NovelToon NovelToon
Takdir Cinta Yang Salah

Takdir Cinta Yang Salah

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / One Night Stand / Selingkuh / Pelakor / Dijodohkan Orang Tua / Kontras Takdir
Popularitas:25.9k
Nilai: 5
Nama Author: Lucky One

Keidupan normal Karina gadis 17 tahun yang baru saja putus cinta seketika berubah, Dengan kedatangan Dion yang merupakan artis terkenal, Yang secara tidak terduga datang kedalam kehidupan Karina, Dion yang telah mempunyai kekasih harus terlibat pernikahan yang terpaksa di lakukan dengan Karina, siapakah yang akan Dion pilih?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penolakan

“Ya sudah, gue mau pulang sekarang kalau nggak ada lagi yang perlu diomongin,” ujar Karina sambil beranjak dari kursinya. Ia berjalan menjauh, meninggalkan Ricky yang hanya bisa terdiam. Namun, tiba-tiba suara Ricky memanggilnya dengan nada keras.

“Karina, tunggu!” teriak Ricky, membuat beberapa orang di kafe menoleh. Karina berhenti sejenak, sedikit terkejut. Namun, ucapan Ricky yang berikutnya benar-benar tidak terduga.

“Atau jangan-jangan bukan gue aja yang selingkuh,” celetuk Ricky dengan lantang, suaranya cukup keras hingga menarik perhatian pengunjung kafe lain. Karina, yang awalnya sudah cukup jauh, berbalik dengan wajah marah. Ia menghampiri Ricky dengan cepat, matanya menyala penuh kemarahan. “Maksud lo apa?” tanya Karina dengan nada tegas, menantang Ricky.

“Lo juga selingkuh kan sama anak baru itu?” Ricky mulai berasumsi sembarangan, melemparkan tuduhan yang tidak berdasar tentang Karina dan Dion.

“Anak baru? Lo maksud Dion?” Karina menatap Ricky dengan tatapan tak percaya, lalu tertawa terbahak-bahak, frustasi. Ia tidak percaya Ricky bisa sepicik itu, menuduhnya berselingkuh dengan Dion, seseorang yang bahkan baru ia kenal kemarin sore.

“Denger ya, kalau lo selingkuh, terima aja kesalahan lo. Jangan fitnah orang lain dan playing victim!” Karina menaikkan suaranya, membuat beberapa pengunjung kafe menoleh lebih tajam.

Ricky membalas dengan wajah sinis, “Jangan bohong, Rin. Sejak kapan lo kenal sama itu orang? Selama kita pacaran, gue nggak pernah tahu lo punya kenalan artis. Kalau bukan selingkuhan lo, lo pasti udah kenalin dia ke gue. Jelas aja lo murahan!”

Ucapan Ricky yang kasar itu menghantam Karina, namun kali ini ia tidak akan tunduk.

Dengan wajah yang tidak lagi menyimpan kesedihan, Karina menatap Ricky penuh amarah, tetapi juga kelegaan. Seolah kini ia melihat Ricky dengan lebih jelas seorang yang tidak pernah benar-benar mengenalnya atau menghargainya.

"Murahan?" Karina berkata, suaranya kini tenang tapi penuh peringatan. "Lo nggak tahu apa-apa soal gue, Ricky. Dan sekarang gue tahu, lo bukan cowok yang pantas buat gue."Tanpa menunggu balasan, Karina berbalik pergi, kali ini dengan keyakinan penuh bahwa ia telah membuat keputusan yang tepat.

PLAK! Sebuah tamparan keras menghantam pipi Ricky, begitu tiba-tiba, begitu lantang, sampai-sampai udara di sekitar mereka seakan berhenti sejenak. Karina tak mampu menahan gejolak amarah yang menggelegak dalam dadanya. Fitnah Ricky terlalu menusuk, terlalu pahit untuk dibiarkan lewat tanpa balasan.

Tanpa sepatah kata pun, Karina berbalik, meninggalkan kafe dengan langkah cepat, seolah-olah kata-kata Ricky telah membakar setiap inci tanah yang ia lewati.

Namun, mereka tak menyadari bahwa ada sepasang mata yang mengikuti drama mereka dari sudut kafe. Dion, yang namanya diseret-seret dalam perdebatan panas itu, duduk di meja tak jauh, bersama teman-temannya.

Sambil menyuap makanannya, Dion terusik oleh suara tawa di mejanya. "Lihat, dua orang itu ribut, sambil bawa-bawa nama lo, Dion," kata salah satu temannya sambil cekikikan.

"Haha, pas banget ada Dion di sini. Kayak lo lagi diomongin langsung depan mata, haha!" sambung yang lain, tertawa keras.

Dion hanya mengulas senyum tipis. Tawa mereka terasa samar di telinganya, karena dalam diam ia tahu—dua nama yang diucap dengan penuh emosi itu memang merujuk pada dirinya.

...****************...

Karina terus melangkah di trotoar yang padat, menyusuri keramaian kota yang terasa asing, seolah-olah ia sendiri tak lagi tahu di mana ia berada. Fikirannya kacau, terserak oleh rasa malu yang merayap, menghimpit setiap langkahnya. Bisikan orang-orang yang menatapnya di kafe tadi masih terngiang, membuat wajahnya memerah lebih karena amarah pada dirinya sendiri daripada pada Ricky.

Din! Din! Suara klakson mobil tiba-tiba memecah lamunan Karina. Ia tersentak, hatinya masih kacau.

“Karinaaa!” Suara yang familier terdengar memanggilnya. Karina menoleh dan betapa terkejutnya dia saat melihat sosok Dion berdiri di dekat mobilnya.“Dion? Ngapain lo di sini?” tanyanya, masih belum percaya dengan kehadiran pria itu.

"Gue baru beres syuting," jawab Dion santai, namun matanya menyelidik, seolah mencoba menebak apa yang sebenarnya terjadi.

“Lo ngapain jalan sendirian di sini?” Dion bertanya lagi, berpura-pura tidak tahu apa-apa meskipun tadi di kafe dia melihat semuanya."Gue tadi ketemuan sama teman, sekarang mau pulang. Lagi nunggu taksi ini," jawab Karina cepat, mencoba menyembunyikan kekacauan yang masih berputar di kepalanya. Dion mengangguk pelan.

“Oh, mau bareng aja sama gue? Gue anterin,” tawarnya, merasa iba melihat wajah lelah Karina dan ekspresi canggung yang berusaha ia sembunyikan.

“Gak usah, gue bisa pulang sendiri,” jawab Karina, mencoba menolak dengan halus. Ia tak ingin merepotkan Dion, apalagi setelah semua drama yang baru saja terjadi.

"Ya udah, kalau gitu gue tungguin sampai lo dapet taksi," ujar Dion, tak menyerah. Ada rasa khawatir yang terselip dalam nada bicaranya.

Karina mendesah. “Lo pulang aja, gue bisa nunggu sendiri,” tolaknya lagi, kali ini lebih tegas.

"Ini udah malem, Rin. Udah, gue temenin aja,” jawab Dion bersikeras, suaranya tenang tapi tegas, tak memberi ruang untuk penolakan. Karina mendengus kesal, merasa tak bisa menghindar lagi. “Yaudah, bentar lagi juga dateng taksinya,” gumamnya, dengan nada yang bercampur antara terima kasih dan kekesalan karena Dion tetap memaksa. Mereka pun berdiri dalam diam di tengah keramaian yang seakan tak peduli pada apa yang terjadi di antara mereka, menunggu taksi yang tak kunjung datang.

Akhirnya, taksi yang dinanti pun tiba. Karina menghela napas lega, merasa sedikit terbebas dari percakapan yang tak nyaman. "Gue pulang duluan ya," ucapnya singkat kepada Dion sebelum memasuki taksi.

"Lain kali ga perlu peduli sama gue," tambahnya, suaranya datar namun penuh peringatan. Dion hanya terdiam, memandangnya dengan tatapan tak terbaca. Tak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya, hanya kekhawatiran yang tersirat dari matanya.

“Hati-hati ya, Mas. Anterin dia sampai depan rumahnya,” ujar Dion kepada sopir taksi, masih menitipkan Karina meskipun perpisahan itu sedikit dingin.

“Siap, Mas,” jawab sopir taksi dengan ramah, mengangguk ringan. Di dalam perjalanan, Karina melepaskan kepalanya ke kaca jendela, menikmati dinginnya malam yang bercampur dengan kekacauan di dalam pikirannya. Lampu-lampu jalan berlalu dalam diam, seolah mengikuti irama batinnya yang tak menentu.

Tiba-tiba, sopir taksi memecah keheningan. “Kenapa nggak pulang sama pacarnya, Mbak?”Pertanyaan itu membuat Karina terkejut, kepalanya menoleh.

"Pacar siapa, Pak?" tanya Karina dengan dahi berkerut, merasa tak nyaman dengan pertanyaan tersebut.

"Itu tadi, Mas yang nganter. Pacarnya kan, Mbak?" balas sopir taksi, penasaran. Karina tersenyum kecut.

“Bukan, Pak. Itu cuma teman saya,” jawabnya, mencoba mengakhiri pembicaraan dengan cepat.“Oh, kirain pacar, soalnya perhatiannya luar biasa, Mbak,” ucap sopir itu, sedikit menyindir, sambil tertawa kecil.

Karina menghela napas, merasa semakin risih. Ia tak ingin melanjutkan percakapan yang tak perlu ini. Dengan cepat, ia memilih memejamkan mata, membiarkan kelelahan mengalahkan rasa tak nyaman yang mengendap. Tak lama, Karina pun terlelap, tubuhnya bersandar di kursi taksi, pikirannya perlahan larut dalam tidur singkat. Dua puluh menit kemudian, sopir taksi membangunkan Karina dengan lembut.

"Mbak, sudah sampai tujuan," katanya sambil menoleh ke belakang.

1
putri cobain 347
absen kk, follback kak
Cmp
Karina sekali-kali nonton Filem india tu
Sof Tia
mampir keceritaku yah jangan lupa
Fa.NT
Ceritanya luar biasa
Fa.NT
bener bener patah hati
Fa.NT
lagi putus cinta Bu, kasian anak mu ini pilu
Sakuya Wish
seru banget, gak bosen bacanya
naya
lanjuttttt thor
Essy Kehi🦋
ceritanya menarik
Lucky One: makasih 🙂
total 1 replies
semangat
keen
satu episode nya terlalu sedikit 🥲
Kia Shoji
Smngat..
Heart Attack
seru sih sejauh ini
spiderwomen
dih ricky🤨
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!