Zhang Xuanye, seorang pemuda desa, mendapatkan penunjuk takdir yang menghubungkannya dengan tahta Kaisar Giok, penguasa langit. Dalam perjalanannya untuk mengklaim kekuasaan tersebut, ia menghadapi berbagai ancaman dan mengungkap rahasia kelam. Dengan bantuan teman dan kekuatan baru, Zhang Xuanye berjuang untuk menyatukan dunia manusia dan ilahi.
Saya usahakan double up tiap weekend bilamana ada waktu lebih. Sekian, terima kasih🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yogasurendra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melatih Jurus dan Berlatih
Zhang Xuanye muncul di hamparan rerumputan luas yang dipenuhi oleh burung-burung kecil berterbangan dan aroma harum semerbak dari bunga-bunga yang bermekaran. Suasana begitu sepi, sangat cocok untuk tempat bermeditasi dan menyepi dari riuhnya dunia.
“Jurus pedang yang tak sempurna. Kau bisa mempelajarinya nanti,” ucap Qian Mu, mematahkan semangat Zhang Xuanye yang membuat raut wajahnya murung seketika.
Ia keluar, menghirup udara segar yang dipenuhi vitalitas yang terjaga. Suara gemerincing dari lonceng emas miliknya menyebar ke seluruh lembah sunyi, seakan-akan seluruh lembah tengah bernyanyi. Seluruh bunga yang ada di lembah sunyi mekar dengan sempurna, mengundang hewan-hewan kecil untuk datang. Kicauan burung terdengar begitu merdu, seakan-akan mereka senang dengan pemandangan yang dilihatnya.
“Guru benar-benar luar biasa, membuat keindahan ini tampak seperti tidak nyata,” puji Zhang Xuanye kagum.
Qian Mu tersenyum tipis begitu mendengarnya. Rambutnya berkibar pelan oleh angin lembut yang menerpa tubuhnya.
“Karena aku memiliki kemampuan untuk melakukannya. Jurus pedang pemberian Wenxian Zhiyuan tak lebih dari jurus pedang cacat karena dao tak sepenuhnya dimengerti olehnya. Namun, kau bisa menyempurnakannya di masa depan. Sekarang, pelajari jurus pedang dari apa yang kau lihat pada tes penghakiman pedang Heningnya Langit. Itu adalah jurus Kitab Pedang Hati Tanpa Celah yang diciptakan bersamaan dengan Pedang Hati Murni khusus untuk penggunanya,” ucap Qian Mu sambil berbalik menatap Zhang Xuanye.
“Murid mengerti dan akan berusaha untuk menguasainya,” balas Zhang Xuanye tegas.
"Total ada 7 bab, dengan tingkatan kultivasimu saat ini, cukup pelajari bab pertama, Pengasingan Hati yang Sunyi, maka kau mampu menggunakan jurus Ketenangan Tanpa Celah,” ucap Qian Mu.
“Guru, aku tak memiliki pedang. Bagaimana bisa berlatih jurus pedang?” tanya Zhang Xuanye.
Qian Mu membuka telapak tangannya, dan sebuah pedang dengan warna unik, hitam pekat dengan kilauan perak samar, tampak seperti bintang-bintang. Ketika cahaya mengenainya, pedang itu memancarkan kilauan cahaya bintang, seolah-olah potongan langit malam berada dalam bilahnya. Aura dari pedang tersebut benar-benar menggetarkan hati, dipenuhi aura kuno yang misterius.
“Pedang ini bernama Asal Mula Langit, tercipta dari besi asal mula semesta alam manusia yang aku tempa sendiri. Mampu membelah ruang dan waktu serta tak meninggalkan jejak fisik bagi siapa pun yang terkena tebasannya. Aku rasa pedang ini cocok untukmu,” ucapnya sambil memberikannya kepada Zhang Xuanye yang seketika jatuh oleh beratnya pedang.
“Besi primordial memiliki berat seperti gunung, dan kau harus membiasakannya,” balas Qian Mu sambil menghilang.
Zhang Xuanye mengagumi pedang yang berada di tangannya, mengusapnya pelan sambil menikmati sensasi bilah pedang yang halus dan tajam. Ia mengalirkan qi ke dalam telapak tangannya, lalu mengangkat pedang tersebut dengan sempurna. Kedua matanya terpejam, mengingat gerakan yang dilihatnya ketika tes penghakiman pedang Heningnya Langit.
Zhang Xuanye membuka kedua matanya, melihat bayangan yang memperagakan setiap gerakan pedang dari bab pertama. Ia mengikutinya dengan seksama, perlahan-lahan menghafal setiap gerakan yang diperagakan oleh bayangan tersebut.
"Gerakannya lembut, benar-benar sulit untuk dipraktikkan," gumamnya gelisah melihat gerakan jurus pedang yang semakin sulit.
Zhang Xuanye mengingat nama bab pertama, lalu mulai diam di tengah hembusan energi pedang yang melewati tubuhnya.
“Pengasingan Hati yang Sunyi adalah nama bab pertama. Diam tak bergerak merasakan segalanya dalam diam di tengah kesunyian hati yang sepi, melihat yang tak terlihat dan yang nyata,” ucapnya, mulai mengikuti gerakan yang dilihatnya dengan perlahan dan lembut.
Satu bulan berlalu, Zhang Xuanye berhasil menguasai bab pertama. Kini dia berdiri melihat ke depan, tebasan yang ia lakukan memecahkan batu raksasa jauh di depannya. Lembah sunyi tetap sama seperti ketika dia pertama kali datang.
"Satu bulan berlalu begitu cepat, aku telah menguasai jurus Ketenangan Tanpa Celah dengan sempurna," ucap Zhang Xuanye tersenyum bangga.
“Kau belum bisa terbang bebas di udara, mungkin kau cocok dengan jurus ini,” balas Qian Mu memberikan pemahamannya kepada Zhang Xuanye di dalam lautan kesadarannya.
“*Sayap Surgawi Membimbing Angin* adalah namanya, memungkinkanmu terbang bebas di udara dengan sayap tak kasat mata.”
“Terima kasih, Guru,” balas Zhang Xuanye. Ia kembali mempelajari dengan seksama setiap kalimat dari jurus Sayap Surgawi Membimbing Angin yang memungkinkannya terbang bebas di atas bumi di bawah langit.
Satu bulan kemudian, Zhang Xuanye meluncur bebas di udara dengan sayap imajiner miliknya, terbang menembus awan dan membelah angin dengan kecepatan tinggi, mampu mencapai puluhan meter. Ia mendarat di salah satu tebing, mendongak ke langit, memandang luasnya langit yang tiada batas.
“Kau bisa berlatih dengan gadis itu,” ucap Qian Mu.
Zhang Xuanye menganggukkan kepalanya. Ia mengangkat pedangnya ke langit, mengalirkan qi dan menyebarkan gelombang energi pedang ke segala arah. Wenxian Zhiyuan yang berada di kediamannya merasakan panggilan tersebut dan tersenyum tipis.
“Yin’er, sepertinya kau harus pergi ke Lembah Sunyi untuk melihatnya. Energi pedang yang dihasilkan mampu mencapai titik ini, menandakan dia benar-benar menguasainya,” perintahnya kepada murid perempuannya.
“Aku mengerti, Guru,” balas Hua Yin sambil beranjak berdiri dan melesat pergi menuju Lembah Sunyi. Ia mendarat di sisi tebing, melihat Zhang Xuanye dari kejauhan.
“Kau benar-benar memiliki kemampuan untuk membuat kehebohan. Tak kusangka energi pedang ini berasal darimu dan pedangmu. Darimana kau mendapatkannya?” tanya Hua Yin.
“Pedangku diberikan oleh orang tuaku. Tentu saja aku tak mengecewakannya. Hari ini aku meminta bantuan senior untuk membimbingku dalam teknik pedang,” balas Zhang Xuanye mengutarakan alasannya.
"Bagus! Aku tak sabar ingin mengalahkanmu," ucap Hua Yin.
Zhang Xuanye meledakkan energi qi-nya, mengusap pedang hitam miliknya, lalu melesat ke arah Hua Yin. Keduanya beradu, dentingan terdengar saling beradu satu sama lain. Hua Yin memimpin pertarungan, memblokir setiap serangan Zhang Xuanye.
“Kau masih terlalu dini untuk menantangku,” ucap Hua Yin meremehkan.
“Belajar dari kesalahan lebih baik daripada tidak,” balas Zhang Xuanye, memutarkan tubuhnya dan melesat ke langit, terbang dengan kecepatan tinggi menyerang Hua Yin beberapa kali, membuatnya terkejut akan perubahan yang terjadi. Energi qi memadat dan pedang ditarik ke depan oleh Hua Yin, mengusapnya cepat, lalu mengangkatnya ke langit, bergerak begitu cepat di udara, melesat seperti kilat menari di langit cerah.
“Tebas!” ucapnya, mengayunkan pedang memotong udara dengan kilatan warna-warni, menahan serangan bilah pedang Zhang Xuanye, membuatnya terkejut. Kecepatan dan kemampuannya membelokkan arah angin adalah kemampuan yang luar biasa.
“Apa nama jurus pedangmu?” tanya Zhang Xuanye, mundur ke belakang, kembali mendarat di tebing.
“Pelangi Sayap Dewi Langit,” jawab Hua Yin, melayang di udara seperti dewi, mengayunkan pedangnya dengan gerakan indah yang memukau siapa pun yang melihatnya.
“Tebas!” ucapnya, mengayunkan pedang.
Energi qi memadat membentuk bilah pedang raksasa, memotong udara disertai kilauan pelangi mengikutinya. Zhang Xuanye melihatnya, segera mengusap pedangnya, memfokuskan diri, lalu mengayunkan pedangnya dua kali, membentuk tanda silang yang melesat maju, membuat kedua kekuatan bertabrakan dan menghembuskan angin kencang yang menyapu seluruh lembah. Hua Yin terkejut ketika bilah pedangnya retak Dan hancur, membuat bilah pedang Zhang Xuanye hampir mengenainya. Tepat pada waktunya, Hua Yin berhasil menghindar dengan gerakan cepat, namun serangan Zhang Xuanye tetap menghantam sisi tebing di mana Hua Yin berdiri sebelumnya, menyebabkan tebing itu terbelah membentuk tanda silang yang begitu dalam.
“Kultivasinya masih rendah, tetapi tebasan pedangnya benar-benar memiliki kekuatan penghancur yang besar,” gumam Hua Yin terkejut melihat kerusakan yang dihasilkan.
Zhang Xuanye berdiri diam di tebing, menatap Hua Yin dengan penuh tekad. Pedangnya yang hitam pekat masih mengeluarkan aura dingin, sementara kilauan perak samar tampak memudar setelah tebasan terakhirnya.