Novel ini adalah novel fiktif yang dipenugi cerita kocak, serius, peperangan, perebutan kekuasaan, penuh misteri, kalimat-kalimat bijak dengan alur cerita yang akan membuka misteri satu persatu.
Tokoh Utama bernama Satriya dan Permata yang keduanya adalah ahli pedang tak terkalahkan.
Bagaimana cerita lengkapnya?
Siapa Satriya itu?
Seberapa besar kekuatan Satriya dan Permata?
Jangan sampai ketinggalan untuk selalu membaca novel ini
Novel ini akan di update setiap hari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aang Albasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serigala putih berekor tiga belas menjadi pelayan Satriya
Srigala putih itu terlihat mulai berjalan menuju depan rumah Satriya yang sudah dilindungi dengan formasi perlindungan yang sangat kuat oleh ki Gede.
DWAR! Ledakan besar kembali terjadi dan menghancurkan formasi perlindungan disana dan membuat ki gede terhempas jauh juga sembari mengeluarkan darah dari mulutnya yang cukup banyak.
Semenyara purwati masih saja menampar pipi Satriya yang kini sudah berada dipangkuannya, sambil meneteskan airmatanya, Cahaya dari bekas tamparan-tamparan permata tiba-tiba terpancar dan mulai menyilaukan mata, cahaya itu menyelimuti tubuh Satriya yang sedan terbaring dipangkuan Permata, Permata terlihat seperti orang kesurupan yang sudah tak tahu apa yang sedang terjadi dan terus saja menampar wajah satriya sambil terus memanggil namanya.
“Satriya, akankah aku hidup tanpa teman lagi satriya, kau memang benar-benar pria yang menyebalkan!, kenapa kau harus datang kepadaku dan meninggalkanku secepat ini satriyaaaa”. Teriakan Permata terderngar ditelinga Srigala itu, sementara cahaya dari tubuh satriya kini sudah memenuhi seluruh area yang berada disana, bahkan membuat ki gede kaget melihatnya.
“Apakah ini cahaya sang,,,”. Belum sempat melanjutkan kata-katanya ki gede keburu tak sadarkan diri.
Srigala itu menoleh dan menghampiri pusat dari cahaya yang menyilaukan matanya.
“Uhuk!, Uhuk!, aduh kenapa pipiku terasa perih sekaliiii”. Teriak Satriya yang terbangun dari pingsannya dan merakasan perih yang luar biasa dipipinya karena tamparan-tamparan dari Permata yang ternyata belum menyadari kalau Satriya sudah sadar.
“Nona, hey Nona, ini aku, kenapa kau tampar aku sampai sebegini sakitnya nona?”. Tanya satriya yang juga belum sadar kalau tubuhnya kini diselimuti cahaya yang sangat menyilaukan.
“Bukankah aku tadi sedang bertarung melawan srigala putih, dimana srigala itu sekarang!?”. Sambil tengak tengok dan melihat sosok srigala raksasa berwarna putih sedang mendekatinya.
“Tok!”. Sebuah totokan diarahkan ke leher Permata yang membuatnya langsung tak sadarkan diri.
“Si, siapakah itu?”. Tanya ayah Satriya yang melihat satu sosok dengan cahaya yang sangat menyilaukan sedang menggendong seorang gadis yangs angat cantik didadanya.
“Apakah itu satriya anak kita, suamiku”. Jawab ibunya Satriya.
“Benarkah, Benarkah itu satriya?”.
“Jari pedang penghapus kegelapaaaan”. Teriak Satriya yang langsung mengarahkan kilatan cayaha ke sebuah permata yang menempel didahi Srigala itu dan DWAR!!! Ledakan besar kembali terjadi disana dan membuat srigala putih kini terhempas sangat jauh kebelakang dengan luka yang sangat parah.
Satriya terbang mendekati serigala itu.
“Kau masih ingatkan dengan janjimu sebelumnya?”. Kata Satriya yang sudah mengalahkan srigala putih yang sedang terkapar kesakitan.
“AKU AKAN MENEPATI JANJUKU”. Terlihat kini serigala itu mulai mengecil dan terlihat benar-benar imut.
Satriya tebang menuju rumahnya dengan niatan inging membaringkan Permata di kamarnya tiba-tiba
“Hey, turunkan aku!”. Teriak permata yang kini sudah sadarkan diri dan pasih digendong oleh satriya diudara
“Baiklah nona”. Satriya langsung melepaskan gendongannya yang membuat Permata jatuh dari ketinggian.
“Toloooooong”. Teriak Permata yang membuat pengawal mereka langsung melesat tapi sayangnya Permata sudah keburu jatuh ketanah
“Aduuuuuuuuuuh, sialaaaan, kenapa lagi-lagi setiap kali aku bertemu dengannya mendapatkan kesialan yang tak ada habisnyaaaaa”. Teriak Permata
Cahaya ditubuh tama juga kini sudah menghilang dan Satriya sudah berada tepat dihadapan Permata yang tanpa basa basi kembali menaparnya
“Kenapa kau jatuhkan aku!”. Teriak permata
“Bukannya nona yang meminta diturunkan tadi?”. Jawab Satriya dengan wajah yang memang sepertinya tak pernah bisa menampakkan rasa bersalah sedikitpun.
“Kau ini!, harusnya tau lah, aku diturunkan saat kau sudah berada ditanah, bukan langsung main lempar seperti itu?”. Kata Permata yang semakin sebel.
“Kan aku tadi Cuma melepaskan gendonganku nona, kok malah sekarang dituduh melemparkan?”. Jawab Satriya kembali
“AAAAAAAAAAAAAAAHHHH, PECAH KEPALAKU INI KALAU SELALU BERADA DIDEPANMU!”. Teriak Permata yang langsung menghampiri ibunya Satriya
“Ibuuuuu, hukumlah anakmu dong ibuuu, kau tadi lihat kan ibu? Aku dijatuhkan olehnya dari ketinggian, pingganggu semakin terasa sakit ini ibuuuuuu”. Kata Permata manja kepada ibunya Satriya
“Baiklah nona, nona tenang saja, akan aku hukum anakku nanti yah”.
“Satriya!, kesini kamu!”. Ibunya kali ini terlihat marah kepada Satriya
“Ada apa ibu?”.
“Kenapa kau menjatuhkan nona ini dari atas sana!”. Bentak ibunya
“Lah, Tanya saja sama dia, tiba-tiba dia minta diturunkan dari gendonganku, ya aku nurut-nurut saja”.
“Walaaah”.
“Satriya!, hewan itu, hewan itu seperti anak srigala berekor tiga belas yah?”. Wajah permata tiba-tiba berbinar-binar ketika melihat seekor serigala putih yang sangat imut didepannya.
“Ya itu serigala ganas yang aku kalahkan tadi?”.
“Apa? Kau berhasil mengalahkannya sendirian?”. Tanya permata yang tak percaya.
“Nona, sepertinya memang pipiku ini sudah nasibnya untuk selalu ditampar olehmu, tapi terima kasih, karena tamparanmu tadi, kekuatanku berhasil aku keluarkan, dan aku melihatmu seperti kerasukan, ada apa denganmu nona?”.
Keesokan paginya, terlihat ki Gede tersadar dari pingsannya
“Di, dimana aku sekarang? Bagaimana keadaan muridku Satriya, bagaimana keadaan tuan putrid juga?”. Kata ki gede yang langsung beranjak dari tidurnya
“Mereka semua baik-baiks aja tuan, mereka saat ini masih berada di rumah Satriya”.
Mendengar jawaban itu ki gede langsung melesat terbang ke arah rumah Satriya
“Tuan puteri, apakah tuan puteri baik-baik saja?”. Tanya ki gede yang langsung bertanya keadaan Pertamata yang sedang asik memakan Ketela rebus dan singkong bakar yang berada dimeja makan.
“Eh, guru, pinggangku sakit guru, aku semalam dijatuhkan olehnya!”. Permata kembali curhat dan meminta pembelaan dari gurunya
“Apa yang kau lakukan pada tuan puteri?, tuan puteri, bajumu sangat kotor, tidakkah badanmu merasa gatal-gatal?”. Tanya ki gede
“Pakai nanya lagi, guru membawakan baju ganti untukku tidak?”.
“Tidak tuan puteri”.
“Walaaa, baiklah, kita pulang ke perguruan dulu, ganti baju”.
“Bocah hari ini tetap latihan nanti sore!, ada beberapa hal yang ingin ku tanyakan padamu”. Kata ki Gede
“Baik paman guru”. Jawab Satriya sembari memberikan salam hormat, ki gede dan Pertmata terbang menuju perguruan.
“Bagaimana kau bias mempunyai kekuatan sebesar itu, anakku”. Tanya ayah Satriya yang penasaran
“Aku pun tak tahu ayah, sepertinya karena tamparan yang aku terima dari nona Permata yang membuatku membangkitkan kekuatanku”. Jawab Satriya
“hm,,,,, apakah mereka berdua mempunyai takdir untuk hidup bersama nantinya?”. Gumam ayah Satriya sambil memegang janggutnya.
“Satriya, kau kini sudah semakin kuat, kau harus berhati-hati mulai hari ini, akan banyak orang yang mengincarmu pastinya”. Kata ibu Satriya
“jangan sampai kau membuat ibumu terserang penyakit jantung mendadak, karenamu nanti”. Kata Ayahnya sampil menabok pundak Satriya dan berlalu menuju lahan pertaniannya yang dipenuhi tanaman-tanaman herbal.
“Baik ayah, anakmu akan menjaga kalian dari bahaya apapun!”. Kata Satriya
“Bukankah kau harus ke perguruan?”. Tanya ayah Satriya
“Nanti sore ayah, aku akan menggembala kambing dulu”.
“Untuk hari ini, biarlah ayahmu yang menggembala kambing-kambing itu, kau pergilah ke perguruan sekarang”. Kata ayahnya Satriya yang mulai mempercayainya.
“Baik ayah”.
“Tumben, ayahku tiba-tiba baik padaku”. Gumam satriya dalam hatinya
Sesampainya diperguruan.
“Ada apa paman guru mengudangku kemari?”.
“Benarkah apa yang diceritakan oleh tuan puteri kalau kau sudah mengalahkan srigala putih itu?”. Tanya ki gede penasaran
“Benar paman guru, ini serigalanya”. Kata Satriya sambil menunjukkan serigala putih yang badannya sudah mengecil dan terlihat imut.
“Be, benarkah?”. Tanya ki Gede kembali
“WUZHH!”. Angin kencang keluar dari mulut serigala itu dengan sangat kencang membuat ki Gede langsung percaya.
“Baiklah, baiklah, aku percaya padamu”. Kata ki gede dengan wajah yang ketakutan melihat serigala itu menampakkan muka marahnya.