Di hari pertunangan, Emily mendapatkan kenyataan yang pahit di mana Adik Tirinya yang bernama Bertha mengatakan kalau tunangannya yang bernama Louis lebih mencintai Bertha dari pada Emily.
Untuk membuktikannya Bertha dengan sengaja mendorong Emily ke kolam renang kemudian Bertha ikut menyemburkan diri ke kolam renang.
Ternyata tunangannya lebih memilih menolong Bertha dari pada memilih Emily. Di saat krisis seorang pria tampan menolong dirinya dan membawanya ke rumah sakit.
Di saat itu pula Emily memutuskan pertunangannya dan ingin membalaskan dendam ke keluarganya serta mantan tunangannya. Di mana Emily menikah dengan pria penolongnya.
Apakah balas dendam Emily berhasil? Bagaimana dengan pernikahan Emily dengan pria penolongnya, apakah bahagia atau berakhir dengan perceraian? Ada rahasia tersembunyi di antara mereka, apakah rahasia itu? Silahkan ikuti novelku.
Tolong jangan boom like / lompat baca / nabung bab. Diusahakan baca setiap kali update
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Kasandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Bertemu
"Tidak." jawab Richardo dengan singkat tanpa banyak berpikir.
"Apakah kamu bersedia mempertimbangkan menikah denganku?" Tanya Emily.
"Apakah kamu serius?" Tanya Richardo balik bertanya.
"Aku serius. Kamu sudah menyelamatkanku dan maaf kamu jangan bicara dulu." Ucap Emily yang melihat Richardo ingin berbicara.
"Pertama perkenalkan diriku terlebih dahulu. Aku bernama Emily, berumur dua puluh tujuh tahun. Lulus dari universitas Konoha dan gaji tahunan dua belas miliar." Ucap Emily.
"Aku ada mobil, ada rumah dan Aku tidak akan meminta mas kawin. Setelah kita menikah maka kamu dapat memilih untuk bekerja atau menjadi suami rumah tangga dan kamu jangan kuatir, Aku akan memberikanmu lima puluh juta untuk biaya hidup selama sebulan." Sambung Emily.
"Jangka waktu pernikahan kita adalah satu tahun. Kehidupan suami istri tergantung apakah kedua belah pihak bersedia melanjutkan hubungan atau tidak. Jika kamu menemukan seseorang yang kamu sukai di masa depan maka Aku bersedia bercerai denganmu." Sambung Emily lagi.
'Pertama kali Aku mengenal seorang gadis yang menarik seperti ini.' Ucap Richardo dalam hati.
"Bagaimana pendapatmu?" Tanya Emily sambil masih menatap ke arah wajah tampan Richardo.
"Aku pikir itu bisa, kapan kita pergi untuk mendaftar surat nikah?" Tanya Richardo balik bertanya sambil masih menatap ke arah wajah cantik Emily.
"Begitu cepat kah?" Tanya Emily dengan wajah terkejut.
Pasalnya Richardo langsung menjawab tanpa banyak berpikir.
"Aku sangat sibuk karena itu semakin cepat semakin baik." Jawab Richardo.
"Hmmm ... Baik, sekarang kita pergi." Ucap Emily.
Kemudian Emily dan Richardo pergi ke kantor agama untuk menikah. Setelah beberapa saat mereka sudah resmi menjadi pasangan suami istri.
Kini mereka keluar dari kantor agama di mana Richardo berjalan ke arah Emily sambil membawa payung karena sedang gerimis.
"Aku memiliki sebuah rumah di Perumahan William Garden Estate. Adapun kode pin dan alamat, Aku akan kirim ke kamu nanti. Oh ya kalau Kakek Buyut tinggal di mana?" Tanya Emily.
"Kakek Buyut memiliki rumah sendiri." Jawab Richardo.
"Baik, kalau begitu tiap hari jumat mengunjungi Kakek Buyut dan sekarang Aku pergi kerja dulu." Ucap Emily.
"Baik." Jawab Richardo dengan singkat.
"Oh ya, pakailah payung ini supaya kamu tidak demam." Sambung Richardo sambil memberikan payung ke Emily.
"Terima kasih." Jawab Emily sambil menerima payung pemberian Richardo.
Kemudian Emily pergi meninggalkan Richardo di mana Richardo menatap kepergian Emily.
'Richardo William, nama ini terasa familiar. Oh ya Aku baru ingat Richardo William adalah orang terkaya di kota ini dan namanya sama seperti nama suamiku.' Ucap Emily dalam hati sambil menghentikan langkahnya.
'Sepertinya hanya namanya saja yang sama.' Sambung Emily dalam hati.
Emily kemudian memalingkan wajahnya ke belakang di mana Richardo masih menatap dirinya. Tidak berapa lama ponselnya berdering membuat Emily mengambil ponselnya dari dalam tasnya.
'Hallo.' Panggil Emily.
'Dasar putri durhaka, kenapa kamu ingin membatalkan pernikahan dengan Louis?' Ucap Ayahnya dengan nada kesal.
'Aku tidak mencintainya lagi.' Jawab Emily sambil berjalan ke arah parkiran mobil.
'Sekarang segera pulang ke rumah!' Perintah Ayahnya.
Selesai mengatakan hal itu Ayahnya memutuskan sambungan komunikasi secara sepihak.
Emily hanya menatap ponselnya sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar. Kemudian Emily masuk ke dalam mobil dan mengendarai mobil dengan kecepatan sedang tanpa menyadari sebuah mobil hitam mengikuti kemana Emily pergi.
Kini Emily sudah sampai di mansion milik orang tuanya, Emily berjalan ke arah ruang keluarga di mana Ayahnya, Ibu Tirinya dan Adik Tirinya sedang menunggu dirinya.
"Apa yang kamu inginkan?" Tanya Ayahnya kemudian menampar pipi Emily ketika Emily berdiri berhadapan dengan Ayahnya.
"Adikmu kembali dengan niat baik untuk melihatmu dan kamu berani menampar Adikmu!" Bentak Ayahnya sambil menunjuk ke arah Bertha.
"Mengapa kamu tidak bertanya terlebih dahulu ke putri baikmu?" Tanya Emily yang tidak mau memanggil Ayah
"Apa yang telah dilakukan oleh Bertha terhadapku." Sambung Emily.
"Suamiku, Emily baru saja pulang." Ucap Ibu Tirinya sambil berjalan ke arah suaminya.
"Jika ada yang ingin kamu katakan maka katakanlah padanya dengan baik. Pasti Emily akan memahaminya." Sambung Ibu Tirinya sambil memegang lengan suaminya.
"Benar Ayah, Kakak mungkin tidak sengaja melakukannya dan Aku sudah tidak akan memikirkannya." Sambung Bertha.
"Tentu kamu tidak akan memikirkannya. Kamu sudah merusak pesta pertunanganku dan kamu juga dengan sengaja merebut calon suamiku selain itu kamu hampir membunuhku. Kamu benar-benar bangga bisa melakukan itu semuanya." Ucap Emily sambil berjalan ke arah Bertha.
Bertha berjalan mundur setiap Emily melangkahkan kakinya ke arah dirinya. Namun tiba-tiba Ayahnya mendorong Emily hingga mundur beberapa langkah. Hal itu membuat Emily menatap Ayahnya dengan perasaan kecewa yang teramat sangat.
"Cukup! Tidak peduli apa yang sudah terjadi hari ini. Karena yang terpenting sekarang adalah perjanjian pernikahanmu dengan Louis tidak boleh dibatalkan." Ucap Ayahnya.
"Mengapa?" Tanya Emily.
"Kamu hanya bisa menikah dengan keluarga Fernando dan itu adalah jodoh terbaik untukmu." Jawab Ayahnya sambil menunjuk-nunjuk ke arah wajah Emily.
"Kekayaan dan sumber daya keluarga Fernando dapat memberikan kita bantuan yang sangat besar." Sambung Ayahnya.
"Kecuali kamu mau menikah dengan keluarga William tapi itu tidak mungkin karena keluarga William tidak akan memilihmu yang mempunyai reputasi yang sangat buruk." Sambung Ayahnya lagi.
Emily hanya terdiam sedangkan Ibu Tirinya dan Adik Tirinya tersenyum bahagia melihat Emily dimarahi oleh Ayah kandungnya.
"Hanya Adikmu yang bisa menikah dengan keluarga William karena reputasinya sangat bagus dibandingkan dirimu." Ucap Ayahnya dengan nada menghina.
"Demi uang dan tidak tahu malu ..." Ucapan Emily terpotong oleh Ayahnya.
"Kamu ..." Ucap Ayahnya sambil mengangkat tangan kanannya ke atas untuk menampar Emily.
"Emily, bagaimana kamu bisa melakukan ini pada Ayahmu?" Tanya Ibu Tirinya.
Tanpa menjawab Emily membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan mereka namun baru beberapa langkah terdengar suara bentakkan Ayahnya.
"Berhenti! Susah payah Ayah membesarkanmu ternyata Ayah membesarkan musuh." Ucap Ayahnya dengan nada satu oktaf.
"Jangan mengatakan hal itu! Apakah kamu sudah lupa siapa pemilik perusahaan ini? Perusahaan Employer Cooperation adalah usaha yang didirikan oleh Ibuku dengan susah payah sedangkan kamu?" Tanya Emily sambil membalikkan badannya.
"Tidak lama setelah kematian Ibuku, Kamu membawa masuk wanita itu bersama anak harammu." Sambung Emily sambil menunjuk ke arah Ibu Tirinya dan Adik Tirinya secara bergantian.
"Seharusnya perusahaan ini diwariskan kepadaku karena dari segi pengorbanan kalian terus menerus menghisap darah dari diriku." Sambung Emily lagi.
Ayahnya yang mendengarkan ucapan Emily langsung memegangi dadanya yang terasa sesak membuat tubuhnya seperti tidak bertulang. Istrinya yang melihatnya langsung menahan tubuhnya sebelum ambruk ke lantai.
"Eh ..." Ucap Istrinya sambil membantu memapah suaminya ke arah sofa.
"Ayah melakukan ini semua hanya untuk Kakak dan untuk keluarga kita." Ucap Bertha.
"Emily, kita semua adalah satu keluarga. Mengapa kamu begitu memperhitungkan hal ini?" Tanya Ibu Tirinya.
"Benarkah? Hari ini Aku akan memperhitungkan hal ini." Ucap Emily.
"Bertha, kamu harus keluar dari Perusahaan Employer Cooperation dalam lima hari karena Aku akan mengambil alih perusahaan." Sambung Emily sambil menatap ke arah Bertha.
"Kakak, apakah Kakak sedang memaksaku?" Tanya Bertha.
"Bertha, tidak perlu takut." Ucap Ayahnya sambil duduk di sofa dan masih memegangi dadanya yang terasa sesak.
"Kamu jangan lupa wasiat terakhir Ibumu. Di mana kamu hanya dapat mengambil alih perusahaan setelah kamu menikah. Jadi sekarang kamu jangan memikirkan untuk mengambil alih perusahaan." Sambung Ayahnya.
Emily langsung membuka tasnya kemudian mengambil surat nikah lalu diperlihatkan ke Ayahnya.
"Orang yang seharusnya menyerah adalah kalian karena Aku sudah menikah." Jawab Emily.
Bertha yang penasaran mengambil surat nikah tersebut kemudian membacanya.
"Kakak, jangan-jangan Kakak untuk menipu Ayah menggunakan surat palsukan?" Tanya Bertha yang tidak percaya kalau Emily sudah menikah.
"Emily, reputasimu sudah buruk. Bagaimana kamu bisa berbuat sembarangan dengan cara merusak dirimu sendiri?" Tanya Ibu Tirinya.
"Kalau pernikahanku merusak diri sendiri secara sembarangan? Bagaimana dengan Bertha? Bertha hanya setengah tahun lebih muda dariku dan sekaligus putri kandung Ayah." Ucap Emily sambil bersidekap.
"Wanita itu selingkuh dengan Ayah dan sepertinya lebih tidak punya rasa malu." Sambung Emily.
"Suamiku dengarkan apa yang sudah Emily katakan! Cukup menyakitkan!" Teriak istrinya sambil menunjuk ke arah Emily.
"Baik, karena kamu mengatakan sudah menikah maka bawa Dia untuk datang ke sini dan biarkan kami melihat. Jika tidak maka Aku akan mengikatmu dan membawa kamu ke rumah keluarga Fernando." Ucap Ayahnya.
"Baik." Jawab Emily dengan singkat sambil mengambil ponselnya dari dalam tasnya.
Emily kemudian menghubungi suaminya dan sambungan pertama langsung di angkat.
'Apakah kamu punya waktu sekarang untuk datang ke rumah orang tuaku?' Tanya Emily.
'Karena Ayahku ingin bertemu denganmu, sekarang juga.' Sambung Emily.
'Tapi Aku belum mengganti pakaian.' Ucap Richardo.
Qsqq I just got ss
Sqq sqsqss I will be there s I will be there in a few minutes if you want to come sssqsqssqsqqqqqqq me and I will be there in a few minutes if you want to come over and grab it and grab sqq and grab it and grab the kids and sqqq