NovelToon NovelToon
Lemme Love You

Lemme Love You

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / cintamanis / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Triple.1

Berniat ingin mengelabui sang ayah, Amber justru terjun bebas masuk ke dalam rencana dadakannya sendiri. Pria yang baru dikenalnya dan dimintai tolong untuk berpura-pura menjadi kekasihnya malah bersedia menikah dengannya.

Parahnya lagi, pria itu adalah seorang CEO muda yang sangat terkenal, kaya, tampan, dingin, dan tanpa emosi. CEO itu adalah Caesar Juan. Di usianya yang tidak muda lagi, dia malah terjebak dengan permainan seorang gadis kecil.

Namun, pernikahan mereka sangat dirahasiakan dari pihak Caesar.

Mengapa Caesar merahasiakan pernikahannya?

Bagaimana rumah tangga yang akan dijalani Amber bersama pria yang dia panggil paman itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triple.1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 Aturan

Pilihan Caesar untuk membawa Amber tinggal di apartemen pribadinya sangat tepat. Mereka bisa melakukan apapun dengan leluasa. Mengingat mereka belum mengenal lebih dalam.

Waktu menunjukkan pukul delapan pagi. Usai keributan kecil di pagi hari, Amber dan Caesar memilih untuk membuat sarapan masing-masing. Bukannya Amber tidak mau menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri tapi dia memiliki alasan sendiri.

Pertama, dia belum mengenal seluk beluk apartemen Caesar. Meski tidak besar tapi cukup padat dan dia sudah memutuskan untuk mempelajarinya nanti. Kedua, dia belum tahu selera makan pria itu seperti apa. Lebih baik pelan-pelan mempelajari semuanya dari pada sok tahu.

Tet

Dua sejoli itu tengah asyik membuat sarapan mereka masing-masing lalu dikejutkan dengan suara bel. Mereka saling bertatapan.

"Siapa yang berkunjung?" tanya Caesar.

Amber menaikkan bahunya sebagai tanda tidak tahu atau entahlah.

Caesar menatap koridor yang menghubungkan dapur dengan ruang tamu lalu dengan enggan melangkah menuju pintu. Seingatnya yang tahu alamat apartemennya hanya Robert saja dan pria itu tidak perlu repot-repot memencet bel jika ingin masuk. Dia sudah memberi kode kuncinya.

"Ya," ucap Caesar.

"Selamat pagi tuan muda," ucap wanita paruh baya. Wanita itu tersenyum simpul melihat penampilan tuan muda barunya yang hanya mengenakan celana pendek setengah paha warna abu-abu dengan singlet polos hitam. Rambutnya yang basah menandakan bahwa pria itu baru selesai mandi.

"Apa anda salah alamat?" tanya Caesar sopan.

"Oh, tentu tidak tuan muda. Saya ..."

"Bibi!" teriak Amber dari belakang Caesar.

Tak lama kepergian Caesar, Amber tanpa sengaja mengikuti pria itu menuju ruang tamu. Bukannya dia penasaran dengan tamu yang datang pagi-pagi tapi Amber memiliki kebiasaan sarapan sambil menonton televisi. Kebetulan televisi Caesar terletak di ruang tengah yang bersebelahan dengan ruang tamu.

"Kau mengenalnya?" tanya Caesar sambil membuka pintu lebar untuk memudahkan wanita paruh baya itu masuk ke dalam apartemennya.

"Dia bibi Mona. Pengasuhku dari kecil," jawab Amber sambil menarik lengan si bibi untuk masuk.

Caesar menaikkan kedua alisnya lalu menghambur ke dapur. Seingatnya tadi dia tinggal menyeduh air panas untuk kopinya sebelum bel apartemennya berbunyi.

"Ayo, duduk bi!"

"Makasih non," jawab bi Mona sambil mendaratkan bokongnya ke sofa.

"Wah, apartemennya bagus ya, non." Bibi Mona mengedarkan pandangan. Tidak ada satu hal pun yang terlepas dari mata wanita paruh baya itu.

"Bibi datang menjemput ku?" tanya Amber antusias mengalihkan mata si bibi yang berselancar.

"Nona muda ini bagaimana sih! Bibi itu datang kemari atas perintah tuan dan nyonya untuk nganterin ini," jawab bibi sambil menunjuk dua koper besar.

"Hah!" gadis itu bingung campur terkejut.

Caesar yang memilih menjadi penonton sambil menyeruput kopi panas yang baru saja di seduhnya kembali tersenyum. Entah sejak kapan, pria itu selalu menikmati ekspresi wajah Amber yang terkejut. Cukup imut baginya.

Tunggu! Apa aku tidak salah? Kini giliran Caesar yang bermonolog dalam hati. Setidaknya dia adalah pilihan terbaik dan mataku tidak salah menilai. Caesar berusaha menenangkan diri untuk tetap berpikir positif.

Bibi Mona tidak ingin melewatkan kesempatan saat keadaan nona mudanya seperti ini. Sebelum nona mudanya itu sadar, dia harus cepat mengambil langkah seribu.

"Ah, tuan muda!" panggil bibi Mona.

"Ya," jawab Caesar sambil meletakkan cangkir kopi di atas meja.

"Duduklah di samping nona muda. Aku harus segera menunaikan tugas," jelas bibi Mona.

Caesar langsung menuruti keinginan si bibi. Dia tidak ingin waktu paginya diganggu lebih lama. Caesar memilih duduk tepat disamping Amber. Pria itu tahu apa yang dimaksud dengan tugas terakhir dari majikan. Tangan wanita paruh baya itu tak berhenti mengusap layar ponselnya.

Caesar menaikkan sebelah kakinya lalu dia menambah sedikit bumbu dengan memeluk Amber. Spontan saja Amber menatap Caesar. Lagi-lagi ekspresi terkejut Amber berhasil melunakkan hati Caesar. Tanpa sengaja, pria itu mencubit lembut pipi istrinya.

Bibi Mona dengan cekatan mengambil gambar mereka. Tidak hanya satu tapi berkali-kali.

"Sempurna! Benar-benar romantis," seru bibi Mona.

Wanita paruh baya itu merasa puas dan bangga akan hasil kerjanya. Dia yakin, tuan dan nyonyanya pasti senang.

"Kalau begitu saya permisi dulu, tuan muda," ucap bibi Mona sambil tersenyum simpul dan mengacungkan dua jempol pada pria itu.

Caesar tersenyum mengantar kepergian wanita paruh baya itu.

"Eh, bibi! Tunggu!" Amber terlambat untuk menggapai si bibi tercinta. Wanita paruh baya itu berjalan secepat kilat hingga bayangannya menghilang dibalik pintu.

"Argh!" kesal Amber sambil menghempaskan tubuhnya di sofa.

Dia menutup wajahnya dengan tangan lalu tidak berapa lama dia buka lagi untuk melihat dua koper besar dengan warna salah satu warna favoritnya, putih.

"Aku benar-benar diusir oleh kedua orang tuaku," ucap Amber tak bertenaga.

"Hahaha," kali ini Caesar tidak mampu untuk menahan geli di hatinya.

"Paman! Mengapa kau tertawa? Kau pikir ini lelucon!"

"Ekhm!"

Caesar berusaha mengatur napas sebelum berbicara. "Tentu saja itu lelucon."

"Kau!"

Amber mendengus lalu melipat kedua tangannya.

"Wajar saja jika pengasuhmu mengantar pakaianmu. Kau sudah menikah. Sudah tentu kau harus tinggal bersama suamimu."

"Su-suami."

"Ya, suami. Terima kenyataan jika aku adalah suamimu."

"Huh! Kau benar."

"Apa kau sudah bisa menerimanya?" tanya Caesar.

Amber mengangguk malas.

"Bagus. Kalau begitu kita lanjut membahas beberapa aturan."

"Apa? Aturan? Mengapa harus ada aturan?"

"Jangan bilang kalau kau tipe orang yang tidak suka aturan?"

"Seratus untukmu, paman."

"Tapi di sini kau harus mengikuti aturan," tegas Caesar.

Nada tegas Caesar berhasil membuat Amber merinding. Tatapannya tajam dan sangat serius. Padahal tadi, pria itu menertawainya habis-habisan. Nyali Amber sedikit menciut mendapat tatapan tajam seperti itu.

"Beberapa aturan sudah aku jelaskan tadi."

"Yang mana?" tanya Amber polos.

Lagi-lagi Caesar menatapnya tajam. Pria itu terlihat menyeramkan saat serius.

"Oh, yang soal tidur di tempat tidur yang sama dan tidak ada paksaan untuk 'tidur'," jelas Amber.

"Tapi itu baru dua. Jangan bilang akan ada aturan-aturan yang lain."

Caesar mengangguk.

"Baiklah. Aku siap mendengarkan aturanmu tapi setelah itu, kau harus mendengar aturanku!" tantang Amber.

"Bukannya kau tidak suka aturan. Mengapa membuat aturan jika tidak suka?"

Lagi-lagi melempar ku dengan pertanyaan. Hei, paman! Aku ini tidak bodoh. Memangnya hanya kau saja yang boleh membuat aturan. Kesal Amber dalam hati.

"Kau sendiri yang membuat aturan. Jadi, aku juga ingin memiliki beberapa aturan."

"Cukup adil," balas Caesar.

"Jadi, apa aturannya?" tanya Amber.

"Hmm, nanti saja. Aku ingin merubahnya lagi."

"Hah! Kenapa bisa begitu?"

"Kenapa tidak?"

"ish!"

Caesar bangkit lalu mengambil cangkir kopi yang tadi dia letakkan di atas meja. Namun, langkah pria itu terhenti.

"Amber!"

"Hmm."

"Kau melupakan satu aturan tadi."

"Yang mana?" balas Amber tanpa perlu repot-repot menatap lawan bicaranya.

"Panggil aku, paman."

Caesar melanjutkan langkahnya usai mengingatkan Amber.

"Hah! Aneh! Dia itu mengejek, kesal atau sengaja karena aku memanggilnya paman?"

1
Wahyu Nengsih
😘😘😘
nova sari
aku mampir ka
📴
the next up kak, jgn lama² up nya krn ku sllu menunggu😁
novitanop
lanjut kkaakak
✮тιαɳα☘︎
hareudang hareudang 🔥🔥😅
lanjut kak
Triple.1: /Grin//Facepalm/
total 1 replies
𝑮𝒊𝒖𝒍𝒊𝒂𝒏𝒐𝒗𝒂🌷
bagus cerita'y kk, udh ngebut bca'y dri part 1 smpai yg ini, ayo kak the next up lgi
Triple.1: makasih kak
total 1 replies
Hielmeera🍒⃞⃟🦅
klo yg ganteng aja
💋ShasaVinta💋
Amber gak mau? Sini, aku aja lah yg habiskan uang suami amber ☺️
💋ShasaVinta💋
Di kutub utara robert malah ketemu beruang kutun yg lebih dingin lagi dibanding caesar.
Triple.1: eh, iya ya Mak...🤣🤣🤣
total 1 replies
💋ShasaVinta💋
Juliddd banget sih… masih pagi juga 😒
💋ShasaVinta💋
Yakin nih beneran sedih? 🫣
💋ShasaVinta💋
Olah raga jantung pagi2 ya, Amber 🤣
💋ShasaVinta💋
Terima nasib ajalah amber 🤣
💋ShasaVinta💋
Menang banyak nihhh 😊
Lulu
hati-hati jatuh cinta beneran lohhh...
💋ShasaVinta💋
Tengokin lah ke dalam … kali aja dapat jackpot 🫣
💋ShasaVinta💋
Yeee Si Paman malah ambil kesempatan nih
💋ShasaVinta💋
CEO mana tau warung pinggir jalan gitu amber. Caesar gak termasuk menjadi salah satu dr sejuta umat yg amber maksud 🤣
💋ShasaVinta💋
Untung si paman tampan ya 🤣🤣
💋ShasaVinta💋
Ya kali si amber malah ngobrol ma pelayan 🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!