NovelToon NovelToon
LOVE IS BEAUTIFUL PAIN

LOVE IS BEAUTIFUL PAIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Murni / Angst
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Withlove9897_1

Tidak semua cinta terasa indah, ada kalanya cinta terasa begitu menyakitkan, apalagi jika kau mencintai sahabatmu sendiri tanpa adanya sebuah kepastian, tentang perasaan sepihak yang dirasakan Melody pada sahabatnya Kaal, akan kah kisah cinta keduanya berlabuh ataukah berakhir rapuh

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Withlove9897_1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 08

...***...

Berbicara mengenai keanehan, Kaal melakukannya untuk yang kedua kali.

Daftar belanjaan mereka selalu berisi bahan pokok yang tidak berubah. Bagaimanapun, kemarin, lelaki tampan itu melupakan beberapa bahan penting ketika berbelanja.

Perihal itu membuat Melody terpaksa datang ke salah satu supermarket di perjalanan pulang kantornya. Ia menjelajah ke etalase-etalase pendingin untuk menemukan makanan beku sebelum memasukkannya ke dalam troli.

Kembali berjalan, Melody menghentikan langkah tepat di depan etalase buah kalengan. Kaal tidak pernah menyukai buah yang diawetkan, namun karena sekian alasan Melody memilih untuk menambahkannya kali ini.

Ia tengah sibuk membandingkan dua buah kalengan ketika merasakan lengannya ditepuk pelan.

Menoleh, Melody mendapati sosok seorang gadis dengan wajah berbinar, senyumnya terlihat begitu lebar saat berseru

"Kak Melo"

Melody membeku sepersekian detik. Ia meletakkan kaleng di genggamannya hati-hati ke tempat asal karena gelombang keterkejutan yang menguasainya.

Gadis itu tampak jauh berbeda.

Rambut sebahu kini mencapai setengah punggung, rok selutut serta blouse feminin berganti dengan jeans dipadu kaus longgar yang jauh terlihat lebih nyaman.

"Savin?" Melody tergagap pelan sementara gadis itu terkekeh riang.

"Hey, apa yang kau lakukan di sekitar sini?"

"Menemui kakakku, apa lagi?"

"Ah," Melody menjawab kaku, sebab ia masih berusaha memindahkan gambaran masa lalu ke masa sekarang.

"Kaal yang memintamu datang?"

Savin mengangguk, masih dengan ekspresi yang sama. Gadis itu lalu meraih satu kaleng yang baru saja ia pilih seraya menuturkan bahwa merek tersebut terasa lebih manis.

Melody hanya mendengarkan dalam diam, menyaksikan Savin mendorong troli, sembari mengikuti kemana gadis itu melangkah. Telinganya disodorkan informasi mengenai pertemuan singkat antara Savin adik tiri dari sahabatnya dan Kaal, akan tetapi apa yang berputar di benak Melody justru adalah hal lain.

Savin kini tampak bahagia.

Savin yang berbicara di depannya bukan gadis remaja yang ia kenal tiga tahun silam.

Tidak ada raut murung, tidak ada senyum sedih, tidak ada luka yang berusaha gadis itu tutupi dengan kerah maupun baju lengan panjang.

Sebuah pertemuan singkat ternyata bisa menjadi mesin waktu yang mendamparkan kenangan tepat di depan mata.

Selagi Melody berupaya memfokuskan perhatian ke Savin, ia teringat bagaimana Kaal seringkali menyisihkan uang saku demi membelikan sesuatu yang adik perempuannya itu inginkan di luar sepengetahuan orangtua mereka.

Kaal menyayangi Savin lebih dari apapun dan Savin menghormati kakaknya selayaknya sosok paling penting di kehidupan gadis itu.

Mendeteksi pikirannya yang melayang, Savin menjentikkan jari di depan wajahnya. Gadis itu tidak tersinggung, justru tersenyum kecil seolah memaklumi saat ia meminta maaf.

Tanpa ada balasan dari Savin, mereka berjalan menuju ke kasir berteman hening, meresapi suara roda troli yang berputar sebagai satu-satunya pengisi sunyi.

Lewat pandangan periperal, Melody dapat mendeteksi bahwa Savin sedang mengamatinya. Nada gadis itu terlalu lembut saat bertanya—dan mungkin itu adalah pertanyaan paling esensial dalam pertemuan mereka saat ini.

"Kak Melo apa kakak masih bersikap sama?"

Melody menegakkan punggung, getir tiba-tiba merambat ke lidahnya.

"Ya, aku rasa."

Savin mendesahkan kombinasi antara penyesalan dan rasa bersalah, gadis  itu menunduk sambil memutar-mutar ujung sepatu ke lantai.

"Kak Melo, aku minta maaf."

"Sungguh, aku minta maaf."

"Hey, hey sudahlah kau tak perlu minta maaf" Melody seketika menatap Savin, ia melihat pelupuk gadis itu mulai basah.

"Kau tahu itu bukan salahmu Savin"

Savin seolah menutup telinga rapat atas pernyataan Melody sebelumnya. Gadis itu menyentuh tangan Melody yang berusaha menyeka air matanya, menurunkannya, kemudian menggenggamnya.

"Kak Melo sungguh aku minta maaf," tangan mengepal erat, Savin terisak kecil

"Aku minta maaf."

...***...

Pertemuan dengan Savin membuat suasana hati Melody berubah mendung. Pikirannya berserakan, memetakan masa lampau dalam fragmen-fragmen acak.

Ia sangat ingat kejadian itu, di suatu siang, tepatnya ruang tengah rumah Kaal, dua gelas sirup anggur dan toples-toples kudapan. Ia mengingat tawa Kaal seketika meredup saat Savin yang memasuki rumah dengan derai air mata berjatuhan di pipi.

Kemudian dalam rentang kala yang singkat setelah Kaal menghampiri adik perempuan satu-satunya itu, ia mengingat tangisan dimana Savin yang menggaung, disusul oleh jeritan menyayat Kaal yang membuatnya berlari untuk mencari tahu.

Ia mengingat potongan rambut di lantai, Savin yang tengah bersimpuh lemah, serta darah di telapak tangan Kaal yang menetes.

Menjumput pangkal hidungnya kuat, Melody Senja mencoba mengusir memori yang bergelut di kepalanya.

Ia hanya berdiri terpekur di luar pintu apartemen, menarik napas panjang hingga beberapa kali sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk.

Setelah meletakkan barang belanjaan di atas meja dapur, Melody menangkap Kaal yang tengah termenung berdiri di balkon dengan asap rokok mengepul. Ia melangkah mendekat, mengamati punggung bungkuk lelaki yang menengadah menatap langit.

Katanya, manusia tidak dapat benar-benar berubah.

Selalu ada sifat fundamental yang menempel entah seberapa kuat mereka berusaha untuk menghilangkannya.

Melody menyetujui hal tersebut.

Sebab kendati Kaal yang tega meremukkan hatinya berkali-kali, entah mengapa lelaki itu masih mempedulikan sesuatu yang kecil seperti ini—merokok di luar hanya karena gadis itu benci mencium bau asap yang tertinggal di perabot apartemen mereka.

Mungkin itu benar, bahwa Kaal Vairav tidak pernah menetap, dan tidak akan pernah

Namun Melody tahu selain hidup ada faktor yang jauh lebih kuat sehingga Kaal memilih cara ini untuk berlindung dari dia, dari dirinya sendiri, dan dari segala kerumitan yang menyinggung cinta.

Sialnya, waktu tidak pernah memberikan garansi apapun bahwa Kaal Vairav-nya akan kembali. Sehingga dalam setiap perlakuan buruk yang Kaal lakukan kepadanya, kepercayaan Melody pun terhadap Kaal lambat laun akan ikut terkikis.

Bagaimana jika Kaal benar-benar menikmati hidup seperti ini? tanpa kepastian, tanpa komitmen, tanpa bisa menetap

Karena sungguh, Melody tidak tahu lagi seberapa lama lagi ia mampu untuk sekedar bertahan.

Melody yakin ia juga tidak tahu apakah pada suatu hari nanti—jika hubungan ini berujung buruk, apa hatinya bisa berpindah dari seseorang yang memegang definisi paling dekat dari tempat untuk tinggal, ataukah ia akan menetap meski hatinya retak...

...TBC...

1
Mimin Mimin
update lagi
Withlove9897_1: hari ini update kok🙂‍↔️🙂‍↔️🫠🫠🫠
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!