Demi menyelamatkan nama baik keluarganya, Audrey dipaksa menggantikan adik tirinya untuk menikahi Asher, seorang tuan muda yang dikenal cacat dan miskin. Audrey yang selama ini dianggap anak tiri yang tidak berharga, harus menanggung beban yang tak diinginkan siapa pun.
Namun, hidup Audrey berubah setelah memasuki dunia Asher. Di balik kekurangan fisiknya, Asher menyimpan rahasia besar yang bahkan keluarganya sendiri tak pernah tahu. Perlahan, Audrey mulai menyadari bahwa suaminya bukan pria biasa. Ada kekuatan, kekayaan, dan misteri yang tersembunyi di balik sosok pria yang diabaikan itu.
Ketika rahasia demi rahasia terungkap, Audrey mendapati dirinya terjebak di antara cinta, intrik, dan bahaya yang tak pernah ia bayangkan. Siapkah Audrey menghadapi kenyataan tentang Asher? Dan apakah takdir yang mempertemukan mereka adalah kutukan atau justru anugerah terbesar dalam hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qaeiy Gemilang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jatuh Hati?
Mereka berjalan menuju kamar Audrey, dengan Asher masih menggendong tubuh istrinya yang tak sadarkan diri. Saat tiba di kamar, Asher meletakkan tubuh Audrey di atas ranjang dengan hati-hati.
“Kane, segera siapkan peralatan medis.” Titah Asher.
Tanpa menjawab, Kane segera berlalu menuju lemari di sudut ruangan. Dia membuka lemari tersebut dan mengambil kotak peralatan medis beserta beberapa obat yang diperlukan.
Kane segera kembali ke sisi Asher dan menyerahkan kotak peralatan medis. Dia juga memberikan beberapa obat yang ia rasa diperlukan untuk mengatasi kondisi Audrey saat ini.
“Tuan, aku akan memeriksa keadaan Nyonya.”
“Baik, sekarang cek kondisinya dan beritahu apa yang terjadi padanya,” perintah Asher dengan perasaan cemas dan tak sabar.
Kane mengangguk dan mulai memeriksa Audrey. Asher duduk di samping ranjang, memegang tangan istrinya sambil menatap wajah pucat Audrey.
Setelah beberapa menit, Kane mengakhiri pemeriksaannya. “Tuan, Nyonya mengalami kelelahan fisik dan tekanan mental yang cukup berat. Selain itu, dia juga kekurangan nutrisi dan perlu istirahat yang cukup. Aku menyarankan agar Tuan membiarkannya beristirahat selama beberapa hari dan memastikan dia mendapatkan asupan nutrisi yang baik.”
‘Kekurangan asupan nutrisi? Apakah di keluarganya, dia tidak diberikan makanan yang cukup? Lalu tekanan mental? Bukankah wanita ini selalu hidup glamor? Itu artinya, wanita ini hidup dengan manja. Lantas mengapa malah sebaliknya?’ Nathan membatin mendengar penjelasan yang diberikan oleh Kane yang tampak berlawanan dari informasi yang Asher ketahui, bawah Callie adalah wanita yang kehidupannya mewah.
“Terima kasih, Kane. Sekarang, tugasmu merawat Callie dengan sebaik mungkin. Jika dia membutuhkan apapun, beritahu aku secepatnya,” ujar Asher dengan wajah yang tegang.
Kane mengangguk. “Baik, Tuan. Aku akan melakukannya. Namun Tuan, kaki anda baru saja pulih dan belum diijinkan untuk membawa sesuatu yang berat. Aku takut jika tulang anda akan bergeser dan bengkok," ucap Kane dengan penuh kekhawatiran.
Asher menatap ke arah kakinya, Asher baru beberapa bulan dapat berjalan normal setelah ia menjalani terapi. Maka dari itu, Asher masih menyembunyikan keadaannya sebelum dia benar-benar pulih.
Kini Asher menunduk dan menghela napas. "Aku tahu, Kane. Terima kasih sudah mengkhawatirkan ku."
"Kalau begitu, aku permisi, Tuan." Kane membungkuk, pria itu pun berlalu.
Kini suasana kamar menjadi tenang hanya dengan bunyi pernapasan Audrey yang teratur. "Tidurlah, semoga kamu cepat pulih." setelah berucap demikian, Asher pun berlalu dari kamar Audrey.
Sementara di luar kamar, Luwan mengikuti langkah Kane yang tengah melangkah. Kane merasa risih saat Luwan melakukan hal demikian.
"Luwan, untuk apa kamu mengikutiku seperti aku indukmu?" tanya Kane ketus.
“Kane, apakah ini awal untuk tuan membuka hatinya kepada wanita?” tanya Luwan dengan iris mata penuh harap.
“Mana aku tahu? Kamu tanya saja sendiri, jawabannya ada pada Tuan Asher. Kita hanya bisa menonton dan menjaga hubungan mereka,” jawab Kane, mencoba mengalihkan pertanyaan tersebut.
“Oh, itu benar,” Luwan mengangguk dengan wajah serius. “Tetapi, dari cara Tuan memperlakukan Nyonya, sepertinya tuan mulai peduli. Aku tak pernah melihatnya begitu pada siapa pun sebelumnya.”
“Aku pun memperhatikan itu,” kata Kane, mengakui adanya perubahan dalam sikap Asher. “Tapi kita tidak bisa memastikan apapun sekarang. Semua tergantung pada Tuan dan Nyonya. Kita hanya bisa berdoa agar mereka bahagia bersama.”
“Ya, kamu benar,” Luwan mengangguk. “ Semoga mereka mempunyai bayi. Aku tidak sabar melihat tuan bermesraan dengan nyonya seperti dracin. CEO dingin yang jatuh cinta, bukankah itu sungguh manis?” ucap Luwan.
“Contoh, adegan jatuh tangkap lalu pandang-pandangan, huaaa! Sweety sekali, Aw!” Luwan menangkup kedua pipinya yang memerah sambil membayangkan bagaimana Asher bersikap seperti apa yang dia bayangkan.
Kane menatap orang tua itu dengan wajah yang begitu geli. “Stop, Luwan, lihatlah wajahmu itu? Sungguh menjijikkan,” ujar Kane. “Sudah, aku ingin membuat makanan sesuai takaran Gizi untuk Nyonya!” sambung Kane lalu melangkah.
Luwan tersenyum lebar, mengabaikan komentar Kane tentang wajahnya yang menjijikkan. “Baiklah, keponakanku yang terkasih. Buatlah makanan yang sempurna untuk Nyonya, dan pastikan dia segera pulih! Kalau begitu, aku akan mengurus pekerjaan yang lain,” sahut Luwan dengan semangat tinggi.
Kane melambaikan tangan, mengejek Luwan yang berlalu dengan langkah gontai. Ia masuk ke dapur, memikirkan menu apa yang cocok untuk membantu memulihkan kondisi Audrey. “Hmm, mungkin sup ayam dengan sayuran dan nasi merah akan baik untuk memulai,” gumamnya.
Sementara itu, Asher kembali ke ruang kerjanya, merenungkan situasi yang baru saja terjadi. Baginya, melihat Audrey dalam keadaan lemah membuat hatinya berdebar kencang. “Apa aku mulai jatuh hati pada dia?” tanyanya dalam hati.
Asher mencoba mengalihkan perasaannya dengan mengerjakan berkas-berkas yang menumpuk di meja kerjanya. Namun, pikirannya terus kembali ke Audrey.
“Tidak, ini tidak benar! Ingat, Asher, pernikahan ini hanya batu loncatan untuk masuk ke keluarga Eadric. Jadi, Callie hanyalah umpan. Kamu tidak boleh menaruh hatimu kepada keluarga Barnes Colvin. Apalagi anak kedua dari keluarga itu, karena Callie adalah wanita yang tidak baik. Mungkin saat ini, Callie sedang berpura-pura menjadi wanita yang polos dan lugu,” Asher bergumam sambil mencoba menepis pikirannya dari Audrey.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Aaakkhh! Hentikan, tolong! Aku minta ampun!”
Di ruang bawah tanah itu, Carlos menjerit kesakitan saat tubuhnya tergantung dengan kedua tangannya dibelenggu oleh rantai besi dan satu algojo memberikan pecutan di tubuh Carlos menggunakan cambuk berduri.
“Kakak kedua, kamu bermain terlalu kasar. Jika Kakak kedua ingin menyingkirkan si cacat itu, Kakak seharusnya bermain halus dan cerdik. Sayang sekali kamu malah tergoda dengan Felice. Sungguh memalukan,” ucap Van dengan nada mengejek.
Tuan ketiga itu duduk di depan Carlos dengan wajah mengejek atas kelalaian sepupunya itu. Karena dalam misi, dia harus terjebak oleh permainan Asher. Yang berakhir mendapatkan hukuman cambuk oleh kakek mereka.
Van melanjutkan monolognya, “ Cahaya bulan tahun ini cukup indah, bukan? Sayangnya, kakak kedua malah menjalani malam yang tak menyenangkan di sini.”
Carlos menatap Van dengan penuh amarah, namun ia tak mampu mengeluarkan suara lagi. Tubuhnya yang lemah membuatnya tidak mampu melawan.
Van bangkit dari kursinya dan berjalan mendekati Carlos yang tergantung lemah. “Aku menyarankan, lupakan rencanamu yang bodoh itu. Aku Pikir sebaiknya kamu fokus untuk menyembuhkan luka-lukamu dan belajar bagaimana menjadi pion yang lebih baik untuk keluarga kita,” ucap Van sambil menepuk wajah Carlos dengan keras.
Carlos menahan sakit yang menyayat tubuhnya, tetapi ia tahu bahwa Van benar. Dalam waktu ini, ia harus belajar pelajaran yang dia terima. “Asher, aku akan membuat hidupmu hancur!” gumam Carlos dalam hati penuh dendam.
Kemudian, Van mendekati salah satu algojo dan memberinya perintah. “Cukup untuk hari ini. Lepaskan dia dan bawalah ke kamarnya untuk beristirahat.”
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Asher duduk di kursi roda sambil membaca buku dan duduk di pinggir ranjang Audrey. Sesekali, Asher melirik ke arah Audrey, berharap jika wanita itu membuka matanya. Namun, tidak ada tanda-tanda dari Audrey untuk membuka mata. Hanya suara dengkuran lembut yang terdengar dari wanita itu.
“Mungkin efek obat sehingga dia tidur begitu lelap,” gumam Asher yang kembali fokus ke buku yang ia baca.
Tok tok tok
Terdengar ketukan pintu kamar. “Masuk!” sahut Asher.
Pintu ruangan itu terbuka dan Franklin berjalan masuk ke dalam ruangan. “Ada yang perlu aku bicarakan, Tuan. Tampaknya Carlos dan Van tidak akan berhenti.” Lapor Franklin.
Asher tersenyum sinis. “Sepertinya mereka belum sadar bahwa mereka sedang bermain api,” ucapnya.
“Kita harus melakukan sesuatu sebelum mereka bertindak lebih jauh, Tuan.”
Asher mengepalkan tangannya dengan kuat. “Terus pantau segala gerak-gerik mereka. Kalau perlu, beberkan semua kejahatan mereka di muka umum.”
Saat sedang membahas masalah Carlos dan Van, Audrey terlihat bergerak-gerak dengan gelisah di atas tempat tidur. “Hmm... Aduh, punggungku sakit sekali,” lirih Audrey.
Menyadari Audrey akan bangun, Asher memberikan kode untuk Franklin segera pergi. Franklin membungkuk kemudian berlalu. “ Sudah bangun?” tanya Asher dengan nada yang mencoba menyembunyikan rasa leganya.
Audrey merintih sebentar sebelum membuka matanya perlahan. Dia terkejut melihat Asher ada di sampingnya, duduk di kursi roda. “Asher, apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Audrey lemah.
“Aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja,” jawab Asher singkat.
Audrey ingin bangkit, tapi tubuhnya terasa begitu lelah. “Apa yang terjadi padaku? Mengapa aku merasa begitu lemah?”
Asher menutup bukunya dan meletakkan buku tersebut di meja nakas samping ranjang. “Kamu terkena pukulan karena ingin menjadi pahlawan untukku. Apa kamu ini benar-benar tolol, Callie?” ucap Asher dengan wajah datar.
Audrey terdiam. Mencoba meraup puing kejadian yang dia alami. “Oh... Iya, tadi di kediaman kakek. Hmm... Aku hanya melakukan karena refleks. Karena kamu sudah banyak membantuku, dan gara-gara aku, gelangmu hilang.” Audrey merasa menyesal.
“Lupakan! Aku akan mengganti gelang yang baru untukmu,” ucap Asher. Pria itu kemudian menatap lekat wajah Audrey. “ Apakah keluarga Barnes Colvin begitu miskin dan kejam, hah? Hingga kamu mengalami kelelahan fisik dan tekanan mental yang cukup berat, ditambah dengan kekurangan nutrisi? Apakah di keluarga Barnes Colvin memintamu membuat rel kereta api hingga kamu kelelahan?” tanya Asher penuh selidik.
Audrey menggaruk kepalanya. ‘Kenapa penyakitku banyak sekali? Apakah aku benar-benar sangat menyedihkan? Tapi aku merasa baik-baik saja, Audrey membatin.
“E-masalah kesehatan, aku tidak tahu. Sungguh, aku benar-benar tidak tahu,” jawab Audrey.
“Buka bajumu,” titah Asher dengan suara tegas.
Audrey sontak menyilangkan kedua tangannya di dada. “Aaaa ... Untuk a-apa? A-aku ... aku belum siap!” ucap Audrey yang tampak syok dengan permintaan Asher.
Salam kenal
Jangan lupa mampir ya 💜