Luna Shang Yuan adalah Ratu dari Kerajaan Shang Yuan, sebuah negeri yang makmur dan kaya raya. Di bawah kepemimpinannya, Shang Yuan mencapai puncak kejayaan, dengan rakyat yang sejahtera dan perdamaian yang terjaga. Namun, meski berada di puncak kemakmuran, hati Luna merindukan petualangan dan kebebasan. Dia memutuskan untuk melepaskan diri dari tugas kerajaan dan berkelana mengelilingi dunia.
Dengan mengenakan hanfu yang anggun dan membawa seruling serta belatinya, Luna memulai perjalanannya. Dia melintasi berbagai negeri, dari hutan belantara hingga pegunungan yang tertutup salju, bertemu dengan berbagai suku dan bangsa. Sepanjang perjalanan, Luna menggunakan suara merdunya untuk membawa kedamaian, menyembuhkan hati yang terluka, dan mengusir kegelapan yang mengancam.
Luna segera menyadari bahwa takdirnya lebih besar daripada sekadar berkelana. Luna menginspirasi banyak orang dan menciptakan legenda yang akan dikenang sepanjang masa.
[Soundtrack mp3: Indila Instrumental]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Setsuna Ernesta Kagami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Zhengyu Shen dan Kabar Tentang Ratu Shang Yuan
Di sebuah kedai kecil yang terletak di perbatasan timur, Zhengyu Shen duduk tenang di sudut, menikmati semangkuk sup panas dengan aroma rempah yang kuat. Kedai itu ramai oleh para pelancong dan pedagang yang mampir untuk menghangatkan tubuh setelah menempuh perjalanan jauh. Suara obrolan memenuhi ruangan, bercampur dengan bunyi alat masak dari dapur di belakang.
Zhengyu Shen menyantap makanannya dengan perlahan, menikmati setiap suapannya. Matanya yang tajam, meskipun tampak setengah terpejam, memperhatikan setiap gerakan di sekitarnya. Ia adalah seorang pendekar yang terbiasa dengan kesendirian, dan dalam keramaian seperti ini, ia lebih memilih diam dan mengamati.
Tak jauh dari tempat duduknya, dua pria berbadan kekar duduk sambil meminum arak. Mereka tampak serius, dan pembicaraan mereka menarik perhatian telinga tajam Zhengyu Shen.
"Apakah kau dengar? Ratu Shang Yuan telah meninggalkan kerajaannya!" ujar salah satu pria dengan nada setengah berbisik.
"Ya, ya, aku juga mendengarnya," balas pria satunya dengan mata yang menyipit curiga. "Mereka bilang dia meninggalkan kerajaannya begitu saja, tanpa memberikan alasan yang jelas kepada rakyatnya."
Zhengyu Shen, yang tetap tenang, hanya sedikit menggerakkan kepala untuk mendengarkan lebih jelas. Namun, dia tidak menunjukkan minat lebih dari itu. Senyum tipisnya muncul di sudut bibir, tanda bahwa ia menyadari kabar yang sedang dibicarakan, namun tidak mempengaruhinya.
"Mereka bilang banyak kerajaan lain kini mendeklarasikan perang terhadap Shang Yuan," lanjut pria pertama dengan nada bersemangat. "Tapi, anehnya, tak satu pun dari mereka mampu menjatuhkan kerajaan itu. Pasukan Shang Yuan tetap kuat, meski tanpa pemimpinnya."
Pria kedua mengangguk setuju, lalu menyesap araknya dengan perlahan. "Memang, ada sesuatu yang aneh dengan Shang Yuan. Rakyatnya tampaknya tidak terganggu dengan tidak adanya sang Ratu. Mereka bahkan lebih loyal dari sebelumnya, seolah-olah mereka tahu sesuatu yang kita tidak tahu."
Zhengyu Shen memasukkan potongan terakhir dari daging dalam supnya ke mulut, mengunyah dengan perlahan. Pikiran-pikiran di kepalanya tetap tenang, meski kabar yang didengarnya bisa mengguncang banyak orang. Baginya, dunia memang selalu penuh dengan rumor, konflik, dan intrik politik yang sering kali hanya berakhir dengan pertumpahan darah yang sia-sia.
Setelah menghabiskan makanannya, Zhengyu Shen meletakkan sumpitnya dengan hati-hati di tepi mangkuk. Kedua pria itu masih terus berbicara, semakin bersemangat dengan setiap detail yang mereka bagikan, namun bagi Zhengyu Shen, obrolan mereka hanyalah angin lalu. Ia tahu bahwa setiap kerajaan memiliki permasalahannya sendiri, dan bagi dirinya, ikut campur dalam urusan politik bukanlah sesuatu yang menarik.
"Kau pikir, apa yang sebenarnya terjadi dengan Ratu Shang Yuan?" tanya pria pertama lagi, nadanya penuh spekulasi.
Pria kedua menggelengkan kepala. "Siapa yang tahu? Mungkin dia sedang merencanakan sesuatu yang besar, atau mungkin dia sudah bosan dengan takhta dan memilih hidup sebagai pengembara. Siapa yang bisa memahami pikiran seorang penguasa?"
Senyum Zhengyu Shen sedikit melebar mendengar perkataan itu. "Hidup sebagai pengembara," pikirnya dalam hati. "Mungkin dia lebih mengerti dunia ini daripada yang lain."
Zhengyu Shen merogoh sakunya, mengambil beberapa koin perak, dan meletakkannya di meja untuk membayar makanannya. Dengan gerakan tenang dan tanpa terburu-buru, ia bangkit dari kursinya, mengaitkan pedangnya di pinggang, dan berjalan keluar dari kedai itu.
Saat ia melangkah keluar, angin dingin dari arah utara menyambutnya. Langit mulai gelap, dan bintang-bintang perlahan muncul di langit malam. Zhengyu Shen menarik nafas dalam-dalam, menikmati kesegaran udara malam, sebelum memutuskan arah perjalanannya berikutnya.
Di kejauhan, kedengaran suara gemerincing dari lonceng yang digantung di pintu kedai ketika ia menutupnya. Zhengyu Shen tidak memandang ke belakang. Baginya, kabar tentang Ratu Shang Yuan hanyalah satu dari sekian banyak cerita di dunia ini. Ia tidak tertarik untuk mengejar bayangan perang atau intrik kerajaan. Tujuan hidupnya bukanlah untuk memihak atau melibatkan diri dalam pertarungan kekuasaan yang tak pernah berakhir.
Dengan langkah mantap, Zhengyu Shen melanjutkan perjalanannya ke utara, meninggalkan kedai yang ramai dengan obrolan, menuju ke arah yang hanya dia sendiri yang tahu. Senyum tipis tetap terpampang di wajahnya, sebuah senyum yang menyiratkan ketenangan seorang pendekar yang memilih jalannya sendiri, tanpa terpengaruh oleh dunia di sekelilingnya.
'dengan kekuatan bulan, akan menghukummu'
semangat terus