Mengkisahkan seorang wanita yang menikah dengan seorang laki-laki buta karena perjodohan, ia harus menjalani hidup berumah tangga dengan laki-laki buta yang tempramen dan menyebalkan bagi nya.
penilaian laki-laki itu tentang diri nya yang di anggap hanya menginginkan harta nya, membuat ia berkomitmen membuktikan kalau ia gadis baik-baik.
Akan kah ia bisa menaklukan hati laki-laki itu?. Yuk Simak cerita nya. semoga suka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shanti san, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 17
Keesokan hari nya.
Bu Citra yang tadi nya sudah pulang ke rumah mereka, tiba-tiba kembali lagi ke rumah Bagas dan Naira, serta membawa koper mereka untuk menginap sampai Naira sembuh. Kedua nya sangat mengkhawatirkan keadaan Naira yang di perlakukan buruk oleh Putra mereka.
Bagas yang mendengar suara orang tua nya, akhir nya keluar dari kamar dan menghampiri Ibu dan ayah nya
Ken yang berada di samping Bagas membahas soal pekerjaan pun memberitahu Bagas kalau Bu Citra dan Pak Anwar datang dengan koper di tangan mereka. Mendengar hal itu, tentu saja Bagas sangat terkejut.
"Ada apa Mama dan Papa membawa koper??" Tanya Bagas.
"Tentu saja kami akan menginap disini, Mama khawatir pada Menantu mama yang sakit, dan kamu kenapa terus saja membahas soal Kerjaan. Kapan waktu kamu untuk Naira, kamu harus temani Naira di kamar, bukan nya urus kerjaan terus" Tanya Bu Citra.
"Kamu juga Ken, kenapa terus mengajak Bagas membahas soal Kerjaan, Kamu kan bisa kerja sendiri, lagian kami sudah percaya sama kamu, kamu kan juga tahu keadaan Bagas seperti apa." Ken pun tidak lepas dari Omelan Bu Citra. Ken hanya diam saja sembari tersenyum kecil.
"Iya."Balas Bagas. singkat saja.
Masih mengomel Kecil, Bu Citra mengajak suami nya untuk masuk ke kamar meninggalkan keduanya.
•••
Bagas yang sejak tadi di ruangan kerja nya, hanya duduk dan berbaring di sofa, ia ingin menghindari Naira, ia tak ingin Naira salah paham dengan kebaikan nya kemarin, lagi pula, apa yang bisa di harapan dengan pria buta seperti nya.
Pak Anwar lalu masuk ke ruangan Bagas, melihat putra berbaring di sofa sampai tak menyadari kedatangan nya.
"Naira itu meski sudah sembuh, dia tetap belum pulih betul, kamu seharusnya menemani nya di kamar." Ucap Anwar dengan tutur kata agak keras untuk memberi pengertian pada Bagas. Bagas yang tersadar dari lamunan Lekas duduk.
"Belajar lah bersikap seperti baik pada Naira, Papa tahu apa yang kau pikirkan, kamu sulit menerima Naira, tapi hargai sedikit usaha nya, jangan seperti pecundang, itu bukan seorang laki-laki." Ucap Pak Anwar dengan tegas.
"Aku akan mencoba nya." Jawab Bagas. Pak Anwar tersenyum dan menepuk pundak Bagas.
"Kalian akan menginap lama?." Tanya Bagas lagi.
"Iya, Mama dan Papa akan menginap disini sampai Naira pulih benar." Ucap Pak Anwar.
Bagas yang mendengar kata ayah nya pun menghela nafas yang terasa sesak.
bagaimana tidak, dengan Bu Citra dan Pak Anwar menginap disini, itu arti nya ia harus kembali satu kamar dengan Naira.
"Aku ke kamar dulu Pa." Ucap Bagas datar dan berlalu pergi.
Pak Anwar dengan tatapan tajam penuh sendu melihat putra nya, Bu Citra lalu datang menghampiri suami nya yang di awal berbicara tegas dengan Bagas.
"Papa kenapa sih kasar sama Bagas, Papa harus nya kasihan dengan dia, dia buta. Tapi setiap bicara dengan Bagas Papa selalu kasar." Ucap Bu Citra memarahi sikap suami nya.
"Papa tidak suka juga dengan sikap kasar dia pada orang-orang, baru kehilangan Angel dia sudah gak ada tujuan hidup begitu, Dan soal Mata, banyak mata yang import dari luar negri kalau ia mau, tapi dia sama sekali tak mau usaha untuk bisa melihat, Papa kecewa sama dia." Kata Pak Anwar mengungkap kan kekesalan nya pada Bagas.
"Iya Mama tahu, nanti juga mama percaya dia akan mau dan berubah, Mama gak suka pokok nya Papa kasar dengan Bagas, dia itu sudah dewasa sudah mau kepala 3, jangan gitu ah." Kata Bu Citra yang tak membenarkan sikap suami nya.
"Mama ini selalu saja bela sih Bagas itu, lagian Bagas juga terima saja toh." Pak Anwar berjalan masuk ke kamar lebih dulu meninggalkan istri nya yang mengelengkan kepala melihat suami nya berjalan pergi.
•••
Bagas Masuk ke kamar, Naira yang melihat Bagas masuk pun tersenyum lebar, karena akhir nya yang di tunggu datang juga.
"Mas, sini Mas." Kata Naira penuh semangat.
Bagas bermaksud untuk tidur di sofa, Namun Naira mengatakan hal yang membuat nya mengurungkan niat nya.
"Mas Bagas gak boleh loh tidur di sofa, nanti Mama masuk bagaimana." Ucap Naira.
Bagas mendehem menghilangkan ketidak pedean nya karena ucapan Naira, lalu berjalan ke tempat tidur. Naira pun tersenyum menahan tawa melihat suami nya begitu takut hanya dengan menyebut ibu nya.
"Mas Bagas beruntung banget tahu gak, punya Mama yang sayang sama Mas Bagas, kalau Mama aku masih ada, aku juga pasti akan merasakan kasih sayang Mama." Ucap Naira yang malah curhat. Bagas mendengar tapi ia tak menggubris nya.
"Bagaimana keadaan mu?." Tanya Bagas.
"Mas Bagas peduli banget ya sama aku, Makasih ya Mas." Ucap Naira yang sebenarnya sangat malu dengan ucapan nya sendiri, begitu pede ia mengatakan hal itu.
"Aku tidak peduli kalau kau ingin mati sekali pun, Tapi kalau kau terus sakit seperti ini, Kedua orang tua ku akan terus berada disini." Ucap Bagas. Sangat menyakitkan dan menyebalkan bagi Naira.
"Kalau pun aku mati, aku tak mau mati karena mu, apa lagi disini bersama mu." Batin Naira kesal.
Namun meski begitu, sesuatu terlintas di pikiran Naira, membuat ia merasa ada kesempatan untuk membuktikan kalau ia adalah wanita baik-baik.
"Astaga, aku seperti mengikuti lomba yang sebenarnya tidak ada untung nya untuk ku." Gumam Naira.
Naira membayangkan diri nya sedang mengikuti kompetisi dan harus menang, padahal itu tidak menguntungkan apa pun untuk nya. Naira lalu tertawa membuat Bagas heran.
"Apa yang kau tertawakan?." Tanya Bagas.
"Tidak ada, hanya haluan ku saja."kata Naira.
Bagas pun tak menanyakan lagi, karena ia tak memiliki rasa penasaran dengan tawa Naira saat itu, yang ia ingin tahu hanya keadaan Naira saja saat ini.