"Brakk" dengan kasar Delia mendorong pintu kamar itu hingga terbuka lebar.
"Wow.. ini namanya makan ketupat pakai opor, pengkhianat bertemu pelakor. Pengkhianat memang cocok dengan pelakor,"
"Tahu apa kamu? Talitha adalah istriku. Aku sudah menikahi dia secara agama sebelum aku menikah sama kamu hari ini," ucap Zico membuat Delia membulatkan matanya.
Zico berniat menikahi Talitha, gadis yang pernah menyelamatkan nyawanya. Namun Delia mengadukan tentang keburukan Talitha, pada orang tua Zico, hingga Zico dipaksa menikah dengan Delia yang sudah sejak SMA tinggal bersama orang tuanya karena tak lagi memiliki keluarga.
Zico berusaha membuat Delia menyerah menjadi istrinya. Ia tidak memperlakukan Delia selayaknya seorang istri.
Akankah Delia bertahan dengan Zico? Apakah Zico akan tetap menyukai Talitha yang pernah menyelamatkan nyawanya?
Yuk, ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Kampungan
Dari tempatnya duduk saat ini, Gracia bisa melihat Talitha dan Zico tersenyum sambil berbincang.
"Kok, mereka malah terlihat langsung akrab, sih? Apa yang dilakukan Talitha sampai bisa deketin, tuh, cowok?" gumam Gracia semakin penasaran.
"Jadi dia beneran gadis yang sudah menyelamatkan kamu?" tanya Davin yang sedari tadi hanya menjadi penonton dan pendengar.
"Iya. Oh, ya, Tha, kenalin, ini Davin, sahabat aku waktu SMA," ucap Zico memperkenalkan Davin pada Talitha.
"Talitha," ucap Talitha mengulurkan tangannya pada Davin.
"Kamu cewek yang beberapa kali pernah ngajak aku kenalan, 'kan?" tanya Davin tersenyum tipis.
Zico mengernyitkan keningnya menatap Talitha setelah mendengar pertanyaan Davin.
"Iya, dan kamu cuekin aku," ucap Talitha tersenyum masam.
"Sorry, aku emang nggak terlalu suka kenalan sama cewek baru," ucap Davin yang memang tidak terlalu suka didekati wanita yang tidak dikenalnya.
"Oh, begitu," sahut Talitha tersenyum tipis.
"Tha, kok, malah ninggalin aku sendiri, sih!" protes Gracia yang akhirnya menyusul Talitha, karena Talitha tidak cuma bisa bicara dengan Zico, tapi juga dengan Davin. Jadi Gracia merasa penasaran bagaimana caranya Talitha bisa membuat dua pemuda tampan dan tajir itu mau menerima kehadiran Talitha, bahkan bisa langsung akrab dengan Talitha.
"Oh, sorry. Aku lupa. Zic, Vin, kenalin, ini teman aku, Gracia," ucap Talitha memperkenalkan Gracia pada Zico dan Davin.
Gracia pun mengulurkan tangannya pada Zico dan Davin dengan seulas senyuman manis di bibirnya.
"Tak ku sangka bisa berkenalan dengan dua cowok tampan dan tajir ini. Zico, anak tunggal, menjabat sebagai CEO yang bapaknya pemegang saham terbesar di tempatnya bekerja. Davin anak tunggal pemilik klub malam yang besar ini. Benar-benar ikan kakap semua," batin Gracia.
"Biar lebih nyaman, kita pindah aja ke privat room," ajak Davin, kemudian beranjak dari duduknya dan mengarahkan Zico, Talitha dan Gracia ke sebuah private room.
*
Pagi itu Zico sedang sarapan bersama kedua orang tuanya dan Delia.
"Ma, pa, aku semalam bertemu dengan gadis yang menyelamatkan aku saat aku di gigit ular dulu," ucap Zico nampak bahagia.
"Benarkah?"
"Oh, ya?"
Ucap Marcell dan Ingrid bersamaan. Sepasang suami-isteri itu nampak antusias mendengar kabar dari Zico. Sedangkan Delia hanya menatap tiga orang itu bergantian.
"Iya, ma. Semalam aku bertemu dia saat aku nongkrong di klub malam bersama Davin. Ternyata dia masih ingat kejadian waktu itu," ujar Zico antusias.
"Dia mendengar kamu bercerita, lalu mengaku bahwa dia yang telah menolong kamu?" tanya Marcell dengan kening yang berkerut.
"Aku cuma bilang 15 tahun yang lalu aku pernah digigit ular, lalu aku ditolong seorang gadis, pa. Cuma itu yang aku katakan. Tapi dia bisa menceritakan kejadian waktu itu persis sama. Apa papa meragukan dia?" tanya Zico.
"Papa hanya tidak ingin kamu ditipu orang dan berterima kasih pada orang yang salah," sahut Marcell.
"Enggak, pa. Aku yakin itu dia," sahut Zico nampak yakin.
"Kalau begitu, ajak dia ke rumah. Perkenalkan sama papa dan mama," ujar Ingrid yang tidak seantusias tadi setelah mendengar Zico bertemu dengan gadis penyelamatnya di klub malam.
"Iya, ajaklah dia ke rumah! Papa dan mama ingin berterima makasih sama gadis itu," sahut Marcell yang juga tak seantusias tadi.
"Iya, pa," sahut Zico yang merasakan perubahan sikap papa dan mamanya. Sedangkan Delia yang tak tahu apa-apa pun hanya diam dan menjadi pendengar yang baik.
Sesuai permintaan papa dan mamanya tadi pagi, malam harinya Zico membawa Talitha pulang ke rumah.
"Ma, pa, kenalkan, ini Talitha. Dialah gadis kecil yang menolong aku saat aku di gigit ular dulu," ucap Zico memperkenalkan Talitha pada kedua orang tuanya.
"Jadi, kamu yang dulu menyelamatkan Zico?" tanya Ingrid pada Talitha.
"Iya, Tan," sahut Talitha tersenyum ramah.
"Ayo, duduk!" ajak Ingrid tersenyum tipis seraya berjalan menuju sofa.
Akhirnya mereka semua duduk di sofa ruang tamu. Zico duduk di sebelah Talitha, berhadapan dengan Ingrid yang duduk di antara Marcell dan Delia. Mereka bertiga nampak memperhatikan Talitha yang memakai gaun berlengan pendek dengan panjang di bawah lutut.
Pakaian yang sopan dan terlihat elegan di tubuh Talitha yang tinggi dan cantik, jika saja gaun itu tidak menonjolkan bagian dada dan tidak ketat hingga mencetak lekuk tubuh Talitha.
"Bagaimana dulu kamu bisa meyelamatkan Zico?" tanya Marcell memulai pembicaraan.
Marcell, Ingrid dan Delia nampak menunggu jawaban dari Talitha atas pertanyaan Marcell.
"Waktu itu, aku sedang mencari ular dengan ayahku. Tanpa sengaja aku lihat Zico di gigit ular. Aku menangkap dua ekor ular cobra yang salah satunya menggigit Zico. Setelah itu aku memberikan Zico obat penawar racun yang selalu aku bawa setiap kali menangkap' ular bersama ayah. Aku juga menyemprotkan air bawang di sekitar tempat Zico berada sebelum meninggalkan Zico untuk mencari bantuan. Untungnya tidak jauh dari tempat kami berada ada dua orang petugas pengawas hutan, jadi aku langsung meminta mereka untuk menolong Zico," jelas Talitha yang persis dengan yang pernah diceritakan Zico pada Marcell dan Ingrid 15 tahun yang lalu.
"Om dan Tante mengucapkan terima kasih banyak atas pertolongan kamu beberapa tahun yang lalu. Sebagai rasa terima kasih kami, katakan saja jika kamu butuh bantuan kami," ucap Marcell.
"Terima kasih, Om. Aku ikhlas, kok, nolong Zico," ucap Talitha tersenyum seraya menggenggam tangan Zico.
"Sekarang, kamu masih kuliah atau sudah bekerja?" tanya Ingrid.
"Aku sudah bekerja, Tan," sahut Talitha.
"Bekerja di bidang apa?" tanya Marcell.
"Dunia fesyen, Om. Aku berprofesi sebagai foto model," ucap Talitha bangga.
"Oh, begitu?" sahut Ingrid.
Wanita itu tersenyum tipis melihat Talitha yang duduk menempel pada putranya, bahkan meletakkan tangannya di paha putranya. Padahal Zico mengaku baru bertemu dengan Talitha kemarin malam.
Sedangkan Delia nampak mengamati Talitha sejak Talitha masuk ke rumah itu. Delia seperti sedang mengingat-ingat siapa Talitha.
"Aku seperti pernah melihat wanita yang bernama Talitha ini. Tapi.. dimana, ya?" gumam Delia dalam hati menatap Talitha sambil mencoba mengingat di mana pernah melihat Talitha.
"Astaga.." ucap Delia tanpa sadar saat mengingat dimana pernah melihat Talitha. Delia langsung menutup mulutnya sendiri saat menyadari semua orang menatap ke arah dirinya.
"Ada apa, Del?" tanya Ingrid.
"Ah, itu..anu.. ah..a..aku lupa merendam kacang hijau untuk dibuat bubur besok, Tan. Tante tahu sendiri, kacang hijau kalau nggak direndam dari sore sampai pagi, pasti merebusnya bakalan lama dan ngabisin gas," sahut Delia mencari alasan. Tidak mungkin Delia mengatakan apa yang membuat dirinya terkejut di depan semua orang yang ada di ruangan ini, terutama di depan Talitha.
"Oh, kirain apa. Kalau gitu, bikin bubur kacang hijaunya lusa aja," sahut Ingrid tersenyum tipis.
"Iya, Tan," sahut Delia membalas senyuman Ingrid.
"Terakhir kali bikin bubur kemarin, bubur kacang hijaunya masih keras, Yang," sahut Marcell.
"Oh, itu. Itu karena yang bikin bubur pelayan baru. Dia merebus kacang hijaunya langsung bareng sama gula merahnya. Jadi, meskipun sudah di rebus lama, kacangnya masih keras," sahut Ingrid terkekeh kecil mengingat pelayan barunya yang tidak bisa membuat bubur kacang hijau.
"Memang ngaruh hanya gara-gara gula merahnya dimasak bareng sama kacang hijaunya, ma?" tanya Zico.
"Tentu saja, Sayang. Kacang hijaunya harus direbus dulu sampai matangnya sesuai yang kita inginkan, baru dimasukkan gula merah. Kalau enggak, ya, jadinya kacangnya jadi keras meskipun sudah direbus lama," sahut Ingrid.
"CK! Bahas apaan, sih, mereka ini? Nggak penting banget. Dan siapa, sih, cewek kampungan ini? Kayaknya deket banget sama ortu Zico," batin Talitha mengamati Delia.
Delia, gadis bermata bulat dengan bulu mata yang lentik. Rambutnya lebat dan hitam legam bak arang, panjangnya sepinggang dengan poni yang menutupi alisnya. Memakai kawat gigi, kaus oblong oversize, alias kebesaran yang dipadu dengan celana kulot.
"Benar-benar kampungan," inilah kalimat yang hanya bisa diucapkan Talitha dalam hati.
Entah mengapa, baru sekali melihat Delia, Talitha sudah langsung tak menyukai Delia. Tiba-tiba Talitha merasa iri dan kesal melihat keakraban Delia dan kedua orang tua Zico.
"Nanti aku akan bertanya pada Zico, siapa gadis kampungan ini," batin Talitha menyembunyikan rasa iri, kesal dan juga tidak sukanya pada Delia.
Setelah itu tidak banyak pembicaraan antara orang tua Zico dan Talitha, hingga akhirnya Talitha pamit pulang. Zico pun mengantarkan Talitha pulang.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
penampilkan delia ini mirip tokoh betylafea g sih q gmbranya itu kawat gigi poni depan
Good job thor..