NovelToon NovelToon
Rockmantic Of Love

Rockmantic Of Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Wanita Karir
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: @Hartzelnut

Seorang laki laki yang bekerja produser musik yang memutuskan untuk berhenti dari dunia musik dan memilih untuk menjalani sisa hidupnya di negara asalnya. dalam perjalanan hidupnya, dia tidak sengaja bertemu dengan seorang perempuan yang merupakan seorang penyanyi. wanita tersebut berjuang untuk menjadi seorang diva namun tanpa skandal apapun. namun dalam perjalanannya dimendapatkan banyak masalah yang mengakibatkan dia harus bekerjasama dengan produser tersebut. diawal pertemuan mereka sesuatu fakta mengejutkan terjadi, serta kesalahpahaman yang terjadi dalam kebersamaan mereka. namun lambat laun, kebersamaan mereka menumbuhkan benih cinta dari dalam hati mereka. saat mereka mulai bersama, satu persatu fakta dari mereka terbongkar. apakah mereka akan bersama atau mereka akan berpisah??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Hartzelnut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ep. 8

*****

Di dalam private room restoran, suasana yang awalnya tenang tiba-tiba berubah. Manajer Lu, yang awalnya sibuk dengan ponselnya, mendadak terdiam. "Klik... klik..." Suara sentuhan jarinya pada layar berhenti ketika sebuah berita mencolok muncul di depan matanya. Huff... Napasnya tiba-tiba tertahan, seakan dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Matanya membesar, terkejut oleh isi berita itu.

"Apa?" gumam Manajer Lu dengan suara rendah, tapi nada keterkejutannya tidak bisa disembunyikan. Tangannya sedikit gemetar saat dia memegang ponselnya lebih erat. "Tidak mungkin..." pikirnya, hati mulai diliputi rasa sedih yang mendalam.

Natalia, yang duduk di seberang meja, melihat perubahan ekspresi Manajer Lu. Dengan alis terangkat dan wajah bingung, dia bertanya pelan, "Ada apa? Apa yang terjadi?"

Namun, sebelum Manajer Lu sempat menjawab, tiba-tiba ponsel Natalia berbunyi. Tring... tring... Suara panggilan masuk menginterupsi momen itu. Natalia meraih ponselnya dan melihat nama Julia terpampang di layar. "Julia? Kenapa menelpon sekarang?" pikirnya. Tanpa ragu, dia langsung menggeser layar untuk menerima panggilan.

"Halo, Julia?"

Begitu tersambung, suara histeris langsung menyambut dari seberang telepon. "NATALIA! KAU SUDAH LIHAT BERITANYA?!" seru Julia keras, suaranya terdengar panik dan emosional.

Natalia langsung terduduk tegak, wajahnya berubah cemas mendengar nada histeris dari Julia. "Julia! Ada apa?! Apa yang terjadi?!" tanyanya cepat, hatinya mulai berdebar-debar. Dia melirik ke Manajer Lu, yang masih tampak terpaku pada ponselnya dengan ekspresi penuh keterkejutan.

"Produser Grey dan White!" jerit Julia di telepon. "Mereka berhenti! Aku baru saja melihat beritanya! Mereka mengumumkan kalau mereka HENGKANG dari dunia musik, NATALIA! MEREKA MENUTUP SEMUA AKUN SOSIAL MEREKA!" suara Julia terdengar marah dan tak percaya, hampir terdengar seperti isak di ujung kalimatnya.

Natalia membeku di tempatnya. Matanya membesar, dan untuk sesaat, dia merasa sulit bernapas. "Apa? Tidak mungkin..." gumamnya pelan, hampir tak terdengar. Dia tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya. "Mereka berhenti? Benarkah...?"

Klik... Panggilan telepon terputus setelah Julia mengakhiri pembicaraan dengan cepat, tapi Natalia masih tetap duduk terdiam, memegang ponselnya dengan erat. Pandangannya kosong, seolah mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. "Grey dan White... berhenti?" pikirnya, hatinya mulai tenggelam dalam rasa kecewa yang dalam.

Melihat ekspresi Natalia, Manajer Lu yang sudah tahu tentang berita itu menunjukkan ponselnya. "ini......." katanya pelan, dengan suara yang nyaris patah. Klik... Dia menyodorkan ponselnya ke Natalia, memperlihatkan berita yang menggemparkan dunia musik itu.

Natalia mengambil ponsel tersebut dan mulai membaca berita dengan cepat. Ssst... Jemarinya sedikit gemetar saat menggulir layar, dan ketika dia membaca judul besar yang terpampang di layar, perasaannya semakin tenggelam.

"Dua Produser Misterius, Grey dan White, Hengkang dari Dunia Musik Secara Mendadak: Semua Akun Media Sosial Ditutup"

Natalia terdiam. Srek... Suara halus dari tangannya yang perlahan menurunkan ponsel terdengar, tapi di dalam hatinya, badai kekecewaan mulai menggelegak. "Tidak mungkin... kenapa mereka berhenti?" pikirnya, matanya tertuju ke arah meja, tapi pikirannya melayang jauh, mencoba memahami situasi yang baru saja ia ketahui.

Manajer Lu, yang duduk di hadapannya, menundukkan kepala dengan ekspresi sedih. "Aku benar-benar tidak percaya," katanya pelan. "Mereka dua produser paling brilian yang pernah ada... dan sekarang, mereka pergi tanpa alasan. Aku... aku kecewa." Huff... Napas beratnya terdengar, menandakan betapa besar rasa kecewa yang ia rasakan.

Natalia menggenggam ponsel di tangannya erat-erat, perasaannya bergejolak. Sejak lama, dia mengidolakan Produser Grey dan Produser White. Bagi Natalia, mereka adalah sosok yang sempurna dalam hal produksi musik. "Aku selalu berharap bisa bekerja sama dengan mereka," pikirnya, merasakan kekosongan di hatinya. "Tapi sekarang... semua itu tidak mungkini."

Dengan pandangan kosong, dirinya yang tampak begitu tenang di luar, namun bergemuruh di dalam. Srek... srek... Tangannya perlahan mengangkat liontin berbentuk pick gitar di lehernya, menggenggamnya dengan erat. Ada rasa kesedihan yang tiba-tiba muncul, seolah mimpi besarnya untuk bisa berkolaborasi dengan dua produser itu hancur begitu saja.

Manajer Lu memperhatikan gerakan Natalia yang tampak tenggelam dalam pikirannya. "Kau pasti sangat kecewa." ucapnya, mencoba menghibur meskipun dia sendiri merasa sulit untuk menerima kenyataan ini. "Aku tahu betapa kau mengagumi mereka. Ini bukan hanya kabar buruk untuk penggemar mereka, tapi juga untuk dunia musik."

Natalia menarik napas dalam, menutup matanya sejenak, mencoba menenangkan perasaannya. Huff... Suara napasnya terdengar panjang, namun masih terasa berat. "Iya... Aku selalu ingin bertemu mereka. Membuat lagu bersama... berkolaborasi..." gumamnya dengan nada rendah, suaranya hampir tak terdengar.

Suasana di ruangan itu menjadi sangat sunyi, hanya ada suara angin pelan dari ventilasi. Ssst... Suara napas Natalia dan Lu terdengar tenang, namun di dalam hati mereka, badai kekecewaan terus bergemuruh. Natalia merasa mimpi besarnya hancur, namun dia berusaha menutupi perasaan itu dengan tetap menjaga ketenangannya.

"Entah apa alasan mereka, tapi... ini adalah faktanya," kata Natalia akhirnya, matanya masih tertuju pada liontin di tangannya. Meski suaranya terdengar tenang, ada rasa pahit yang tersimpan di dalam kalimat itu.

Manajer Lu mengangguk pelan, meskipun dia masih belum bisa sepenuhnya menerima situasi ini. "Iya, kau benar.... ini mengejutkan," jawabnya sambil menarik napas dalam. Huff... Suara napasnya menggema pelan di ruangan itu, sebelum ia kembali meraih ponselnya, mencoba untuk mencari informasi lebih lanjut meskipun dalam hatinya masih terasa berat.

Mereka berdua duduk dalam keheningan, menunggu makanan yang telah dipesan, sementara pikiran mereka terus berkecamuk memikirkan kabar mengejutkan tentang hengkangnya Grey dan White dari dunia musik. Ssst... Angin yang lembut dari ventilasi ruangan terasa kontras dengan perasaan yang bergejolak di dalam hati mereka.

*****

Sore itu, suasana di ruang tamu apartemen Brian dan Jack begitu hening. Ssst... Hanya terdengar suara gesekan lembut dari langkah kaki mereka yang bergerak pelan di atas lantai kayu. Mereka berdiri bersama, memandang sekeliling, seolah mencoba mengukir kenangan terakhir dari setiap sudut apartemen yang telah menjadi rumah selama enam tahun. Brian terdiam, tatapannya kosong tapi dalam. Di dalam dirinya, kenangan seperti potongan-potongan film berputar—momen kebersamaan, perjuangan membangun label, hingga keputusan besar hari ini.

Jack, yang berdiri di sebelahnya, menarik napas panjang. Huff... Dia menoleh ke arah Brian, lalu berkata dengan nada lembut tapi sarat emosi, "Aku akan merindukan tempat ini."

Brian tidak segera menjawab, hanya mengangguk perlahan sambil mengalihkan pandangannya dari ruangan tersebut. Dengan cepat, dia memutuskan untuk tidak berlama-lama terjebak dalam nostalgia. Srek... srek... Langkah kaki Brian mulai bergerak menuju pintu, menunjukkan bahwa dia sudah siap pergi.

Jack mengikuti dari belakang. "Klik..." Tangan Jack memutar kunci pintu, dan suara pintu terkunci terdengar. Seolah menandai akhir dari babak penting dalam hidup mereka.

Di lobi, mereka langsung memesan taksi melalui aplikasi. Klik... klik... Jari-jari Jack lincah menyentuh layar ponsel. Beberapa saat kemudian, vroom... taksi yang mereka pesan tiba, berhenti di depan mereka.

Srek... Pintu taksi terbuka, dan keduanya masuk ke dalam. Suasana di dalam taksi terasa tenang, hanya terdengar suara mesin yang berderak lembut. Jack yang duduk di kursi depan memandang pemandangan kota dari balik jendela, sementara Brian hanya terdiam di kursi belakang, memandangi gedung-gedung yang mereka tinggalkan.

"Tap... tap..." Jack mengetukkan jarinya ke jendela sambil tersenyum kecil, meski ada kesedihan di matanya. "Aku akan merindukan kota ini... dan orang-orang di sini," gumamnya pelan, hampir seperti berbicara sendiri.

Brian tetap diam, matanya hanya terpaku pada pemandangan kota yang mulai beranjak jauh dari mereka. Ssst... Suara ban taksi melaju di jalan yang sibuk terdengar di latar belakang. Dalam hatinya, Brian merasakan kekosongan yang aneh. "Ini terakhir kali aku melihat semua ini," pikirnya sambil meresapi pemandangan yang perlahan menghilang dari pandangan.

Sopir taksi yang ramah kemudian melirik ke arah Jack dan bertanya, "Kalian mau pergi ke mana?"

Jack tersenyum dan menjawab dengan ramah, "Kami akan pergi ke China."

Mendengar itu, sopir taksi tersenyum lebar. "Oh, China! Saya pernah tinggal di sana beberapa tahun. Tempatnya indah. Makanannya luar biasa," katanya sambil mengangguk antusias.

Brian, yang tadinya hanya diam, mendengarkan percakapan itu dengan tenang. Tatapannya masih tertuju ke luar jendela, namun pikirannya mulai beralih ke masa depan. "Apakah disana akan sama saja atau lebih baik," pikirnya, meresapi kata-kata sopir taksi.

Srek... srek... Taksi terus melaju hingga akhirnya tiba di bandara. "Vrooom..." Suara mesin berhenti perlahan saat mereka keluar dari taksi. Klik... Jack menutup pintu dengan hati-hati, sementara Brian berjalan lebih dulu menuju terminal. Setelah menyelesaikan proses check-in, mereka melangkah menuju ruang tunggu.

Saat melewati beberapa gerai, Brian berhenti sejenak di depan stan kopi. "Ssst..." Dia menoleh ke arah stan dan memutuskan untuk membeli dua cangkir Americano. Klik... klik... Suara mesin kasir terdengar saat barista menyiapkan kopi pesanan mereka.

Setelah menerima dua cangkir kopi itu, Brian berjalan mendekati Jack dan memberikan salah satunya. "minumlah." ucapnya pendek, menyerahkan kopi tersebut.

Jack tersenyum lebar dan menerima cangkir itu. "Terima kasih," katanya dengan nada hangat, menyeruput kopi yang masih panas. Slurp... Suara kecil terdengar saat dia menikmati kopi tersebut.

Suasana di ruang tunggu terasa tenang, meski dalam hati mereka, banyak yang belum terselesaikan. Brian duduk dengan tegak, matanya sesekali melirik ke arah jendela yang memperlihatkan landasan pacu. "Apakah masih sama atau sudah berubah?" pikirnya dalam hati, sambil mengingat semua hal yang mereka tinggalkan di belakang. Namun, tidak ada penyesalan yang terlalu dalam. "Aku harus mencobanya lagi."

Tiba-tiba, suara pengumuman boarding terdengar. "Perhatian, para penumpang penerbangan menuju Beijing, harap bersiap untuk boarding," suara petugas bandara bergema lembut di ruangan itu.

Brian dan Jack segera bangkit dari kursi mereka. "Srek... srek..." Suara langkah kaki mereka bergema di lantai ruang tunggu saat mereka bergerak menuju gerbang keberangkatan. Setelah boarding pass diperiksa, mereka berdua masuk ke dalam pesawat.

Di dalam pesawat, mereka duduk bersebelahan di kursi bisnis. Brian mengambil tempat di dekat jendela, pandangannya terfokus ke luar, ke langit yang mulai berubah warna saat senja mulai tiba. Jack, di sebelahnya, merasa sedikit lega bahwa akhirnya mereka akan memulai sesuatu yang baru. "Perjalanan akan dimulai," ucap Jack sambil menoleh ke arahnya, senyum tipis terukir di wajahnya.

Brian menoleh sebentar, sebelum kembali memandang keluar. Dia hanya tersenyum kecil, tanpa kata. Ssst... Pesawat mulai bergerak perlahan di landasan pacu, semakin cepat, hingga akhirnya dengan gemuruh lembut, pesawat lepas landas. Vroooom... Suara mesin pesawat semakin kuat ketika mereka naik ke udara, meninggalkan kota yang selama ini mereka sebut rumah.

Dalam hatinya, Brian merasa lega dan hampa di saat yang sama. "Mungkin ini saatnya untuk babak baru atau mengulang hal yang sama," pikirnya sambil menyandarkan kepalanya di kursi, menatap langit luas yang terbentang di depannya.

*****

1
Jennifer Impas
Bikin ketawa ngakak. 🤣
hartzelnut: Terima kasih telah membaca novelku. jangan lupa episode selanjutnya ya /Smile//Smile/
total 1 replies
Kei Kurono
Thor, aku butuh fix dari obat ketagihan ceritamu! 🤤
hartzelnut: terima kasih telah menyukai novel saya. /Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!