Seorang laki-laki diminta menikahi puteri pengusaha kaya mantan majikan ibunya. Padahal baru saja ia juga melamar seorang wanita. Bimbang antara membalas budi atau mewujudkan pernikahan impian, membuatnya mengalami dilema besar. Simak kisah cintanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 8
Pagi ini setelah selesai sarapan dan menghubungi Jason, asistennya, Ardha duduk di teras belakang rumah yang menghadap langsung ke markas pasukan katering. Terlihat sang komandan bolak balik dengan kacamata baca di ujung hidung serta buku catatan dan pulpen di tangannya. Mirip dirinya saat awal waktu kerja di markas miliknya di Sidney. Bedanya dia tak perlu kacamata dan yang dipegangnya adalah sebuah tablet.
Ardha tersenyum melihat gerak-gerik ibunya yang terkesan tergesa-gesa. Dia tahu ibunya sudah tidak sabar untuk mendengar ceritanya, tetapi tanggungjawab pekerjaan menuntutnya untuk tetap profesional.
Terakhir Andini terlihat sedang berbicara intens berdua dengan Dinah yang sebentar-sebentar mengangguk. Kalau ibunya adalah versi lain dari Ardha, maka Dinah adalah Jasonnya. Entahlah, kenapa Ardha kini merasakan bahagia menyadari bahwa walaupun terpisah jauh, ternyata ia dan ibunya memiliki kehidupan yang mirip.
"Sudah beres Bu?", tanya Ardha ketika melihat Andini berjalan menghampirinya.
"Alhamdulillah, beres. Insya Allah sudah bisa ibu tinggal, biar Dinah yang mengurus sisanya", ucap Andini mantap.
"Kita makan di luar yuk Bu..", pinta Ardha.
"Kita ke Rumah Makan Rahayu, sudah lama kita tidak makan di sana", sambung Ardha.
Ardha sengaja mengajak ibunya keluar makan supaya bisa lebih santai dan leluasa.
"Kita kan baru saja sarapan dua jam yang lalu, masa mau makan lagi?", protes ibunya.
" Ya tidak apa-apa kan Bu, perjalanan ke sana juga lumayan lama. Jadi pas sampai sana tinggal menunggu sebentar, waktunya makan siang", Ardha berargumen membuat ibunya akhirnya mengalah dan menuruti Ardha.
Sebenarnya bukan masalah makan atau tidak yang dipersoalkan Andini. Kalau harus pergi keluar rumah apalagi jauh, alamat masih lama baru bisa mendengar cerita dari Ardha. Tapi apa boleh buat, sepertinya Andini masih harus menahan rasa penasarannya beberapa jam lagi.
************
Menu makan siang sudah habis dilahap. Kini Ardha dan Indah sedang menikmati cemilan ringan nan manis sebagai pencuci mulut ditemani secangkir teh untuk Andini dan kopi untuk Ardha.
"Bu, Ardha sudah mengambil keputusan dan Ardha sudah memikirkannya baik-baik, serta meminta kemantapan hati lewat istikharah tadi malam", Ardha membuka pembicaraan yang ditunggu-tunggu Andini.
Andini hanya diam, dia berniat mendengarkan penuturan puteranya dulu sampai selesai, baru nanti menanggapinya.
"Bu, Mawar sedang hamil", ucapan Ardha akhirnya juga sukses membuat ibunya kaget bukan main.
Ardha menceritakan setiap hal penting dari percakapan antara dirinya dan Pak Abdi. Andini yang sebenarnya telah menyiapkan beberapa pertanyaan akhirnya malah bingung harus berkata apa.
"Ardha juga sudah memberitahu Pak Abdi masalah Nadya, dan beliau juga merasa tidak enak dengan hal itu", lanjut Ardha yang masih didiamkan ibunya.
"Apa ibu mau tahu bagaimana keputusan Ardha?", pancingnya yang mulai sedikit tidak nyaman karena ibunya terus-terusan diam.
Andini hanya mengangguk lemah.
"Dengan pertimbangan masalah Nadya, Pak Abdi meminta tolong agar Ardha menikahi Mawar paling tidak hanya untuk satu tahun sampai bayinya lahir saja. Setelah itu, kami berpisah dan Ardha bisa melanjutkan rencana semula untuk menikahi Nadya", Ardha bicara sambil menelisik wajah ibunya mencari tahu bagaimana sebenarnya perasaan ibunya sekarang.
Andini hanya menunduk sambil memainkan sendok teh. Perasaannya sekarang persis seperti Ardha waktu pertama kali mendengar kondisi Mawar dari Pak Abdi. Ada sedikit perasaan kecewa bahwa ternyata Pak Abdi tidak benar-benar serius untuk mengambil puteranya sebagai menantu, tapi lebih kepada demi menutupi kejadian buruk yang menimpa keluarganya.
Andini tersenyum miris, dalam hatinya ia menertawakan dirinya yang begitu percaya diri kalau Pak Abdi hendak berbesan dengannya. Tapi ternyata... Andini akhirnya kembali sadar bahwa bagaimanapun dia cuma mantan ART di rumah Pak Abdi. Orang yang digaji untuk mengurus masalah lidah dan perut mereka setiap hari.
"Kamu belum bilang ke ibu bagaimana keputusanmu", ucap Andini mengingatkan.
Andini sudah tak seperti sebelumnya, memiliki keinginan besar agar puteranya menikah dengan Mawar. Dia kini sepenuhnya pasrah dan menyerahkan kepada Ardha apapun langkah yang akan diambilnya. Bahkan cemilan manis favoritnya di atas meja sudah tak menarik hatinya lagi. Tak selera...
Sedih & lucu...
Masih ada beberapa kesalahan nama...