Terima kasih narin, kamu sudah menepati janjimu" Ucap sari didalam hati.
Sari seorang gadis desa yang memiliki kelebihan dapat melihat sosok tak kasat mata mendapatkan beasiswa untuk bersekolah dikota. Hari-harinya selalu kesepian namun kesepian itu menjadi sirna setelah narin datang ke hidupannya. sari berteman baik dengan sosok tak kasat mata itu. Namun sayang mereka harus berpisah karna sesuatu
walaupun begitu tetap narin ingat dan menepati janjinya kepada sari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gitafiq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JENAZAH TANTE KINAN
Mendengar suara bisik pemandi jenazah itu membuat Sari yang berdiri tak jauh dari tempat itu sedikit mengintip di sela kain yang menutupi tempat memandikan jenazah tante Kinan.
"astaghfirullah" Sari kaget melihat yang barusan terjadi dengan jenazah tante Kinan.
Ibu pun yang melihat Sari sontak keheranan melihat anaknya yang ekspresinya berubah ketakutan.
"ehh nak jangan keras-keras!! Memang kamu lihat apa? " tanya ibu.
Dengan kedua tangan yang memegang salah satu tangan ibu sambil berbisik ke arah telinga ibu Sari berkata "ibu, tante Kinan bu kasihan! Genderuwo itu masih mengikuti tante Kinan, darah yang keluar dari kemaluan tante Kinan masih di jilat sama sosok itu". Ucap Sari yang berbicara dengan bergetar.
Terdengar suara air terus mengalir untuk membersihkan darah yang terus keluar.
Tak lama keluar salah seorang pemandi jenazah dengan wajah penuh kepanikan.
Entah akan menghampiri siapa, ibu pun perlahan menghentikan langkah wanita tersebut.
"maaf bu, ada kendala ya? Kalau iya boleh saya bantu? " tanya ibu yang memang biasa memandikan jenazah di desa namun kali ini pemandi jenazah di bawa langsung oleh pihak keluarga sehingga bukan ibu lah yang memandikan.
Namun wanita pemandi jenazah itu hanya mendengar ucapan ibu, tanpa mengatakan sepatah kata pun orang itu langsung pergi meninggalkan ibu begitu saja.
Kerena ibu khawatir aib tante Kinan akan banyak yang mengetahui, ibu pun langsung masuk ke tempat memandikan jenazah tante kinan.
Terlihat masih ada 1 orang pemandi jenazah yang masih berusaha menyiram air dan membersih kan area kemaluan tante Kinan yang memang tak henti mengeluarkan darah hitam.
Sebenarnya ibu juga sempat kaget ketika melihat ekspresi wajah tante Kinan yang tampak seperti orang yang menahan sakit dan mata yang sedikit terbuka.
Lalu sekujur badan yang sangat kaku. Ibu pun berbicara kepada seorang pemandi jenazah yang ada di situ "mba maaf lebih baik sebaiknya kita berdoa dulu untuk mendiang Kinan, tampaknya akibat dari perbuatan nya semasih hidup menjadi penghalang saat ini dan juga sebaiknya kita ulang saja memandikan, jenazah Kinan biar saya yang memandikan".
Sang pemandi jenazah itu hanya bisa mengikuti arahan ibu, dan terdiam lalu mereka berdoa bersama.
Setelah beberapa saat berdoa ibu langsung maju mendekati jenazah tante Kinan dan kembali mengulang untuk memandikan jenazah tante Kinan.
Syukurlah darah dari kemaluan tante Kinan kini mulai berhenti, badan yang kaku pun kini sudah mulai lemah bisa di gerakan, mata dan mulut yang sedikit terbuka, sudah bisa tertutup dengan rapat.
Wajah penuh kepanikan tadi sudah berubah menjadi sedikit lega dari sang pemandi jenazah.
Harus penuh keikhlasan untuk memandikan jenazah. Tidak boleh berburuk sangka terhadap jenazah karena itu bisa jadi kesulitan bagi sang pemandi jenazah itu sendiri.
Memang tidak munafik tante Kinan meninggal dengan keadaan tidak baik. Apalagi saat warga menemukan mayat tante Kinan yang tergeletak di dekat tangga dengan keadaan babak belur dan darah keluar dari seluruh lubang yang ada di tubuhnya.
Setelah jenazah Ratna dan tante Kinan sudah di kafani warga pun memboyong untuk membawa ke masjid agar bisa segera di solatkan.
Namun lagi-lagi ada saja halangan saat membawa jenazah tante Kinan.
Jenazah tante Kinan sangat lah berat, sehingga memerlukan 8 orang untuk mengangkat keranda.
Padahal tante Kinan bertubuh kurus dan bahkan bisa di bilang ideal namun kenapa bisa membuat 8 orang yang membawa keranda saja sudah kewalahan.
Sudah banyak warga yang melihat kejadian itu mulai menggunjingkan tentang tante Kinan.
Bukannya bersimpati, mereka dengan mudahnya membuka aib seseorang yang sudah meninggal seolah seperti bernyanyi tanpa rasa takut kalau itu akan juga terjadi kepada mereka.
Sari yang sudah muak pun memilih meninggalkan rumah tersebut dan berjalan menuju masjid untuk menyusul jenazah Ratna.
Setelah di solatkan jenazah pun di kubur di kuburan muslimin desa yang memang tak jauh dari masjid. Sehingga mereka semua bisa juga ikut menyaksikan jenazah Ratna dan tante Kinan di kuburkan.
Suasana di kuburan mulai gelap karena mendung, yang memang tampaknya akan turun hujan lebat.
Karena takut memakan waktu lebih banyak, akhirnya jenazah Ratna dan tante Kinan di kuburkan.
Tangis Sari yang tak terbendung pun membanjiri pipinya. Ia tak menyangka saat melihat teman baiknya Ratna saat masuk ke liang lahat.
Ibu berusaha menenangkan Sari, walaupun tampaknya tak membuat kepedihan Sari sedikit pun berkurang.
Rintik hujan mulai turun seolah sedang menggambarkan kesedihan Sari.
Ratna dan tante Kinan pun sudah dikuburkan, sedikit demi sedikit para pelayat mulai meninggalkan pemakaman.
Kecuali Sari yang masih terduduk di samping kuburan sahabatnya, ia terus memeluk papan nisan sahabatnya.
Tak perduli dengan rintik yang makin kian deras, Sari masih enggan meninggalkan Ratna.
"Na sekarang aku nggak punya teman, teman aku cuma kamu. Terus aku harus curhat sama siapa? aku cuma punya kamu" Sari menumpahkan semua kepedihannya.
Karena hujan yang kian deras dengan di iringi angin yang cukup kencang, ibu pun berusaha menenangkan dan mengajak Sari untuk pulang.
"Sudah lah nak, ini sudah takdir allah. Doakan Ratna teman terbaikmu agar di tempatkan di sisi allah di tempat terbaiknya".
Sari juga sebenarnya kasihan dengan ibunya yang sudah basah kuyup karena hujan. Akhirnya Sari pun menurunkan egonya dan mengikuti ibunya pulang.
Namun saat Sari menuju luar gerbang pemakaman, Sari melihat seperti ada pak yanto di bawah pohon rindang seolah-olah memang sedang melihat kuburan Ratna dan tante Kinan.
Entah benar atau tidak, Sari berusaha untuk melihat terus ke arah pohon rindang tersebut namun karena derasnya hujan sehingga Sari tidak bisa memastikan kalau itu pak Yanto atau bukan.
...****************...
Hari akan mulai magrib, Sari dan ibunya bergegas akan menuju rumah Ratna untuk menghadiri acara tahlilan.
Di sana sudah banyak warga desa yang berkumpul yang akan ikut tahlilan.
Tahlilan berjalan lancar sampai akhirnya tiba di acara penghujung yaitu makan bersama sebagai bentuk sedekah bagi para mendiang.
Di tengah asik Sari mencicipi kue hidangan penutup, tiba-tiba dari arah luar terdengar suara ricuh.
Brakk....
"ya gusti allah siapa yang lakukan ini!! " teriak dari salah seorang kerabat pak yanto.
Mendengar itu semua yang ada di rumah Pak Yanto pun menuju keluar memastikan apa yang sudah terjadi.
Betapa yang semua yang ada di sana terkejut, ketika melihat semua hidangan yang tersisa di meja prasmanan semua jatuh berserakan di sertai piring-piring yang pecah.
Sari dan ibu yang melihat itu saling beradu tatap karena kebingungan.
Bagaimana bisa, ada beberapa orang di sana yang menunggu meja prasmanan bisa kecolongan dengan semua makanan yang habis terbuang ke lantai.
Perasaan Sari tak karuan, ia kembali mendapati kalung liontin cincin merah delimanya kembali menyala dan berubah menjadi hangat.