dulu Stefi jadi sekertarisnya Almarhum Mas Bian." Jawab Tisya.
Berhubung Juan dan Stefi juga mau makan di tempat itu mereka memilih untuk duduk di sebelah meja Tisya.
"Kamu kenal sama Bu Tisya?" Tanya Juan.
"Iya kenal, dulu gue kerja di kantornya suami Bu Tisya." Jawab Stefi.
Mata Stefi menatap ke arah Jessika yang duduk di samping Tisya. Ia merasa ada yang tidak beres di antara mereka.
"Bukannya itu model yang kemarin ya?" Stefi mencoba menggali informasi dari Juan
"Iya, katanya Pak Dimas ga suka sama dia, tapi kok mereka malah makan barsama sih." Ucap Juan.
Percuma, ternyata Juan juga tidak mengetahui masalah pribadi Dimas.
'Drt..drt...'
Ponsel Jessika terus bergetar. Ia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas kemudian pergi menjauh dari mereka untuk menjawab panggilan itu.
TBC