Setelah setahun menjalani pernikahan Palsu, Rendi tidak tahu jika Devi mengandung putranya. Lalu bagaimana kelanjutan hubungan Dev dengan Rendy setelah kelahiran putranya itu??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Menegangkan
Aku segera meraih lengan mas Rendi. Ia membantuku bangun.
"Kamu tidak apa-apa?" tanyanya lirih
Aku hanya mengangguk sambil menutupi luka di lututku. Sepertinya Mas Rendi tahu lututku terluka, ia segera menyingkirkan tanganku yang menutupinya.
Wajahnya seketika berubah memerah dan menatap nyalang kearah Luna.
Ku lihat Luna berjalan mundur menjauhi kami. Wajahnya pucat pasi saat melihat tatapan mata elang suamiku.
Saat ia hendak kabur, Darius menarik lengannya hingga Luna tak bisa berkutik lagi.
"Lepasin, sakit!" seru Luna
Darius tak bergeming ia kemudian memberikan isyarat kepada Rendi untuk membawa Luna pergi dari tempat itu.
Rendi menyeret Luna meninggalkan kelas, sedangkan Darius membawa ku ke ruangan kerja Rendi.
"Kalau ada seseorang yang menyakitimu jangan diam saja," ucap Darius
Ia mengambil kotak P3K dan membawanya ke hadapan ku. Saat aku hendak mengambil kapas dan Alkohol untuk membersihkan lukaku ia justru melarangnya.
"Sudah diam saja, biar aku saja yang membersihkannya!" ucapnya
"Gak usah mas, biar aku saja," tolak ku
"Jangan bawel deh, diam dan duduk manis saja!" serunya
Rasanya Darius ini seperti seorang wanita saja, ia begitu pelan dan hati-hati saat membersihkan lukaku hingga tak terasa nyeri apalagi perih.
"Kenapa tidak dibawa ke rumah sakit saja?" ucap Rendi tiba-tiba masuk menghampiri kami
"Santai saja, ada dokter Darius yang sudah mengobatinya," jawab Darius kemudian memasang sticker love di lukaku.
Aku tersenyum melihat sikap manisnya.
"Kamu beneran gak papa?" tanya Rendi terlihat khawatir
"Aku baik-baik saja Mas, lagian dokter Darius sudah merawat ku," jawab ku
"Syukurlah," ucapnya lega
Tak lupa ia mengucap terimakasih kepada Darius, "Thanks Bunny,"
"Sama-sama," jawab Darius tersenyum tipis menatap kearahnya
Tak mau melihat kemesraan mereka berdua aku buru-buru pamit dan masuk ke kelas.
Hari ini aku masih menggantikan Mas Rendi yang mengambil cuti karena urusan kantor.
Hari ini jadwalku begitu padat hingga aku sampai terlelap setelah selesai mengajar. Pukul empat sore aku terbangun dan buru-buru mengikuti bimbingan skripsi.
Beruntung aku tidak terlambat. Rasanya aku ingin membaringkan tubuhku yang benar-benar lelah hari ini, namun tugas dari dosen pembimbing skripsi membuatku harus bekerja lembur malam ini.
Pukul setengah tujuh malam aku keluar dari kampus. Aku berjalan menuju halte untuk menunggu bus. Namun langkahku tiba-tiba terhenti saat melihat Nyonya Rahayu berdiri di lobby kampus.
*Glekk!!
Aku hanya bisa menelan ludah sambil memegangi dadaku yang terus bergemuruh.
Ada apa dia datang ke kampus, apa dia ingin memastikan pernikahan ku dengan Mas Rendi baik-baik saja?. Apa dia tahu pernikahan kami hanya settingan?.
Aku segera menepis semua pikiran negatif tentangnya dan berjalan menghampirinya. Tidak lupa aku mencium punggung tangannya sebagai bukti hormat ku padanya.
"Dimana Rendi, kenapa dia tidak bersama mu?" tanyanya dengan wajah dingin
"Oh mas Rendi sedang cuti mah, dia harus menyelesaikan tugas-tugas kantornya dan menyerahkan semua tugas kampus padaku,"
"Hm,"
Ku lihat Nyonya Rahayu menghela nafas panjang. Ia kemudian memberikan isyarat kepada asistennya untuk menelpon seseorang.
Tidak lama pria itu membisikkan sesuatu padanya. Tidak lama ia kemudian mengajak ku pulang. Ada sedikit rasa canggung saat aku harus satu mobil dengan ibu mertua ku.
Bagaimanapun juga ia terlihat lebih galak dan kejam dari mas Rendi. Jadi wajar kalau aku sedikit takut padanya.
Setengah jam kemudian kami sudah tiba di kediaman ku. Obi mertua ku begitu takjub saat melihat rumah kami yang begitu bersih.
"Ternyata ada gunanya juga kamu," ujar Rahayu
Aku segera bergegas ke kamarku untuk menaruh tas, sedangkan Rahayu masih duduk manis.
Aku segera membuatkan minuman untuknya dan buru-buru ke dapur untuk memasak makan malam .
"Apa kamu setiap hari masak seperti ini?" tanyanya
Aku mengangguk pelan. Ia kembali memeriksa kondisi dapur dan semua perabotan yang ada di sana.
Tidak lama Mas Rendi pulang. Ia begitu terkejut saat melihat ibunya.
"Malam Mah, kenapa mamah tak bilang padaku kalau akan main ke rumah?" tanya Mas Rendi
"Tentu saja, kalau aku bilang padamu, kamu pasti akan mempersiapkan segalanya untuk menyambut ku." Jawabnya singkat
Keduanya tampak terlihat berbincang-bincang di meja makan. Ada raut kesal di wajah mas Rendi. Ia kemudian menghampiri ku dan menanyakan kenapa aku tidak memberitahunya jika ibunya berkunjung ke rumahnya.
"Maaf mas, tadi hp ku low batt, dan sekarang masih aku charge," jawabku
"Ah sial!" pekiknya
"Apa dia sudah masuk ke kamar mu?" tanya lagi
Aku menggeleng. Ia kemudian menyuruhku untuk memindahkan semua barang-barangku ke kamarnya.
"Lakukan dengan cepat saat aku membawanya keluar," bisik Mas Rendi
Aku hanya mengangguk.
Tidak lama Mad Rendi mengajak ibu keluar rumah dan aku segera memindahkan barang-barang pribadi ku ke kamar Mas Rendi.
Aku begitu takjub saat masuk ke kamar Mas Rendi yang begitu besar. Meskipun kamarnya begitu besar namun semua barang-barang di sana tertata rapi dan tak ada debu atau kotoran di sana.
Sepertinya Mas Rendi tipikal orang yang menjaga kebersihan.
Selesai memindahkan barang-barang ku, aku segera menata meja makan. Tidak lama Ibu mertua ku datang menghampiri ku dan duduk di meja makan.
"Sepertinya masakan mu enak, aku harus mencobanya," ucap Rahayu kemudian menyangka nasi ke dalam piringnya
Namun tiba-tiba Rendi menghentikannya.
"Kalau ibu mau makan biar aku pesankan makan malam spesial untuk mu," ucap Rendi
"Tidak perlu, aku rasa ini adalah makanan spesial yang dimasak oleh menantuku spesial untuk ku," jawabnya
"Tapi mah?" jawab Rendi ragu
"Kau ragu dengan istrimu sendiri, apa kau takut ia akan meracuni ku?"
"Bukan begitu mah, hanya saja mamah tidak terbiasa dengan makanan seperti ini. Apa kau yakin bisa memakannya?" Tanya Rendi lagi
"Tahu apa kau tentang diriku, jika kau saja makan makanan istrimu tiap hari tidak apa-apa, maka aku pun akan baik-baik saja," jawab Rahayu
Wanita itu kemudian mengambil lauk pauk dan sayuran yang ku masak dan memakannya sedikit demi sedikit. Tatapan tegang terlihat jelas di wajah Mas Rendi. Ia tampak begitu khawatir saat Wanita itu mulai memasukkan makanannya kedalam mulutnya.
Suasana semakin tegang saat Nyonya Rahayu tampak melotot setelah mengunyah makanannya dan melirik kearah ku. Aku tiba-tiba saja ikut tegang dibuatnya.
"Mamah kenapa?" tanya Rendi begitu panik
Nyonya Rahayu memegangi tenggorokannya dengan wajah memerah membuat semua orang panik.
"Ambilkan minum cepat!" seru Mas Rendi
Aku segera menuangkan segelas air dan memberikannya kepada Mas Rendi.
"Minumlah,"
Nyonya Rahayu segera meneguk habis air minum itu.
"Sebaiknya mamah sekarang istirahat saja, aku akan memesan makanan untukmu jika mamah benar-benar lapar," ucap Mas Rendi
Kemudian mengajaknya bangun dari tempat duduknya. Namun Nyonya Rahayu menolak.
"Kenapa aku harus istirahat, lagipula aku tidak apa-apa, aku hanya terkejut karena masakan Devi ternyata sangat enak. Wah aku benar-benar tidak menyangka ternyata menantuku bisa masak," ucap Nyonya Rahayu membuat semua orang terkesiap
"What!!" pekik Rendi begitu kaget saat mendengar ucapan sang ibu
"Beruntung sekali kamu Ren memiliki istri seperti Devi yang pintar masak, sekarang mamah tidak khawatir lagi padamu. Aku percaya Devi akan mengurus mu dengan baik sama seperti mamah," ucap Nyonya Rahayu membuat ku lega.
Syukurlah, aku kira dia akan mati karena memakan makanan ku ternyata tidak.
Malam itu ku lihat Mas Rendi mau memakan masakan ku meskipun hanya sediki. Tapi meskipun begitu aku tetap senang karena ia sudah mau mencobanya. Setidaknya kedatangan ibu membawa energi positif bagi hubungan pernikahan kami.
Bukan hanya maknan. Ibu yang akhirnya menginap di kediaman kami, membuat aku dan mas Rendi harus tidur satu kamar.
Malam itu terasa begitu canggung. Aku hanya duduk di sofa dan tak berani berbaring di ranjang bersama Mas Rendi yang terlihat masih asyik memainkan ponselnya sambil berbaring.
Sementara itu rasa kantukku mulai menyerang, maklum saja seharian jadwalku begitu padat hingga aku pun terlelap di sofa.
Tiba-tiba aku terbangun saat ku dengar seseorang mengetuk pintu. Bukan hanya aku yang kaget, namun mas Rendi juga langsung melompat dari ranjangnya dan menghampiri ku. Ia kemudian menyuruhku untuk tidur di ranjangnya, tidak lupa Mas Rendi memakaikan selimut sebelum ia membuka pintu kamarnya.
"Maaf mamah ganggu, apa Kamu sudah tidur?" tanya Nyonya Rahayu tampak melirik kearah ku.
"Iya mah gak papa, memangnya ada apa?"
"Mamah hanya mau minta kunci kamar sebelah, kamar yang mamah tempati Ac nya kurang dingin,"
"Kamar sebelah??" Ku lihat Mas Rendi tampak terkesiap mendengarnya. Itu adalah kamarku dan juga merupakan kamar paling dekat dengan kamar ini. Sehingga ibu bisa mendengar apapun apa yang kami lakukan dari kamar itu. Jadi wajar saja jika Mas Rendi tampak panik.
Karena mamah memaksa mau tidak mau mas Rendi memberikan kunci kamar itu padanya.
Mas Rendi kemudian menghampiri ku dan be berbaring di samping ku.
"Sepertinya malam ini kita harus melakukan sesuatu yang bisa membuat mamahku percaya kalau kita benar-benar suami istri," ucap Mas Rendi mendekatkan wajahnya kearah ku
"Apa itu?"
Ia buru-buru menarik ku Hingga aku benar-benar berada di bawahnya.
"Sekarang mendes*hlah" bisiknya
"Apa???" ucapku tak percaya
"Cepat mendesah atau setiap hari mamah akan tinggal di sini?" bisiknya
pantas saja mereka mendukung kesaksian Devi
giliran perselingkuhannya dengan Nayla terbongkar eeeh dia langsung pura-pura sok alim dan merasa jika semua aset yang ia terima itu adalah murni miliknya
soookooor
rasain noooh
kok jadi curiga neeeh