Rania adalah seorang wanita muda yang berprofesi sebagai guru. Ia multitalenta, baik hati, cantik, dan mandiri. Suatu hari Rania bertemu dengan seorang pemuda tampan yang lebih muda darinya, Logan namanya.
Awal pertemuannya dengan Logan, diwarnai dengan banyak kesalahpahaman. Namun apa daya cinta terlanjur tumbuh di hati keduanya.
Walaupun banyak perbedaan dan rintangan yang hadir di antara keduanya, termasuk kenyataan bahwa ternyata Logan adalah siswa di tempat Rania mengajar, tak cukup kuat untuk menghapus rasa yang sudah tumbuh di antara mereka.
Suatu hal kemudian terjadi. Logan bak seorang putra mahkota yang tiba-tiba saja harus menggantikan posisi raja yang diduduki sang ayah di perusahaan besar miliknya.
Hari-hari berat harus dijalani Logan dan membentangkan jurang pemisah lebih jauh lagi antara dia dan Rania.
Bagaimana kisahnya? Apakah kesempatan untuk mereka bersatu masih ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8: Wangi Manis Anggur
Ambulans yang membawa Logan akhirnya tiba di rumah sakit. Logan segera dibawa ke ruang UGD untuk ditangani oleh dokter. Seorang tenaga medis yang membawa Logan menghampiri Rania yang sedang menunggu Logan di ruang tunggu UGD.
"Mbak, ini dompet dan hp punya masnya. Sekalian aja Mbak urusin ke bagian administrasi," saran petugas medis itu. Rania menerima dompet dan hp milik Logan dan mengucapkan terimakasih.
Kemudian Rania memutuskan membuka ponsel Logan untuk mencari kontak yang bisa dihubungi. Beruntung, ponsel itu tidak dikunci. Namun Rania seketika syok, saat ponsel milik Logan menyala, muncul foto dirinya yang sedang menggunakan dress bunga-bunga, tengah menikmati pemandangan senja yang Rania tahu itu adalah di Heaven Cafe.
'Ini 'kan pas gue ke kafe waktu itu? Katanya bukan penguntit. Tapi dia punya foto gue yang dia ambil diem-diem,' gerutunya dalam hati.
Rasanya Rania ingin sekali membuka galeri milik Logan, tapi ia takut melanggar privasi. Rania pun mengurungkan niatnya. Lebih baik ia tanyakan langsung nanti dan mengobrol lebih jauh dengan Logan.
Rania membuka kontak dan mencari nomor orang tua Logan. Ternyata Logan lebih sering chat dengan ibunya, jadi sepertinya Logan lebih dekat dengan sang ibu. Rania pun memijit gambar gagang telepon dan panggilan pun tersambung.
"Halo, Nak?" jawab Carla di seberang sana.
"Mohon maaf, Tante. Pemilik ponsel ini tadi mengalami kecelakaan. Tadi putra tante sempat terjebak di lift bersama saya dan sekarang ada di Rumah Sakit Medika."
"Ya Tuhan! Sekarang gimana keadaan Logan?" seketika suara Carla menjadi sangat panik.
"Sedang ditangani oleh dokter, Tante. Keadaannya udah jauh lebih baik," jawab Rania menenangkan.
"Okay, saya segera ke sana. Makasih ya," Carla menutup teleponnya. Sepertinya ia betul-betul langsung menuju kemari.
Rania pun menyimpan ponsel Logan di saku jaketnya dan mengambil ponsel miliknya sendiri. Sejak keluar dari lift, Rania belum membuka ponselnya. Ada beberapa chat dari Rendra, Nindi, Keyla-sahabatnya, dan juga beberapa chat di grup yang ia masuki. Rania membuka satu persatu dan membalasnya. Ia juga mengecek grup khawatir ada pengumuman penting, terutama grup info kedinasan Satya IHS.
Saat sedang asyik membalas chat, dokter memanggil keluarga Logan. "Keluarga Mas Logan?" dokter mengedarkan pandangannya ke segala arah ruang tunggu dan tertuju pada Rania yang berdiri kemudian berjalan ke arahnya.
"Bagaimana keadaannya dok?" tanya Rania.
"Pasien sudah baik-baik saja. Untung tadi segera dilakukan pertolongan pertama sehingga keadaannya tidak fatal. Tunggu infusannya habis maka pasien sudah boleh pulang," dokter menjelaskan.
"Syukurlah. Jadi tidak perlu dirawat ya dok?"
"Tidak perlu, Mbak. Sudah saya resepkan obat nanti Mbak silahkan tebus di apotek dan saya juga membuat surat rekomendasi untuk ke psikiater agar phobia pasien bisa segera diterapi."
Rania mengucapkan terimakasih dan segera menuju bagian administrasi. Petugas pun meminta kartu identitas Logan, Rania pun mengeluarkan dompet Logan yang ia simpan di jaketnya tadi. Ia membuka dan mencari KTP milik Logan.
Tak sengaja Rania melihat tahun lahir Logan. 'Hah? Logan masih delapan belas tahun?' pekik Rania dalam hati. Ia tak menyangka Logan ternyata masih semuda itu.
"Maaf Mbak, KTP pasiennya boleh saya pinjam?" Bagian administrasi membuyarkan lamunan Rania. Rania segera memberikan KTP Logan pada bagian administrasi itu.
'Kalau Logan masih delapan belas tahun berarti dia masih SMA. Seumur sama murid aku nanti dong,' Rania tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya, tatkala mengingat Logan yang sangat menunjukkan rasa ketertarikannya pada Rania dan ingin berkenalan dengan Rania.
Setelah bagian administrasi selesai, Rania menghampiri brangkar yang ditempati oleh Logan. Logan terlihat jauh lebih baik. Selang oksigen masih terpasang di hidungnya, tangannya diinfus, dan ia terlihat jauh lebih sehat. Rania menarik kursi ke sisi kiri brangkar Logan dan duduk di sana. Logan tersenyum lemah saat melihat Rania.
"Gimana keadaan kamu?" tanya Rania dengan ramah.
"Gue baik. Sorry ya udah ngerepotin. Jujur gue malu banget lo lihat gue kayak gini," jujur Logan dan memilih untuk menutup matanya.
"Lagian kamu kok bisa sih masuk ke lift padahal punya claustrophobia."
"Karena gue pengen kenalan sama lo, tapi gak banyak kesempatan yang gue punya. Terakhir lo malah ngira gue penguntit."
"Ya gimana saya gak nyangka kamu nguntit saya orang kamu tahu saya pergi kemana dan pakai baju apa. Bahkan kamu pakai foto saya buat wallpaper HP kamu." Logan membuka matanya dan seketika dia tersenyum.
"Lo pasti buka hp gue buat ngehubungin nyokap gue ya."
"Iyalah buat apa lagi, tapi saya gak buka yang lain kok. Ini saya kembaliin jaket, HP, dan dompet kamu," ucap Rania sambil menyimpan barang-barang Logan di nakas di sisi brangkar.
"Makasih banyak ya. Ternyata selain lo cantik, lo juga baik banget."
"Sama-sama," jawab Rania tenang dan tak terpengaruh dengan pujian yang Logan lontarkan padanya.
"Lo gak salting dibilang cantik sama gue?" tanya Logan heran dengan suara yang masih lemah. Padahal ia sedang mencoba merayu gadis incarannya ini.
"Nggaklah. Ngapain saya salting sama kamu."
"Kenapa? Salting juga gak apa-apa. Lo emang cantik banget, makanya gue suka," goda Logan lagi dengan lebih berani. Rania hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum. Ia keheranan sendiri dengan sikap Logan yang begitu berani mengutarakan perasaannya.
'Dasar bocah bucin," gumam Rania dalam hati.
"By the way semenjak gue sadar dari pingsan pas di lift, kenapa ya jadi kecium wangi manis anggur terus? Tapi gue gak tahu dari mana. Waktu di lift gue kira itu pewangi ruangan, tapi di sini gue masih nyium wangi anggurnya," tanya Logan yang penasaran.
Awalnya Rania agak bingung dengan pertanyaan Logan yang sangat random tapi kemudian dia sadar bahwa mungkin wangi anggur yang dimaksud oleh Logan adalah wangi dari lipgloss yang dikenakannya, yang menempel pada sekitar bibir Logan saat ia memberikan nafas buatan pada Logan tadi.
Rania sontak berdeham.
"Lo kayaknya tahu sesuatu?"Sebenarnya Logan sudah menyangka sesuatu, namun ia ingin mengetahui apakah yang dia curigai betul terjadi atau tidak.
Rania kemudian mengeluarkan selembar tisu dari tasnya dan menyerahkannya pada Logan. Logan hanya diam tidak mengerti mengapa Rania memberinya tisu.
"Nih pakai ini buat lap sekitar bibir kamu. Mungkin itu dari lipgloss saya yang nempel pas saya kasih kamu nafas buatan," terang Rania dengan tenang.
"Hah?!" Logan berteriak cukup keras. Logan sendiri sudah menyangka itu, tapi ia tidak mau berpikir terlalu 'halu', tapi ternyata semua itu benar adanya, Rania ternyata memberinya nafas buatan. Wajah Logan sudah berubah semerah tomat sekarang.
Jangan cuma baca ya kak, ulasan, comment dan likenya please 🥰
semangat sembuh Faris 💪 byr waktu yg terbuang utk logan dan Carla 🤭😁
sabar ya Rania... 🥰
Logan juga sebenarnya ga tahan bersikap dingin dg kamu, Rania 😍
jgn" yg lg adu jotos si Logan & vino nihh 🙈
semoga happy ending sich...🤲🏼🥰😍 walau gondog" kan dulu karena rasa cembokur 😂😂😂