Apakah anda mengalami hal-hal tak wajar disekitar anda?
Seperti suara anak ayam di malam hari yang berubah menjadi suara wanita cekikikan? Bau singkong bakar meskipun tidak ada yang sedang membakar singkong? Buah kelapa yang tertawa sambil bergulir kesana-kemari? Atau kepala berserta organnya melayang-layang di rumah orang lahiran?
Apakah anda merasa terganggu atau terancam dengan hal-hal itu?
Jangan risau!
Segera hubungi nomor Agensi Detektif Hantu di bawah ini.
Kami senantiasa sigap membantu anda menghadapi hal-hal yang tak kasat mata. Demi menjaga persatuan, kesatuan, dan kenyaman.
Agensi Detektif Hantu selalu siap menemani dan membantu anda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eko Arifin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8 - Gedung Kutukan II
Ardian dan Rendy pun masih di kantor dan membahas job selanjutnya yang di perkirakan berbahaya sambil menanti kedatangan tiga sosok ghaib yang mereka panggil.
Sesaat kemudian bulu kuduk mereka berdiri, tanda ada yang datang.
Brag!
Sesosok kain putih lusuh yang di ikat tali layaknya jenazah orang muslim tiba-tiba terjatuh di depan mereka dan mengerang kesakitan.
"Duh... aduh... nih mesin perlu di servis kayaknya." ucap sosok putih yang di sebut Pocong itu saat ia menggeliat dan melompat-lompat seperti ikan di daratan mencoba untuk bangun.
"Kenapa, Ci, blong lagi remnya?" tanya Ardian.
"Hehehe, iya nih bre..." jawabnya malu setelah berhasil melompat dan berdiri tegap yang membuat Ardian dan Rendy melihat wajah sosok tersebut.
Pocong itu bernama Om Poci dan Ardian lah yang memberinya nama. Wajahnya yang pucat pasi bagaikan mayat, serta di sekitar matanya hitam bagaikan panda itu sama sekali tidak memberi kesan mengerikan.
Tetapi bagi orang awam, mereka melihatnya berbeda karena Om Poci pun bisa merubah bentuk wajahnya jadi mengerikan.
"Ngomong-ngomong, Kinarsih sama Ucil dimana?" tanya Ardian lagi.
"Lha itu di belakang..." jawab Om Poci yang mencoba menujuk sosok mereka dengan tangannya, tetapi susah karena di ikat.
Dua sosok tersebut pun tampak di hadapan mereka.
"Jenjeng! Gimana kabarnya ganteng? Jalan yuk sama tante." tukas sosok wanita bergaun merah yang tiba-tiba hadir tersebut.
"Ih, tante masih aja genit sama bang Ardian. Ingat umur tan, bukannya nambah pahala malah nambah dosa. Udah tua, genitnya selangit lagi." celetuk bocah kecil tanpa rambut itu.
"Eh, si bocil malah nyolot. Gue tampol hidup lu..."
Ardian hanya tertawa ringan melihat trio badut yang tidak pernah berubah sejak ia masih kecil.
Om Poci yang masih sering blong remnya, membuatnya bertabrakan dengan pohon atau tembok, si Kunti merah Kinarsih yang masih genit dan Ucil, si bocah tuyul yang ceplas-ceplos kalau ngomong.
"Ngemeng-ngemeng ada keseruan apa nih? Sampai manggil kita." tanya Kinarsih.
"Tumben bang Ardian manggil, katanya mau mandiri jadi mahasiswa... ternyata oh ternyata, butuh kita juga." ucap Ucil sambil garuk-garuk pantatnya yang gatal.
"Lagi enak-enak nobar bola malah di panggil... mana udah masang setengah lagi..." tukas Om Poci.
"Sorry bre... Ini si Rendy nemu gambar kayak gini di gedung yang mau kita bersihin..."
Ardian pun mengeluarkan handphone Rendy dan menunjukan gambar yang di maksud, membuat Kinarsih dan Ucil mengangkat bahu mereka tanda tidak mengerti, tetapi tidak dengan Poci.
"Emang ini gambar apa bang? Grafiti kah?" tanya Ucil.
"Gak paham gue kalau soal begininan." Kinarsih ikut berbicara.
"Udah di terawang nih gambar sama elu, Ren?" tanya Poci.
"Udah gue coba tapi gak bisa, kayak ada yang halangi buat gali informasi tentang nih gambar..." jelas Rendy.
"Menurut elu Ci, ini buat ritual apa ya? Perjanjian atau Pemanggilan?" tanya Ardian.
"Pemanggilan sih, kalau lihat huruf-hurufnya..." ucap Om Poci pendek.
Ardian agak bernapas lega setelah mendengar hal tersebut, yang membuatnya dapat menerka kejadian atas keangkeran gedung yang menjadi job "Pembersihan" agensi malam ini.
Meski begitu, masih ada kekhawatiran di dalam hatinya.
"Gue mau tanya lagi Ci, elu yakin gak nih sigil bisa manggil sosok yang di maksud?" tanya Ardian.
"Buat manggil yang elu maksud tadi, masih butuh beberapa benda yang "Dia" suka tapi gak ada bekas benda tersebut di foto ini..." jawab Om Poci.
"Ok, ini jelas cuma kerjaan anak-anak yang penasaran doang." jelas Ardian.
"Gue juga mikirnya gitu." Om Poci pun membenarkan perkataan Ardian.
"Hadeh, heran gue sama orang-orang yang gak paham tapi main beginian. Gak sadar apa kalau imbasnya itu ke semua..." ujar Ardian kesal.
Rendy berserta Kinarsih dan Ucil hanya saling pandang satu sama lain karena tidak memahami apa yang di bahas oleh mereka berdua.
Ardian hanya diam sambil memikirkan rencana untuk melakuka pembersihan gedung angker tersebut.
"Gue boleh minta tolong kalian gak?"
Ardian bertanya kepada trio badut tersebut yang membuat mereka tersenyum lebar.
"Kayak sama siapa aja bre, kita udah berkawan sejak elu kecil. Derita elu derita kita juga, ya gak coy?" tukas Om Poci dengan senyun.
"Betul tuh. Bilanging ke mereka, siapa aja yang berani ngusik bang Ardian bakal kena bogem gua!" teriak Ucil sambil mengeluarkan tangan mengepalnya.
"Belum tau mereka siapa Kinarsih. Si Kunti cantik cetar membahana..." lanjut Kinarsih sambil mengibaskan rambut panjang dan kusutnya.
Jawaban mereka membuat Ardian terkekeh lucu sebelum raut wajahnya menjadi serius.
"Kinarsih sama Ucil jaga Putriani aja dari kejauhan. Dia itu gak kayak gue sama Rendy yang bisa jaga diri kalau berhadapan sama bangsa kalian. Apalagi job malem ini agak berbahaya." jelas Ardian pelan.
"Siap bossku!" jawab mereka serentak.
"Kalau gue?" tanya Om Poci.
"Om Poci nanti ikut kita ke TKP, sekalian buat monitoring kalau si "Dia" dateng tiba-tiba. Tugas lu itu mudah, cukup menghadangnya bagaimana pun caranya..."
"Mampus gue..." ucap Om Poci lemas.
"Om Poci kan udah pernah mati sekali, sekalian aja tuh buat jadi yang kedua kalinya..."
"Gak lucu bre! Tega amat sih elu sama kawan sendiri, main ngorbanin gitu aja... Emang gue hewan qurban!?" gerutu Om Poci.
"Setan qurban tepatnya..." ucap Rendy usil sambil terkekeh.
"Ogahhhhhhh!"
"Yeuh, elu sendiri yang bilang "Derita elu, derita kita juga", jadi elu harus siap jadi samsak pasir buat bantu kita. Nanti tak cariin tali rapiah buat gantung tuh tubuh" jelas Ardian yang membuat Om Poci makin khawatir.
"Gue mending ngadepin ribuan dhemit di gedung itu daripada ketemu si "Dia", kita tukeran job aja gih!?"
"Ya elah, belum tentu "Dia" juga nongol, ini cuma buat jaminan kalau hal itu terjadi, hambat "Dia" sebisa mungkin. Rendy juga gak paham bahasa Yunani kuno buat membalikan itu sigil, jadi gue harus ada disana." jelas Ardian lagi.
"Iya gue gak paham... Maaf ya." ucap maaf Rendy membuat Om Poci semakin menggurutu.
"Mati lagi gue njir!" ujar Om Poci saat ia menjatuhkan diri dan menggelinding kesana kemari, merengek tidak mau ikut ke gedung tersebut.
"Yah... malah merajuk nih permen sugus." celetuk Ardian.
"Emang yang di maksud siapa sih bre, kok si Poci sampai segitunya?" tanya Rendy.
"Gue gak mau panggil namanya nanti malah kepanggil, tapi inisialnya "M", kalau elu mau cari tahu siapa dia, besok siang aja tapi cari sendiri ya." jelas Ardian yang di sambut anggukan oleh Rendy.
"Tante lihat! Ucil lagi main Lompat Pocong nih! Seru banget!" ucap si Tuyul senang saat melompati Om Poci yang menggelinding kesana kemari.
"Woy Cil, kagak ada sopan-sopannya lu sama orang tua. Ikut dong!" sahut Kinarsih bergabung dengan Ucil yang melompati Om Poci.
"Wah, asik tuh kayaknya! Ikutan bre!" kali ini Ardian yang ikut main lompat pocong.
Mereka bertigapun melompati Om Poci bersama-sama dengan riang gembira, sementara yang di lompati malah menangis sejadi-jadinya.
"Gue lagi sedih kok kalian malah jahatin gue sih... Udah gak prend lagi ah!"
Rendy pun keheranan melihat tingkah mereka dan menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Emang udah kena itu pola pikirnya si Ardi... Pocong kok di buat mainan."
**********
Beberapa saat kemudian Kinarsih, Ucil dan Ardian yang penuh dengan senyuman setelah puas bermain Lompat Pocong, sebelum mereka duduk di tempat masing-masing.
Sementara Om Poci pun terduduk di pojokan dengan wajah yang murung bergelinang air mata sambil mengucap, "Mati lagi dah gue, bukan mati dua kali ini mah... mati berkai-kali."
Ardian hanya menghela nafas panjang dan berkata, "Kinarsih dan Ucil berangkat sekarang. Gue sama Rendy juga mau ke TKP..."
"Siap bossku!" sahut mereka serentak sebelum menghilang dari pandangan mereka.
"Kita berangkat juga." ucap Ardian saat mendekati Pocong yang tengah merajuk di pojokan.
"Ogah gue jadi samsak! Ogaaaahhhh!"
Ardian tidak menghiraukan teriakan Om Poci saat ia memegang buntelan di kepalanya dengan kuat dan segera menyeretnya keluar ruangan.
"Ayo Ren, kita berangkat ke gedung angker itu..." ucapnya sambil masih menyeret Om Poci yang menggeliat dengan kasar karena di paksa.
"Less go!" ucap Rendy tekekeh saat melihat sosok Pocong itu di seret paksa oleh Ardian.
Rendy dan Ardian pun melangkah keluar kantor bersama dengan Om Poci yang menggeliat karena di seret dengan paksa di buntelan kepalanya.
"Wah, gak ada perikehantuannya nih orang!" ucap makhluk-makhluk astral di sekitar Agensi Detektif Hantu setelah melihat perlakuan Ardian kepada Om Poci.