Kisah sekelompok anak muda yang ingin hidup sesuai dengan keinginan mereka karena di beri kesempatan kedua. Mereka pernah meninggal dan hidup kembali secara ajaib sehingga mereka sangat ingin menikmati hidup mereka.
Namun tanpa mereka sadari sebuah bencana besar sedang mengintai dunia dan pada akhirnya mengancam semua makhluk hidup di dunia. Untuk mempertahankan kehidupan kedua mereka, sekelompok anak muda itu berjuang untuk mengembalikan dunia seperti sedia kala dengan keajaiban yang mereka miliki.
mohon dukungan komen dan like nya ya kalau suka, thanks
Prinsip mereka hanya satu. "Kita tidak tahu sampai kapan keajaiban ini akan mempetahankan hidup kita, sampai saat itu tiba kita akan bersenang senang dan melakukan apa saja yang kita inginkan, tidak ada yang bisa menghalagi kita, apapun itu, jadi jangan coba coba,,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chaoter 1
“Sekali lagi saya mohon maaf, usia anak anda di perkirakan maksimal hanya tinggal empat bulan lagi dari sekarang,” sang dokter mengatakan diagnosanya setelah memeriksa alat ekg yang di tanam di dada seorang pemuda.
Wajah seorang pria paruh baya, istrinya dan seorang pemuda berusia 13 tahun yang duduk di antara kedua orang tuanya langsung tersentak kaget. Sang ibu langsung memeluk anaknya dan menangis tersedu sedu sedangkan sang ayah langsung diam menunduk sambil mengepalkan kedua tangan nya di atas lututnya, wajahnya terlihat menahan tangis sampai gemetar. Sang pemuda tertunduk diam, dia tidak bisa bicara apa apa, sudah sejak lama harapannya pupus untuk bisa hidup dan dia sama sekali tidak memikirkan masa depannya yang terlihat gelap.
Tidak ada yang bisa di lakukan, sang pemuda pasrah di vonis usianya hanya tinggal empat bulan lagi, bahkan air mata saja tidak keluar dari matanya. Dokter berkali kali minta maaf di depan sang ayah yang masih mengeluarkan semua isi hatinya. Mendengar itu, tangan sang pemuda naik memegang baju ayahnya. Sang ayah yang wajahnya memerah karena emosi dan matanya yang berkaca kaca menoleh melihat anak semata wayangnya yang sedang melihat dirinya dengan senyum getir di wajahnya.
Sang ayah langsung memeluk pemuda yang masih di peluk ibunya. Suasana haru mengisi ruangan praktik dokter jantung yang hanya bisa menunduk merasakan suasana haru di ruanganya. Setelah itu, sang ayah dan sang ibu membawa pemuda itu pulang ke rumah. Sang pemuda langsung naik ke atas masuk ke dalam kamarnya meninggalkan ayah dan ibunya yang saling merangkul sambil menangis. Setelah menutup pintu kamar dan menguncinya, sang pemuda merosot bersandar di pintu, dia duduk di depan pintu meringkuk mendekap lututnya.
Wajahnya terbenam di lututnya, “kenapa tidak sekarang saja aku mati, aku sudah kosong, aku tidak punya harapan, aku sudah tidak mau hidup,” kata kata itulah yang terlintas di benaknya. Kedua tangannya meremas rambutnya, ingin rasanya dia berteriak, ingin rasanya dia mengumpat kalau dunia ini tidak adil dan lebih baik dia tidak usah di lahirkan sekalian. Walau ingin menangis, dia tidak bisa menangis. Sang pemuda berdiri, dia berjalan terhuyung menuju mejanya dan tidak sengaja melanggar lemari bukunya.
“Klotak,” sebuah buku jatuh di belakangnya, sang pemuda menoleh melihat buku yang jatuh di lantai, dia berbalik dan mengambilnya kemudian membawanya ke meja belajar, dia membuka bukunya, ternyata buku itu adalah buku miliknya ketika dia di rawat di rumah sakit saat usianya baru 10 tahun. Isinya adalah keinginan keinginan dirinya yang dia tulis dan akan dia lakukan ketika dia sembuh nanti. Ada sekitar 100 daftar apa yang ingin dia lakukan di hidupnya, mulai dari yang simpel seperti membeli buku gambar sampai cita cita besar menjadi astronot.
“Semua ini percuma kan hahaha, empat bulan lagi aku sudah tidak ada di dunia,” pikirnya dalam hati.
Sang pemuda benar, waktu empat bulan bukanlah waktu yang lama, dalam sekejap tiga setengah bulan sudah berlalu tanpa dia sadari, alat ekg yang di tanam di dada nya yang memperlihatkan sisa detak jantungnya sudah semakin sedikit. Dia menyadari kalau dirinya akan meninggal sebentar lagi, orang tua sang pemuda membawa sang pemuda kembali rumah sakit untuk di rawat karena sang pemuda sudah lemas dan sulit untuk berjalan. Ketika sudah di tempatkan di ruangan khusus yang penuh dengan peralatan medis yang canggih, sang pemuda hanya mampu menatap ke langit langit dalam keadaan sendirian.
“Ah...sebentar lagi aku pergi, sayang sekali pemandangan yang ku lihat adalah atap rumah sakit ini lagi, andai saja aku bisa keluar dan berbaring di padang rumput, menatap langit sambil merasakan hangatnya matahari, mungkin aku rela pergi kapan saja,” ujar sang pemuda.
Selama hidupnya, sang pemuda selalu di rumah dan hanya pergi jika dirinya di rawat di rumah sakit atau hanya sekedar di rumah sakit. Air mata menetes membasahi pipinya, dia menoleh melihat keluar jendela yang terbuka lebar, tangannya naik terjulur ke arah jendela, sinar matahari menerpa tangannya, sang pemuda tersenyum ketika merasakan hangatnya sinar matahari di tangannya. Suasana kamar sangat hening dan hanya terdengar suara mesin ekg yang mengukur detak jantung pasien.
“Waktu ku sepertinya tidak sampai dua minggu lagi, seandainya aku terlahir kembali, semoga aku bisa berumur panjang dan bisa keluar untuk berpergian melihat dunia,”
Tangannya kembali turun, dia memejamkan matanya dan memasrahkan hidupnya kepada yang kuasa. Air matanya kembali mengalir namun dia tersenyum dan terlihat tenang. Akhirnya, “tiiiiiiiit,” alat ekg berbunyi panjang tanda jantung pasien sudah berhenti berdetak. Para perawat dan seorang dokter masuk ke dalam kamar, dokter langsung memeriksa sang pemuda dan memeriksa alat yang tertanam di dadanya,
“Ambil alat kejut, cepat,” teriak dokter.
“Baik dok,”
Beberapa perawat mendorong alat kejut jantung yang berada di sudut ruangan menuju ke samping sang dokter, langsung saja sang dokter bersiap siap melakukan prosedur kejut jantung, seorang perawat membuka pakaian sang pemuda. “clear,” “bzzt,” alat kejut menyetrum dada sang pemuda sampai membuat tubuhnya berguncang dan melompat sedikit di atas ranjang. Sang dokter menoleh melihat mesin ekg, dia mencoba sekali lagi “bzzt,” tubuh sang pemuda kembali melonjak dan melompat tapi tidak ada perubahan di alat ekg.
Sang dokter membuka penutup kepalanya dan membuka maskernya, wajahnya terlihat murung dan dia melihat jam tangannya,
“Tolong di catat, waktu kematian jam 5 sore, segera kabari keluarganya,” ujar sang dokter.
Sang dokter, dia melihat para perawat tidak bergerak namun gemetar ketakutan, “grek,” terdengar suara ranjang bergerak.
“Um...dok, kok saya masih hidup ?” tanya seseorang di belakang dokter.
Mendengar suara di belakangnya, bulu halus sang dokter mulai berdiri, dengan perlahan dia menoleh ke belakang, ternyata sang pemuda yang terlihat kurus sudah duduk di atas ranjangnya dan melihat sang dokter dengan wajah bingung. Sang dokter secara reflek langsung melihat alat ekg, yang tampil di layarnya hanyalah garis lurus tanpa detak sama sekali dan indikator angka menunjukkan angka nol. Sang dokter mengambil lengan sang pemuda dan memegang nadinya, “duk...duk...duk,” sang dokter dapat merasakan detak jantung sang pemuda, untuk lebih memastikan nya lagi dia menggunakan stetoskop nya ke dada sang pemuda dan detak nya berbunyi, namun tetap saja dia tidak melihat perubahan di mesin ekg.
“Kok...bisa ?” tanya sang dokter dengan wajah bingung.
******
Ya, pemuda itu adalah aku, namaku Rio Renata, saat itu usia ku 13 tahun dan aku di vonis meninggal di usia 13 tahun, kenyataannya aku sekarang berusia 18 tahun dan sudah kelas 11 sma. Apa yang terjadi dengan ku sulit di jelaskan dengan kata kata, menurut dokter jantung yang memeriksa ku saat itu, teknisnya jantung ku sudah mati ketika aku berusia 13 tahun tapi ada keajaiban terjadi, ketika di lihat menggunakan alat ronsen, jantung ku berdetak namun detaknya tidak terdeteksi oleh mesin ekg.
Dokter melakukan prosedur menggunakan alat endeskopi untuk memeriksa bagian dalam tubuh ku, semua normal termasuk jantung ku. Terakhir, karena dunia medis membutuhkan penjelasan dengan fenomena aneh yang terjadi pada diri ku, seorang dokter bedah jantung memohon pada kedua orang tua ku agar aku di bedah untuk memastikan apa yang terjadi di dalam diriku. Tentu saja orang tua ku yang tidak mengerti mengijinkan nya karena takut terjadi sesuatu yang aneh pada diriku. Bedah pun di lakukan dan hasilnya sangat mengejutkan dunia medis.
Seluruh organ ku normal, tapi jantung ku berubah, jantung ku terlihat seperti terbuat dari kristal padat yang sangat keras namun berdetak seperti jantung normal dan berubah warna menjadi biru. Tidak ada penjelasan apapun mengenai kondisi ku dan yang membuat pada dokter yang membedah ku tercengang adalah selesai di teliti dan semua peralatan di cabut, lubang yang menganga di dada ku tertutup sendiri tanpa meninggalkan bekas sama sekali dan aku mendadak sadar dari bius ketika masih di dalam kamar operasi.
Setelah itu, karena tubuh ku pulih seperti sedia kala, aku di perbolehkan pulang namun setiap seminggu sekali aku harus kembali untuk memeriksakan kondisiku. Sejujurnya saat itu aku sendiri tidak mengerti, aku malah mengira diagnosa yang mengatakan usia ku hanya tinggal empat bulan itu salah atau hanya untuk bercanda. Begitu sampai rumah, aku langsung membuka buku catatan ku yang berisi 100 hal yang ingin aku lakukan.
Tentu saja aku langsung melakukan semuanya, mulai dari makan kristal krim yang selalu di larang, mandi di sungai, bersepeda keliling kota, main arcade, pergi ke pegunungan dan lain sebagainya. Selama setahun aku habiskan hanya untuk memenuhi 100 hal yang ingin aku lakukan dan semuanya terpenuhi tanpa terkecuali. Karena sekolah ada di salah satu dari 100 hal yang ingin aku lakukan, aku pun lulus smp dengan gemilang, aku yang selama ini belajar sendiri di rumah bersama guru privat dari sekolah khusus, sekarang bisa masuk ke sekolah, namun karena aku belum bisa berteman dan tidak tahu caranya, aku sendirian di kelas.
Bagiku itu tidak masalah, karena sudah bisa hidup dan menikmati suasana sekolah saja sudah cukup bagiku. Karena dalam setahun itu aku mencoba semua olah raga termasuk bela diri yang temasuk di dalam 100 hal yang ingin aku lakukan, ketika aku berusia 14 tahun, tubuh ku menjadi besar sekali, tinggi dan kekar. Saat ini adalah saat saat yang membahagiakan di dalam hidupku, aku terus bersekolah sampai akhirnya sekarang aku berada di kelas 11 sma dan usia ku sudah menginjak usia 18 tahun dan tinggi ku mencapai 180cm.
Tentu saja setiap minggu aku masih pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kondisiku sampai sekarang dan tetap saja jantung ku adalah jantung kristal. Aku tidak tahu sampai kapan kondisi ku akan bertahan, jadi setelah selesai aku mengejar 100 keinginan ku, aku mulai mencari hal baru. Kebanyakan teman teman sebaya ku di kelas selalu membicarakan hubungan mereka dengan lawan jenis dan nikmatnya berpergian beramai ramai ke suatu tempat.
Sejujurnya aku ingin sekali mencoba dan merasakan berinteraksi dengan lawan jenis dan hal hal lain yang biasa di lakukan oleh seorang remaja untuk mengisi masa muda ku, tapi aku tidak tahu bagaimana memulainya, kisah ku baru di mulai ketika aku bertemu dengan seorang gadis aneh yang akan mengubah seluruh kehidupan ku ke arah yang berbeda. Semua bermula ketika sepulang sekolah aku ke atap untuk bersantai dan berjemur, kemudian melihat seorang gadis yang berdiri di tepi atap sambil melihat ke bawah.